Sunday, January 31, 2010

for the love of god

Jangan lagi bicara cinta, ketika panggung teatrikal yang mementaskan pengangkatan sumpah jabatan dengan sebuah kitab suci yang di acungkan pada atas kepala para anak manusia yang katanya disebut juga sebagai anak bangsa, anak negara, untuk menjadi para pemimpin bangsa dan negara. Janganlah bicara masalah sumpah apalagi serapah ketika buku suci tersebut yang dimaknakan sebagai perwujudan tuhan yang maha kuasa, untuk menjadi wakilnya dalam memimpin dan mengimami bangsa baik secara administratif ataupun bathiniyah secara kebatinan perbangsaan dan kenegaraan yang tumbuh suci tanpa bisa dihindari karena lahir dan numpang hidup serta numpang mati di bumi yang tentu saja bukan milik manusia ini.

Dengan adanya buku suci untuk mendengar sumpah itupun secara wujud semuanya mengakui akan keberadaan dosa maupun ketuhanan yang setuhan-tuhannya, tuhan yang tidak tidur, tidak bisa ditipu apalagi dikorupsi pahalanya dengan naik haji atas biaya negara yang tidak lain adalah biaya tuhan sendiri, mungkin salah kaprah ketika konteks ini nantinya dipalikasikan bahwa uang yang dikorupsi dan dihilangkan pada bank centuri yang tidak bertuhan itu adalah uang rakyat karena semua yang berusaha di bumi tuhan harus disahkan dan dilegalkan minimalnya atas nama notaris, belum lagi hak oesaha atau ijin gangguan yang tidak perlu lagi harus minta ijin pada tuhan, ataukah mereka yang kita minta ijini itu adalah perwujudan tuhan juga, entah... siapa tahu dan siapa sangka kenapa harus membayar pula.

Ataukah mereka menganggap bahwa buku itu hanyalah sebagai benda saja, sebuah barang yang dihasilkan dari penebangan pohon disana, kemudian dicetak menjadi kertas kemudian dirangkai dan dimasukkan ke percetakan untuk bisa di beri font-font yang akhirnya noktah-noktah tinta itu bisa menjelma dan dibaca untuk ditafsirkan sebagai perwujudan sesuatu yang maha dahsyat, demi pelanggengan kekuasaan ataukah itu hanya trik politik belaka sebagaimana kemudian yang dipraktekan dalam menjalankan tugas negara yang disederhanakan menjadi sebuah amanat kepartaian, amanat korps dan amanat-amanat lainnnya yang kemudian malah melupakan apa yang menjadi sumpahnya.

Mungkin ini pulalah yang menjadikan betapa kehidupan yang hanya salah sebuah bagian dari keberadaannya harus diperjuangkan namun bukan kehidupan itu sendiri pula, karena kehiduan ini adalah sebuah soneta tuhan, dimana dimainkan dengan berbagai alat dan mahluk bernama suara yang macam-macam sehingga bisa dinikmati menjadi sebuah ritme, baik ritme atas nama pribadi, golongan maupun kebangsaan. Jika salah satu dari banyak alat itu dimiskinkan atau di disable, hmmm.. mungkin jadinya bisa seperti ini yang kita rasakan dalam berbangsa dan bernegara yang ritmenya kian ganjil saja.

Betapa banyak suara minor dan fals yang diucapkan, bahkan dengan bangga dan tanpa sedikitpun mimik wajah bersalah atau menyesal dalam menyatakan pernyataan-pernyataan yang sama sekali tidak ingin didengarkan dan salah dalam arti yang sebenarnya. Oh.. betapa negara ini belum bisa memadukan musik baik atas nama tuhan ataupun atas nama kelaparan yang tak lama lagi akan berubah menjadi 'bulk chaos' meskipun tak ada yang menginginkannya. Ataukah akan semakin banyak para 'conthonger' yang multi talent dan bisa memainkan banyak alat musik akan terkena stroke dan serangan jantung... hmm... we'll wait and see aja... tapi lagu dibawah ini enak loh...


Tuesday, January 26, 2010

cemburu

Apa yang terjadi di Negeri Begajul bukan tidak mungkin hanyalah sebagai sebuah ladang indah yang selalu saja diperebutkan kekayaannya oleh pihak-pihak lain, dan tidak akan pernah habis kekayaan tersebut karena keajaiban yang selalu saja ada dalam pikiran para penghuni negeri kaya tanpa batas ini, meski harus dilalui dengan darah namun tidak juga mereka peduli dan sadar mengapa mereka bisa dimiskinkan di tanah kaya yang bukan miliknya lagi.

Bahkan kadang aneh di negeri yang harusnya keikhlasan sudah tidak perlu dipertanyakan lagi ini ada juga yang mencoba untuk menjual ikhlas dengan respon yang tidak galak yaitu laris manis bak kacang goreng. Entah mereka membeli untuk apa, sebab bagaikan madu dan minuman memabukkan tanpa berkaca pada diri sendiri, mengapa harus belajar keikhlasan, sementara mereka menyaksikan banyaknya ketidakadilan dalam kelas-kelas sosial yang secara tidak sadar mereka ciptakan tanpa perikemanusiaan itupun dengan sangat ikhlas, bahkan hapal di luar kepala. Hingga pelarangan ikhlas untuk menyumbang secara langsung di pinggir jalan pun harus diregulasikan sekedar untuk memberikan path yang jelas akan sebuah keikhlasan memberi, meski secara nampak siapa yang ikhlas melihat sanak saudara harus berpanas di pinggir jalan hanya menunggu keikhlasan pula.

Nikmat dan rasa feel so good di jalan raya kadang menentukan juga hari-hari kita nanti siang hingga sore hari. Namun apakah semuanya harus selalu berjalan mulus sebagaimana yang diidamkan, bukankah semua relief yang di lalui di jalan dimana itu adalah fragmen kehidupan diluar diri kita adalah maha guru dan kenyataan yang bagaimanapun kita ada di dalamnya. Tanpa harus banyak basa-basi memang apa dikerjakan hingga berpeluh dan berpusing kepala adalah hanya untuk kehidupan beberapa hari ke depan, semua merasakan itu, bahkan mungkin hanya ada yang sampai beberapa jam ke depan. Bukan tidak mungkin kerelaan dan keihklasan yang disampaikan hanya menutup keperluan beberapa jam namun berpikiran jauh kedepan, bahwa receh ini bisa untuk selama hidup, bahkan tiap malam atau pagi hari selalu dihantui dengan perasaan tersebut.

Entah cinta sudah ada dimana saat sekarang ini, dimana para sri panggung politik sedang bergurau tentang uang enam trilyunan yang tidak pernah dibayangkan oleh kere-kere di pinggir jalan. Dan bahwa mereka tidak paham dengan tumpukan utang yang sudah tak ada yang menggubrisnya, serta betapa mereka tidak tahu lagi akan adanya regulasi-regulasi baru pelayanan publik dan lain sebagainya yang harus sesuai dengan standar internasional, internasional yang mana, sebab rasanya semuanya ada di atas awang-awang, berada di atas dan diluar atmosfir kehidupan kita semua.

Aku cemburu ...oh negeriku,... sedang bercinta dengan siapakah kau gerangan...?



A Beautiful Mess
oleh: Jason Mraz

You've got the best of both worlds
You're the kind of girl who can take down a man,
And lift him back up again
You are strong but you're needy,
Humble but you're greedy
Based on your body language,
your shouted cursive I've been reading
You're style is quite selective,
though your mind is rather reckless
Well I guess it just suggests
that this is just what happiness is

Hey, what a beautiful mess this is
It's like picking up trash in dresses

Well it kind of hurts when the kind of words you write
Kind of turn themselves into knives
And don't mind my nerve you can call it fiction
'Cause I like being submerged in your contradictions dear
'Cause here we are, here we are

Although you were biased I love your advice
Your comebacks they're quick
And probably have to do with your insecurities
There's no shame in being crazy,
Depending on how you take these
Words that paraphrasing this relationship we're staging

And it's a beautiful mess, yes it is
It's like, we are picking up trash in dresses

Well it kind of hurts when the kind of words you say
Kind of turn themselves into blades
And the kind and courteous is a life I've heard
But it's nice to say that we played in the dirt
Cause here, here we are, Here we are
Here we are [x7]
We're still here

And the beautiful mess, this is
it's like taking a guess when the only answer is yes
and through timeless words in priceless pictures
we'll fly like birds not of this earth
and tides they turn and hearts disfigure
but that's no concer when we're wounded together
and we tore our dresses and stained our shirts
but it's nice today
oh the wait was so worth it

Thursday, January 21, 2010

Menjual ikhlas

wong waras lan adil uripe ngenes lan kepencil
sing ora abisa maling digethingi
sing pinter duraka dadi kanca
wong bener sangsaya thenger-thenger
wong salah sangsaya bungah
akeh bandha musna tan karuan larine
akeh pangkat lan drajat padha minggat tan karuan sebabe

(Ramalan Jayabaya bait ke 146)

Entah benar atau tidak yang namanya ramalan pastilah semua orang suka apalagi jika diramal bahwa nasibnya bagus, dan mungkin bahwa ramalan Jayabaya ini banyak juga yang percaya ataupun tidak bukan soal. Karena toh yang meramal juga sudah meninggal dunia, dan ada misteri juga bahwa ada bait-bait yang hilang atau mungkin sengaja dihilangkan dengan alasan rusak karena mungkin tertera jelas nama atau lokasi atau apalah, semuanya menyisakan tanya yang membuat orang kadang lupa diri seperti ketika mendengar orang yang dengan semangat mengejar harta karun, harta revolusi atau apapun yang bisa dianggap untuk mengangkat derajat kehidupan bahkan mungkin kekayaannya. Dan tentu saja hanya dinikmatinya beberapa puluh tahun untuk kemudian ditinggalkan semuanya.

Entah mengapa juga kemudian banyak aliran sains dan logika yang tidak mempercayai bahkan kaum agamawan, terserah juga, toh dahulu ketika Nabi Nuh AS sebagai peramal tsunami paling terbukti di dunia ini juga mendapat cercaan dari masyarakat pada saat itu. Kadang agama memang memberikan kebebasan dalam memberikan tafsir ayat-ayat tuhan karena bagaimanapun setelah dipublish siapapun bisa mengakses dan dengan persepsinya masing-masing bisa mendapatkan pencerahan, karena memang diturunkan untuk segenap umat manusia, namun cilakanya karena keterbatasannya pula manusia menggunakannya sebatas apa yang disukai dalam konteks yang paling mengenakkan dan membuatnya menang baik dimata sendiri maupun orang lain. Juga tak perlu dipungkiri berapa orang yang bisa kaya lantaran bisa belajar agama ataupun menggunakannya sebagai sesuatu yang menguntungkan meski tidak ada jaminan kebenaran akan pendapatnya.

Barangkali jika memang Al-Quran itu memiliki hak cipta, sebagaimana orang-orang yang menganggap bahwa itu adalah karangan seorang nabi dengan nama Muhammad SAW. Mungkin para keluarga dan keturunannya akan kaya raya jika memang kita harus membelinya dan tidak dibajak sedemikian rupa bebas, bahkan mungkin hadits-haditsnya yang mencerahkan banyak orang di dunia ini. Aneh memang dan mungkin akan membuka mata kita mengapa Timur Tengah dan Arab dimana banyak nabi berdomisili disana pada dahulu kala, saat ini harus mawut dengan perang, baik atas nama agama atau apapun yang ujung-ujungnya memang mencemarkan tanah suci tersebut. Betapa hari maupun tempat ibadah bisa diklaim milik negara sementara kitab suci tetap saja dibiarkan bebas sebagai alat marketing, entah untuk apa, mungkin dibenak kita semua bisa merasakan dan ada sekelip kata 'mungkin iya'.

Betapa memang para pendahulu tidak, atau mungkin jarang memabukukan sesuatu, karena memang tidak untuk digantikan dengan uang. Namun cenderung berusaha diajarkan dengan bentuk-bentuk lisan maupun dongeng yang indah sehingga semuanya bisa dilakukan dengan tatap muka dan diskusi yang mendalam, tanpa pretensi politik maupun kekayaan. Betapa itu adalah keindahan duniawi, yang saat ini sangat sulit untuk didapatkan betapapun sudah ada Twitter maupun media persekawanan sosial maya. Betapa semua hasil kerja payah kita selama sebulan atau periode tertentu akan habis dan tidak ketahuan untuk apa, ataukah memang ini adalah pembelajaran yang sangat menarik bagi keikhlasan dan ego-ego kemanusiaan modern. Tentu saja tidak karena selalu saja ada jebakan globalisasi, betapa mungkin orang-orang kaya di negeri awang-awang itu juga membaca kita ramalan Jayabaya, dimana mungkin saat ini tidak derajat dan pangkat tertinggi selain kata 'Pasar', 'trend', dan apalagi yang jelas itu bukan manusia, namun sistem yang diciptakan oleh manusia itu sendiri.

Betapa para petinggi dan CEO perusahaan multinasional itupun semua tahu akan adanya 'jebakan globalisasi', sehingga mencari jalan keluar darinya. Mungkin itu maksud baik dan bisa juga sebaliknya, hanya merekalah yang mengetahuinya. Namun jebakan-jebakan itupun juga kadang dimanfaatkan oleh orang-orang yang dengan pengakuan pencerahan diri ataupun memiliki keahlian untuk memotivasi orang untuk selalu saja ikhlas menghadapinya, baik dengan menjual buku, idea atau apapun yang membuat orang-orang yang merasa terjebak bisa hanyut, menyadari bahwa semuanya adalah cobaan kehidupan, bukan atas nama manusia maupun sistem namun dikembalikan kepada yang maha memiliki kehidupan. Entah mereka itu agen-agen jebakan kehidupan ini atau apa yang jelas, dengan pencerahannya mereka mencoba mengubah kisah menjadi sesuatu yang harus dijalani, dan diklaim bahwa ini adalah jatah dari dzat yang maha tinggi. Oh... betapa mereka malah mengamini keterjebakan ini sebagai sebuah kehidupan yang indah dan patut disyukuri.

Bukan tidak mungkin para penganut keikhlasan yang sudah membayar tiketnya itu adalah para penghancur bangsa dan pelanggeng kemiskinan di negeri ini. Secara mungkin kehidupan mereka mapan, namun tidak ikhlas jika kemapanannya tidak awet, karena kekurangan finansial ataupun kehidupan bergengsi yang sudah menjadi brandingnya. Secara saya memang juga ikhlas bajakan karena tidak mampu mengikuti upacara-upacara keikhlasan maupun buku-bukunya, atau franchise keikhlasan yang tentu saja harus dibayar dengan uang jutaan rupiah, bahkan mungkin pelatihan-pelatihan keikhlasan yang juga tidak murah itu. Cilaka memang ketika harga keikhlasan sudah demikian mahal dan perlu dilabeli dengan sertifikat lulus atau pernah mengikuti seminar Emosi.

Seharusnyalah ketika mau memberikan perubahan dan kebaikan harus dijalankan semata-mata untuk kebaikan tanpa pretensi apapun dan berkaca pada diri sendiri dan kemiskinan yang semakin populer juga bukan ikut-ikutan seperti yang diramal oleh Jayabaya diatas, meski lucu namun pada kenyataannya memang banyak terjadi di saat sekarang. Betapa memang kita harus terjebak di dalamnya tanpa bisa berbuat apa-apa, bahkan mungkin ketika mencoba untuk mengajak yang baik-baik akan dicemooh dan dianggap gila. Mau apa coba?




"Man In The Mirror"

I'm Gonna Make A Change, For Once In My Life
It's Gonna Feel Real Good, Gonna Make A Difference
Gonna Make It Right . . .

As I, Turn Up The Collar On My Favourite Winter Coat
This Wind Is Blowin' My Mind I See The Kids In The Street,
With Not Enough To Eat Who Am I, To Be Blind?
Pretending Not To See Their Needs
A Summer's Disregard, A Broken Bottle Top
And A One Man's Soul They Follow Each Other On
The Wind Ya' Know 'Cause They Got Nowhere To Go
That's Why I Want You To Know

I'm Starting With The Man In The Mirror
I'm Asking Him To Change His Ways
And No Message Could Have Been Any Clearer
If You Wanna Make The World A Better Place
(If You Wanna Make The World A Better Place)
Take A Look At Yourself, And Then Make A Change
(Take A Look At Yourself, And Then Make A Change)
(Na Na Na, Na Na Na, Na Na, Na Nah)

I've Been A Victim Of A Selfish Kind Of Love
It's Time That I Realize That There Are Some With No Home,
Not A Nickel To Loan
Could It Be Really Me, Pretending That They're Not Alone?

A Willow Deeply Scarred, Somebody's Broken Heart And A Washed-Out Dream
(Washed-Out Dream)
They Follow The Pattern Of The Wind, Ya' See Cause They Got No Place To Be
That's Why I'm Starting With Me
(Starting With Me!)

I'm Starting With The Man In The Mirror
(Ooh!)
I'm Asking Him To Change His Ways
(Ooh!)
And No Message Could Have Been Any Clearer
If You Wanna Make The World A Better Place
(If You Wanna Make The World A Better Place)
Take A Look At Yourself And Then Make A Change
(Take A Look At Yourself And Then Make A Change)

I'm Starting With The Man In The Mirror
(Ooh!)
I'm Asking Him To Change His Ways
(Change His Ways-Ooh!)
And No Message Could've Been Any Clearer
If You Wanna Make The World A Better Place
(If You Wanna Make The World A Better Place)
Take A Look At Yourself And Then Make That . . .
(Take A Look At Yourself And Then Make That . . .)
Change!

I'm Starting With The Man In The Mirror,
(Man In The Mirror-Oh Yeah!)
I'm Asking Him To Change His Ways
(Better Change!)
No Message Could Have Been Any Clearer
(If You Wanna Make The World A Better Place)
(Take A Look At Yourself And Then Make The Change)
(You Gotta Get It Right, While You Got The Time)
('Cause When You Close Your Heart)
You Can't Close Your . . .Your Mind!
(Then You Close Your . . . Mind!)
That Man, That Man, That Man, That Man
With That Man In The Mirror
(Man In The Mirror, Oh Yeah!)
That Man, That Man, That Man
I'm Asking Him To Change His Ways
(Better Change!)
You Know . . .That Man No Message Could Have Been Any Clearer
If You Wanna Make The World A Better Place
(If You Wanna Make The World A Better Place)
Take A Look At Yourself And Then Make A Change
(Take A Look At Yourself And Then Make A Change)
Hoo! Hoo! Hoo! Hoo! Hoo! Na Na Na, Na Na Na, Na Na, Na Nah
(Oh Yeah!)
Gonna Feel Real Good Now! Yeah Yeah! Yeah Yeah! Yeah Yeah!
Na Na Na, Na Na Na, Na Na, Na Nah
(Ooooh . . .)
Oh No, No No . . .
I'm Gonna Make A Change It's Gonna Feel Real Good!
Come On!
(Change . . .)
Just Lift Yourself You Know
You've Got To Stop It. Yourself!
(Yeah!-Make That Change!)
I've Got To Make That Change,
Today! Hoo!
(Man In The Mirror)
You Got To You Got To Not Let Yourself . . .
Brother . . . Hoo!
(Yeah!-Make That Change!)
You Know-I've Got To Get That Man, That Man . . .
(Man In The Mirror)
You've Got To
You've Got To Move! Come On! Come On! You Got To . . .
Stand Up! Stand Up! Stand Up!
(Yeah-Make That Change)
Stand Up And Lift Yourself, Now!
(Man In The Mirror)
Hoo! Hoo! Hoo! Aaow!
(Yeah-Make That Change)
Gonna Make That Change . . . Come On!
(Man In The Mirror)
You Know It!
You Know It!
You Know It!
You Know . . .
(Change . . .)
Make That Change.

Tuesday, January 19, 2010

tersenyumlah...

Perjalanan waktu memang tidak mengenal kata kasihan, semua bergerak meski pelan detik-detik, jam, hari, tiada pernah terasa, hanya tahu-tahu aja, ujug-ujug mak jegagik semuanya menjadi seperti ini. Hujan informasi dari yang bisa difilter dengan hati, pikiran maupun hingga yang tak bisa dinalar berjalan berputar-putar mengiringi langkah kaki menunggu kapan saatnya bisa mempengaruhi kesadaran diri yang menjadi benteng terakhir kita untuk mengolah dan menganalisa ada apakah gerangan yang terjadi.

Apakah ini semua karena perkembangan tehnologi informasi, media maupun perkembangan pengetahuan yang makin menemukan sesuatu untuk menjauhi sesuatu pula, tidak ada yang bisa dilakukan dengan santai, karena semua harus fokus menuju satu titik tertentu, bagai pemain sepak bola yang memiliki tujuan memang kompetisi dengan proses pengendalian dan kerjasama tim, namun hanya satu penentunya yaitu jumlah goal yang bisa dilakukan. Ketika semua tenaga dan pikiran tercurah pada titik tersebut apapun bisa terjadi, makin banyak yang dihasilkan makin berkurang banyak pula sesuatu yang bisa dinikmati pada saat itu, hmmm.. mungkin itu namanya menabung. Atau bahasa kerennya 'bersakit-sakit dahulu berenang-renang kemudian',... apakah tidak ada lagi tehnologi atau rumus yang tidak kuno seperti itu.

'Jer Basuki mawa Bea', bukan hanya 'bea cukai', atau 'jatah preman'... semua memerlukan pengorbanan, bahkan untuk dihujani informasi pun harus berkorban, minimal waktu, mata lelah, atau kuping yang harus tabah mendengar sesuatu. Harus beli Blackberry, harus main Facebook, harus install Tweeter, untuk sengsara karena informasi pun kita harus rela membayar banyak atau minimal sengsara karen cuma mendengar atau terpaksa melihat status teman di Facebook yang itu-itu saja, mengobral perasaannya tanpa pernah berbuka hati betapa informasi tersebut haruslah diolah dengan persepsi dan tentunya akan memukul dan menyerang imajinasi yang entah ada apa dikepala masing-masing orang. Namun bagaimanapun tidak ada yang salah dengan itu, karena semuanya adalah korban keditaktoran informasi dan perceptual imajinatifnya masing-masing, bukankah yang membuat para korban gempa itu meninggal adalah bangunan atau sesuatu yang kadang malah berada diatasnya, bukan dari titik awal terjadinya kejadian tersebut.

Apakah tidak ada jalan lain, .. kadang semua jidat menjadi berkerut untuk menjawabnya, kemudian muncullah ayat-ayat untuk mengharamkannya, atau bersembunyi dibalik ketiadaan yang dianggap aman karena banyaknya ketidaktahuan terhadapnya, hmm... repetisi seperti itukah yang kita inginkan, sudah bosan pastinya kalo pengin jujur. Bahkan hal seperti itu membuat curiga apakah hal tersebut memang diciptkan sengaja untuk membuat kita menjadi semakin tidak percaya dan mengambil jalan lain yang belum tentu troubleshooting untuk itu.

Namun bagaimanapun juga tehnologi telah menyelamatkan banyak jiwa juga, andaikata kecepatan informasi seperti saat ini tidak ada mungkin kejadian-kejadian malapetaka besar karena pengkambinghitaman, penyesatan atas kepercayaan dan fitnah politik tidak akan selesai secara kontekstual, namun bisa memakan korban jutaan jiwa dimana dalam satu keluarga pun bisa saling bunuh karena aliran politik yang berbeda seperti yang masih menjadi hantu jutaan saudara kita bahkan sampai sekarang masih diagung-agungkan karena jeda informasi beberapa saat yang lalu. Berpuluh tahun lalu, bahkan saat sekarang ini alasan berperang ketika masa lampau pun menjadi sebuah alasan yang aneh, karena bagaimanapun hingga saat ini kita masih bermesraan dengan nasionalisme masa lalu, namun entah dengan nasionalisme masa depan atau saat ini yang malah semakin jelas menghamba baik secara finansial, pendidikan bahkan informasi dan persebarannya.

Sudah hilangkah kita, menghilangkan diri kita sendiri, atau apakah kita menjadi sesuatu yang sama sekali berlainan, ataukah begini nikmatnya menjadi korban. Korban sekaligus pelaku, sekaligus mencari korban, atau inikah cara kelit kita, mengelak, menerobos sesutu yang tidak kita ketahui arasnya. Ya, persetan aja dengan semua itu, sepanjang dunia masih tersenyum marilah tersenyum, persetan dengan orang-orang sok suci itu, sok idealis itu, hmm.. bahkan mereka kadang tak bisa menyelesaikan hidupnya dengan indah... kasihan yak... so let smile and breakthru, capailah semuanya semampunya dengan senyum ... tersenyumlah dan ...oh berbahagialah dunia...





Breakthru

When love breaks up
When the dawn light wakes up
A new life is born
Somehow I have to make this final breakthrough
Now

I wake up
Feel just fine
Your face
Fills my mind
I get religion quick
'Cos you're looking divine
Honey you're touching something you're touching me
I'm under your thumb under your spell can't you see
If I could only reach you
If I could make you smile
If I could only reach you
That would really be a breakthrough - oh yeah

Breakthrough these barriers of pain
Breakthrough to the sunshine from the rain
Make my feelings known towards you
Turn my heart inside and out for you now
Somehow I have to make this final breakthrough
Now!
Your smile speaks books to me
I break up
With each and every one of your looks at me
Honey you're starting something deep inside of me
Honey you're sparking something this fire in me
I'm outta control
I wanna rush headlong into this ecstacy
If I could only reach you
If I could make you smile
If I could only reach you
That would really be a breakthrough

If I could only reach you
If I could make you smile
If I could only reach you
That would really be a breakthrough
Oh yeah
Breakthrough breakthrough

If I could only reach you
If I could make you smile
If I could only reach you
That would really be a breakthrough

If I could only reach you
If I could make you smile
If I could only reach you
That would really be a breakthrough

Breakthrough

Sunday, January 17, 2010

ketika bumi iseng berguncang

Gempa bumi, konon terjemahan inggrisnya earthquake, adalah sekali lagi konon katanya adalah cara dialog antara manusia dengan alam, atau lebih tepatnya bumi berdialog entah dengan siapa, entah dengan kita atau kalo tidak berdialog berarti dia ngomong sendiri atau aksi sendiri alias iseng-iseng saja. Ndilalahnya memang manusia yang semakin banyak jumlahnya ini dengan perilaku yang macam-macam, entah dengan mengebor minyak, menambang apalah yang ada dalam perut bumi untuk dikeluarkan dan dijadikan lembaran-lembaran kertas yang kemudian disebut uang atau saham, dan juga karena itupun banyak manusia iseng juga yang kemudian beraksi mendirikan panggung peperangan untuk rebutan lahan dan hasil bumi tersebut, dan dari banyak tingkah polah seperti itu akhirnya banyak juga sesama saudara kita yang harus berpisah dengan nyawanya. Meski mungkin ketika bumi berguncang itu karena sendau gurau sang bumi yang mengeliat geli lantaran ditusuk-tusuk alat bor minyak maupun karena beberapa bagian darinya disedot keatas sehingga karena malu dia harus menimbunnya, agar tidak kelihatan melompong.

Entah ada perhitungan atau tidak oleh para angkara murka itu bahwa perbuatannya bisa mencelakakan manusia lain dimuka bumi bagian yang lain, mungkin bisa jauh dan mungkin bisa pula tidak jauh. Karena bumi kadang tidak perlu berpikir sedemikian rupa sehingga semuanya aman-aman saja, namun sepanjang ada yang kosong dan membuat malu maka harus segera ditutupi, atau jika mau ngeluarin gas ya keluarin aja segera demi kesehatan tubuhnya. Memang bukan salahnya karena toh para manusia diatas adalah bukan urusannya, dan tentunya yang membuat mereka celaka kebanyakan karena juga rumah-rumah dan bangunan-bangunan yang cilakanya juga dibangun oleh manusia itu sendiri. Tidak perlu pansus-pansusan untuk hal ini, semua sudah mafhum bahwa bangunan-bangunan yang dibuat ala kadarnya itupun oleh waktupun bisa roboh apalagi dengan ditambahi percepatan guncangan yang semaunya. Masih terasa betul betapa guncangan selama satu menit saat gempa besar itu rasanya seperti ratusan tahun, dan sangat lama sekali.

Secara pribadi-pribadi berapa kecilpun guncangan itu pastilah membuat diri ingat akan sesuatu, sesuatu itu bisa rasa takut atau respon untuk menyelamatkan diri, atau malah menikmatinya. Sangat berarti memang meskipun dalam hitungan detik selanjutnya akan segera terlupakan karena selamat mungkin, atau karena melihat kerusakan sehingga hanya berpikir bagaimana harus memperbaikinya. Semuanya sama, meski secara korban dan kedahsyatan guncangan yang terekam dalam tulisan atau sejarah pada sepuluh besarnya adalah seperti yang diuangkapkan majalah lokal daerah Amerika ini, mengapa lokal karena bagaimanapun kita tidak pernah menganggap bahasa lain daerah di negeri begajul dengan bahasa asing, karena sebenarnya saat ini asing sudah tidak ada, sudah musnah:
  1. 1556: Shaanxi, China
  2. 1976: Tangshan, China
  3. 2004: Indian Ocean Tsunami
  4. 1920: Haiyuan, China
  5. 1923: Kanto, Japan
  6. 1948: Turkmenistan
  7. 2008: Sichuan Province, China
  8. 2005: Kashmir, Pakistan
  9. 1908: Messina, Italy
  10. 1970: Chimbote, Peru

Hmmm, begitulah betapa kita tidak tahu banyak akan apa yang terjadi di bawah sana... gempa, bencana, banjir, gunung meletus.. dari bawah semua ternyata, ketika bumi berguncang.
Message from the green side