Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2010

for the love of god

Jangan lagi bicara cinta, ketika panggung teatrikal yang mementaskan pengangkatan sumpah jabatan dengan sebuah kitab suci yang di acungkan pada atas kepala para anak manusia yang katanya disebut juga sebagai anak bangsa, anak negara, untuk menjadi para pemimpin bangsa dan negara. Janganlah bicara masalah sumpah apalagi serapah ketika buku suci tersebut yang dimaknakan sebagai perwujudan tuhan yang maha kuasa, untuk menjadi wakilnya dalam memimpin dan mengimami bangsa baik secara administratif ataupun bathiniyah secara kebatinan perbangsaan dan kenegaraan yang tumbuh suci tanpa bisa dihindari karena lahir dan numpang hidup serta numpang mati di bumi yang tentu saja bukan milik manusia ini. Dengan adanya buku suci untuk mendengar sumpah itupun secara wujud semuanya mengakui akan keberadaan dosa maupun ketuhanan yang setuhan-tuhannya, tuhan yang tidak tidur, tidak bisa ditipu apalagi dikorupsi pahalanya dengan naik haji atas biaya negara yang tidak lain adalah biaya tuhan sendiri, mungk...

cemburu

Apa yang terjadi di Negeri Begajul bukan tidak mungkin hanyalah sebagai sebuah ladang indah yang selalu saja diperebutkan kekayaannya oleh pihak-pihak lain, dan tidak akan pernah habis kekayaan tersebut karena keajaiban yang selalu saja ada dalam pikiran para penghuni negeri kaya tanpa batas ini, meski harus dilalui dengan darah namun tidak juga mereka peduli dan sadar mengapa mereka bisa dimiskinkan di tanah kaya yang bukan miliknya lagi. Bahkan kadang aneh di negeri yang harusnya keikhlasan sudah tidak perlu dipertanyakan lagi ini ada juga yang mencoba untuk menjual ikhlas dengan respon yang tidak galak yaitu laris manis bak kacang goreng. Entah mereka membeli untuk apa, sebab bagaikan madu dan minuman memabukkan tanpa berkaca pada diri sendiri, mengapa harus belajar keikhlasan, sementara mereka menyaksikan banyaknya ketidakadilan dalam kelas-kelas sosial yang secara tidak sadar mereka ciptakan tanpa perikemanusiaan itupun dengan sangat ikhlas, bahkan hapal di luar kepala. Hingga...

Menjual ikhlas

wong waras lan adil uripe ngenes lan kepencil sing ora abisa maling digethingi sing pinter duraka dadi kanca wong bener sangsaya thenger-thenger wong salah sangsaya bungah akeh bandha musna tan karuan larine akeh pangkat lan drajat padha minggat tan karuan sebabe (Ramalan Jayabaya bait ke 146) Entah benar atau tidak yang namanya ramalan pastilah semua orang suka apalagi jika diramal bahwa nasibnya bagus, dan mungkin bahwa ramalan Jayabaya ini banyak juga yang percaya ataupun tidak bukan soal. Karena toh yang meramal juga sudah meninggal dunia, dan ada misteri juga bahwa ada bait-bait yang hilang atau mungkin sengaja dihilangkan dengan alasan rusak karena mungkin tertera jelas nama atau lokasi atau apalah, semuanya menyisakan tanya yang membuat orang kadang lupa diri seperti ketika mendengar orang yang dengan semangat mengejar harta karun, harta revolusi atau apapun yang bisa dianggap untuk mengangkat derajat kehidupan bahkan mungkin kekayaannya. Dan tentu saja hanya dinikmati...

tersenyumlah...

Perjalanan waktu memang tidak mengenal kata kasihan, semua bergerak meski pelan detik-detik, jam, hari, tiada pernah terasa, hanya tahu-tahu aja, ujug-ujug mak jegagik semuanya menjadi seperti ini. Hujan informasi dari yang bisa difilter dengan hati, pikiran maupun hingga yang tak bisa dinalar berjalan berputar-putar mengiringi langkah kaki menunggu kapan saatnya bisa mempengaruhi kesadaran diri yang menjadi benteng terakhir kita untuk mengolah dan menganalisa ada apakah gerangan yang terjadi. Apakah ini semua karena perkembangan tehnologi informasi, media maupun perkembangan pengetahuan yang makin menemukan sesuatu untuk menjauhi sesuatu pula, tidak ada yang bisa dilakukan dengan santai, karena semua harus fokus menuju satu titik tertentu, bagai pemain sepak bola yang memiliki tujuan memang kompetisi dengan proses pengendalian dan kerjasama tim, namun hanya satu penentunya yaitu jumlah goal yang bisa dilakukan. Ketika semua tenaga dan pikiran tercurah pada titik tersebut apapun bisa...

ketika bumi iseng berguncang

Gempa bumi, konon terjemahan inggrisnya earthquake, adalah sekali lagi konon katanya adalah cara dialog antara manusia dengan alam, atau lebih tepatnya bumi berdialog entah dengan siapa, entah dengan kita atau kalo tidak berdialog berarti dia ngomong sendiri atau aksi sendiri alias iseng-iseng saja. Ndilalahnya memang manusia yang semakin banyak jumlahnya ini dengan perilaku yang macam-macam, entah dengan mengebor minyak, menambang apalah yang ada dalam perut bumi untuk dikeluarkan dan dijadikan lembaran-lembaran kertas yang kemudian disebut uang atau saham, dan juga karena itupun banyak manusia iseng juga yang kemudian beraksi mendirikan panggung peperangan untuk rebutan lahan dan hasil bumi tersebut, dan dari banyak tingkah polah seperti itu akhirnya banyak juga sesama saudara kita yang harus berpisah dengan nyawanya. Meski mungkin ketika bumi berguncang itu karena sendau gurau sang bumi yang mengeliat geli lantaran ditusuk-tusuk alat bor minyak maupun karena beberapa bagian darinya ...

Postingan populer dari blog ini

asyura

Tattoo

tes otak, apakah masih logis atau tidak :-)

Gunung Raung

Selaput dara dan gangguannya

Permintaan Maaf yang tak akan diterima

Kumpulan Artikel Tentang ASI

larut