Saturday, October 25, 2008

Siapa ingin jadi Pahlawan Perdamaian?

Selama ini “pahlawan” selalu diidentikkan dengan perang, kekerasan dan tindakan untuk mengalahkan pihak lawan, padahal bukan itu yang kita butuhkan. Pahlawan yang sejati adalah siapapun yang mampu menegakkan keadilan, memperjuangkan kemerdekaan dan perdamaian. Peringatan hari pahlawan ke depan musti kita maknai dengan lebih mendalam. Hal ini terungkap dalam audiensi Aliansi Jogja untuk Indonesia Damai (AJI Damai) dengan Walikota Yogyakarta dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Yogyakarta pada 24/10/08 pagi..

Jiwa kepahlawanan yang sejati ini sangat dirindukan dan perlu untuk disebarluaskan. Apalagi mengingat bahwa perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Merasa benar dalam menanggapi sesuatu lalu menyalahkan yang lainnya sangat rawan terjadi. Untuk itu Bapak Walikota Herry Zudianto menegaskan kembali semangatnya ketika menabuh Gong Perdamaian, “Saya ingin meneruskan gagasan Sultan Hamengkubuwono IX, yang membuka kraton menerima gagasan-gagasan baru, membuka universitas, mempersilahkan banyak orang luar untuk masuk ke Jogja.” Keterbukaan ini memungkinkan banyak orang dari berbagai daerah, adat, budaya dan bahasa masuk ke Yogyakarta, bertemu, bertegur sapa, hingga menghasilkan karya bersama. “Semua yang berkarya baik untuk Jogja, dialah orang Jogja,” tegas Walikota.

Semangat ini semakin membuat Yogyakarta pantas menyandang gelar City Of Tolerance-Kota Kebersamaan. Ikon yang perlu terus dipertahankan. Kasus-kasus kekerasan yang terjadi dengan mengatas namakan agama atau apapun hanya akan mengotori dan merusak upaya ini. Sebagaimana yang terjadi terhadap kelompok aliran kepercayaan Sapto Dharmo dan Gereja Pantekosta beberapa hari yang lalu.

Rencana memperingati jiwa-jiwa pahlawan ini pun tak lepas dari rasa kebersamaan yang tercermin pada peristiwa Sumpah Pemuda (28 Oktober). “Mari kita dorong lahirnya pahlawan-pahlawan perdamaian,” lontar Pak Herry menyambut usul AJI Damai untuk mengadakan aksi menanam pohon sebagai simbol kelestarian alam dan perdamaian yang perlu ditanam, dipelihara dan ditumbuhkembangkan. Pohon dipelihara dengan disiram secara teratur dan diberi pupuk yang baik, perdamaian dipertahankan dengan dialog dan keterbukaan untuk menghargai perbedaan yang ada. Salam Perdamaian…

Pusvyta

1 comment:

Message from the green side