Isak sang Dewi
Alkisah di sebuah belahan dunia yang majemuk laksana kumpulan dewi-dewi yang seksi, sabar, cantik menawan, kaya raya, rendah hati, lugu, terbuka, tangguh, berwarna-warni dan berjubel antrian untuk dapat ditulis tentangnya.
Dewi ini menjadi impian (imajiner kata Ben Anderson) ini, hanya ada dalam impian dan pikiran semata. Laksana sekumpulan dewi-dewi yang menjadi idaman banyak satria, dalam keseksian, tingkah laku, sifat dan kepribadiannya yang tulus dan selalu berkembang untuk mengarungi hidup yang dicita-citakannya.
Sudah banyak para satria yang mencoba menjadi pasangannya, sejak jaman dahulu kala, seperti satria-satria Sriwijaya, Majapahit dan Mataram yang pernah mesra mengarungi jalannya waktu dalam kedamaian dan kejayaan pada masanya. Tidak ketinggalan para bajak laut yang berkepribadian kapitalisme pernah menjadi pasangannya dalam mengarungi zaman namun dengan merobek-robek dan membuatnya menjadi sakit yang berkepanjangan, dan dia pula yang memberi nama Hindia Timur secara asal karena saking bodohnya dan sok pintar tidak bertanya pada yang berhak.
Sampailah kemudian sang dewi-dewi ini di bawa ke sebuah pintu gerbang kejayaan untuk secara merdeka menentukan nasibnya bersama, dalam sebuah bingkai yang diangankan oleh seorang satria menjadi sebuah kekuatan sosial dan politik yang dibatasi oleh geografis rumah-rumahnya. Gegap gempita mereka bersorak, bersuka ria dengan penuh harapan, keyakinan akan kekuatan dan kerukunan yang menjadi landasan bersama.
Seiring berjalannya waktu para dewi ini berjalan bersama menghadapi kekuatan dari luar, namun banyak juga pengorbanan harus diberikan untuk mempertahankan mimpinya, beberapa ingin mencari pasanganya sendiri namun masih bisa diingatkan oleh yang lain, hingga kadang harus dengan kekerasan untuk mempertahankan mimpi ini. Karena tidak sedikit pendekar berwatak jahat yang menginginkan kenikmatan ciuman atau mencumbui keelokan yang seakan tidak ada habisnya, hingga banyak menyisakan trauma yang berkepanjangan meninggalkan benih-benih percekcokan para satria yang semakin lama hanya menginginkan kepuasan sesaat tanpa mempedulikan sakitnya vagina sang dewi.
Pernah juga para pendekar berwatak jahat itu mendandani para dewi dengan pakaian, parfum, beha, celana dalam, rumah, mobil, bahkan kasur yang sama, untuk kemudian dijebak, ditakut-takuti dan diperkosa beramai-ramai hingga melahirkan anak-anak yang penakut, cacat, dan perwatakan-perwatakan yang aneh seperti mudah curiga, mudah mengamuk, suka mencuri, memfitnah, merampok, bahkan seperti pendahulunya menjadi pemerkosa. Hanya para pendekar pilihanlah yang bisa memahami mimpi-mimpi mulia para dewi ini, namun kadang dalam ketulusannya malah mudah disakiti dan bahkan dibunuh baik secara nyata maupun dibunuh kemanusiaannya.
Hingga pada suatu ketika pemimpin pendekar berwatak jahat ditumbangkan oleh para satria muda, namun belum juga benih-benih yang dilahirkan dari kebiadaban pemerkosa itu hilang dengan bersih, bahkan dengan liciknya mencoba menjual dewi-dewi cantik untuk dinikmati hidung belang manca dengan harga yang murah, mereka telah melacurkan para dewi ini secara lahir dan bathin. Sehingga semakin sengsaralah anak-anak sang dewi karena ulah para pendekar berwatak jahat yang tidak memiliki kekayaan imajinasi dan pemahaman cerdas sebagaimana yang pernah dijanjikan para satria dahulu sehingga membuat para dewi terpesona.
Saat ini para dewi sedang menangis terisak-isak karena dililit hutang dan melihat anak-anaknya harus berjubel antri sembako bahkan minyak yang keluar dari nadi-nadi di payudaranya disedot oleh orang lain, mineral dan batu bara yang tersimpan dibalik kulitnya yang ranum pun dijual murah untuk orang lain, bukan untuk anak-anaknya yang harus berjuang mati-matian mempertahankan hidup dan menanti kesengsaraan selanjutnya bersamanya hingga menyadari arti mimpi dan mewujudkannya dalam ancaman angkara murka yang semakin kuat saja.
Dewi ini menjadi impian (imajiner kata Ben Anderson) ini, hanya ada dalam impian dan pikiran semata. Laksana sekumpulan dewi-dewi yang menjadi idaman banyak satria, dalam keseksian, tingkah laku, sifat dan kepribadiannya yang tulus dan selalu berkembang untuk mengarungi hidup yang dicita-citakannya.
Sudah banyak para satria yang mencoba menjadi pasangannya, sejak jaman dahulu kala, seperti satria-satria Sriwijaya, Majapahit dan Mataram yang pernah mesra mengarungi jalannya waktu dalam kedamaian dan kejayaan pada masanya. Tidak ketinggalan para bajak laut yang berkepribadian kapitalisme pernah menjadi pasangannya dalam mengarungi zaman namun dengan merobek-robek dan membuatnya menjadi sakit yang berkepanjangan, dan dia pula yang memberi nama Hindia Timur secara asal karena saking bodohnya dan sok pintar tidak bertanya pada yang berhak.
Sampailah kemudian sang dewi-dewi ini di bawa ke sebuah pintu gerbang kejayaan untuk secara merdeka menentukan nasibnya bersama, dalam sebuah bingkai yang diangankan oleh seorang satria menjadi sebuah kekuatan sosial dan politik yang dibatasi oleh geografis rumah-rumahnya. Gegap gempita mereka bersorak, bersuka ria dengan penuh harapan, keyakinan akan kekuatan dan kerukunan yang menjadi landasan bersama.
Seiring berjalannya waktu para dewi ini berjalan bersama menghadapi kekuatan dari luar, namun banyak juga pengorbanan harus diberikan untuk mempertahankan mimpinya, beberapa ingin mencari pasanganya sendiri namun masih bisa diingatkan oleh yang lain, hingga kadang harus dengan kekerasan untuk mempertahankan mimpi ini. Karena tidak sedikit pendekar berwatak jahat yang menginginkan kenikmatan ciuman atau mencumbui keelokan yang seakan tidak ada habisnya, hingga banyak menyisakan trauma yang berkepanjangan meninggalkan benih-benih percekcokan para satria yang semakin lama hanya menginginkan kepuasan sesaat tanpa mempedulikan sakitnya vagina sang dewi.
Pernah juga para pendekar berwatak jahat itu mendandani para dewi dengan pakaian, parfum, beha, celana dalam, rumah, mobil, bahkan kasur yang sama, untuk kemudian dijebak, ditakut-takuti dan diperkosa beramai-ramai hingga melahirkan anak-anak yang penakut, cacat, dan perwatakan-perwatakan yang aneh seperti mudah curiga, mudah mengamuk, suka mencuri, memfitnah, merampok, bahkan seperti pendahulunya menjadi pemerkosa. Hanya para pendekar pilihanlah yang bisa memahami mimpi-mimpi mulia para dewi ini, namun kadang dalam ketulusannya malah mudah disakiti dan bahkan dibunuh baik secara nyata maupun dibunuh kemanusiaannya.
Hingga pada suatu ketika pemimpin pendekar berwatak jahat ditumbangkan oleh para satria muda, namun belum juga benih-benih yang dilahirkan dari kebiadaban pemerkosa itu hilang dengan bersih, bahkan dengan liciknya mencoba menjual dewi-dewi cantik untuk dinikmati hidung belang manca dengan harga yang murah, mereka telah melacurkan para dewi ini secara lahir dan bathin. Sehingga semakin sengsaralah anak-anak sang dewi karena ulah para pendekar berwatak jahat yang tidak memiliki kekayaan imajinasi dan pemahaman cerdas sebagaimana yang pernah dijanjikan para satria dahulu sehingga membuat para dewi terpesona.
Saat ini para dewi sedang menangis terisak-isak karena dililit hutang dan melihat anak-anaknya harus berjubel antri sembako bahkan minyak yang keluar dari nadi-nadi di payudaranya disedot oleh orang lain, mineral dan batu bara yang tersimpan dibalik kulitnya yang ranum pun dijual murah untuk orang lain, bukan untuk anak-anaknya yang harus berjuang mati-matian mempertahankan hidup dan menanti kesengsaraan selanjutnya bersamanya hingga menyadari arti mimpi dan mewujudkannya dalam ancaman angkara murka yang semakin kuat saja.
Dewi itu ibu pertiwi ya mas?
BalasHapusbagus sekali analoginya.
Great post mas
ooooo baru ngeh setelah baca komen bang erik
BalasHapushehehhe dudulnya saya
dewi-dewi yang malang.
BalasHapusmenanti saat munculnya seorang pemenang sayembara yang akan segera dilaksanakan.
terlalu banyak satria yang ikut dalam kancah pertandingan.
@ Erik :
BalasHapusMas Erik memang moy...iya mas...
@ Cebong Ipiet:
Jangan kecepeten ngegasnya ya mba...
@ ORNAMENTS-3D :
tak tahu, satria mana yang berhati baik mas...
pait...
tadi pagi aku udah kesini.netku mungkin lelet nunggu sekian lama gak bisa ngeposkan komen. sekarang datang lagi, mudah mudahan ini bisa masuk...
BalasHapusiya tuh.bunda elly bikin isu alias gosip aja. masa aku digosipin preman pasar plaju?hue..he...
BalasHapusDewi itu kini sedang menunggu datangnya pengeran tampan, baik hati dan pemberani yang bakal mengenyahkan pendekar-pendekar jahat tersebut. Dewi itu terus berharap meski ia tak yakin bahwa sang pangeran akan datang dalam waktu dekat. Mungkin 5 tahun lagi, atau 10 tahun lagi. Tapi, dewi itu yakin bahwa sang pangeran akan datang, cepat atau lambat.
BalasHapuswiih..... ceritanya bagus tenan iki...... di film z neng....
BalasHapusmengsinspirasi banget. meski diceritakan dengan gaya nyante.....
BalasHapushiks, jadi pingin menulis gaya analogi kayak ginian. tapi ajarin dulu ya.....
maukan?
betoel kata Mas Gus.. gayanya analogi bangeut.. tubuh sensitif wanita pun di jadikan sebuah analogi
BalasHapusseperti :
anak-anaknya harus berjubel antri sembako bahkan minyak yang keluar dari nadi-nadi di payudaranya disedot oleh orang lain
atau pakaian dalam wanita sperti bh dll
hihiihih... mantep N keren neh tulisan na.
Mampir.. makasih udah komen di blog sayah. Hooo ibu pertiwi toh maksudnya... sayah kira dewi-dewi yang lain. Dewi Lestari, Sandra Dewi dsb. Btw, angle yang diambil kerenz :)
BalasHapus@ Kristina Dian Safitry :
BalasHapusmasuk...wah penak tenan...kakaka
@ ARIEF ULLYANOV:
semoga sang dewi tetap tabah, dan akanmelahirkan putra-putranya yang mumpuni...
@ mingto... Biasa saja Tuh..:
makasih bang, kalo difilmkan wah...
@ gus:
Waduh bisa kurangajar nih ngajarin sang mastere...walah...
@ JALOEE:
sekedar bagi-bagi kacamata bang...
@ Ackmali@:
semoga tidak kapok dateng kesini ya...
semoga masih ada waktu buat sang dewi melihat anak2nya berjaya...(halah! wes mutu belom komen aq)
BalasHapushihihihi..gadis kok ngomel disini seeeh!!!
weits.....cara penyampaian yang simple dan enak unuk di baca...good posting...and keep going on kang...
BalasHapusmohon koreksi nih yang kangen updatenya tambahin ama yang ini juga kang....feednya
http://seenthing.com
Semoga krisis global bisa segera di atasi. Pemilu 2009 juga mudah2an bisa melahirkan pemimpin2 yang baik dan mempu mengangkat harkat dan martabat sang dewi.
BalasHapusada saatnya pada suatu hari dewi2 akan menagih para kesatria yg telah melacurkannya.... "jadi totalnya..." (mencet2 kalkulator) "...." (mencet2 kalkulator) "Untuk service digadekan.... trs dilacurkan.... trs perawatan vagina... trs jamsos anak2ku... trs... trs... trs..." (sibuk menulis list..) "jadi totalnya dikalikan dari tahun jebot smp tahun gak jelas ini, jadinya segini mas.... bayar!"
BalasHapusweitsss...cerdas sekali cara sampeyan bertutur kata...seneng aku kro kalimat2 sing implisit koyo ngene...
BalasHapusMemang, saatnya anak sang Dewi mengembalikan kehormatan ibunya,..
BalasHapusbiar kulukiskan ceritamu dalam candaan kecil..
BalasHapustanpa bait yang menjadikan sempurna
diri ini hanya sepenggal kata yang mencari makna dalam dri
andai alurmu adalah bisu dalam derai lemahku
mungkin imajiku tak kekal untuk memandang anganmu
sebab aku hanyasepenggal kata...
Mungin air mata akan tetap mengalir, kalau dewi
BalasHapus-dewi itu tak berusaha bangkit dan maju, karena sampai kapanpun dia tak memiliki kekuatan untuk membela..dan selalu...selalu dilecehkan.
kebaikan masuk kantong pribadi, utang luar negeri rakyat jadi jaminan, negara petani tapi beras tak mencukupi kebutuhan rakyat...ah...kayaknya benar-benar harus menunggu panngeran sulap...kalau pangeran biasa sulit kayaknya deh...
pangeran sulap menyulap ..lintah darat jadi semut atau kecoak atau apa saja yang tak memiliki kekuatan dan kekuasan unutk mengisap darah rakyat.
Salam kenal kembali...
Posting yang mantaff. Salam nasionalis dari aku yaa.
BalasHapusCheers, frizzy2008.
http://frizzy2008.blogspot.com
salam siangny alangsung diterima kawan
BalasHapusmampir sebelum giliran mati listrik nih..bacanya masih to be continued..belum bisa komeng heheheh..tukeran link bolehkan?
BalasHapusjgn lagi rusak alam ini, krn manusia akan merasakan dampaknya.... Ayo selamatkan bumi pertiwi dengan jangan buang sampah sembarangan, jangan tebang pohon sebarangan, jangan buat polusi, lakukan prilaku hidup bersih dan sehat. Semua demi generasi masa depan
BalasHapuswow menyentak kalbu neh he3 jadi malu (maksudnya?)btw SELAMAT TAHUN BARU 2009 Kawan
BalasHapusAy00 Maju...
@ elly.s :
BalasHapustuhan maha adil, sopo salah seleh...bunda
@ Harry potter:
udah mas..jadi ketularan seenthing...walah
@ Seno :
moga-moga mas Seno, tapi dari kandungannya tuh...sami mawon...
@ Senoaji:
wuehehe...masih tebang pilih mas...
@ gunemanku:
weits juga...menghindar...
@ brigaspad :
tentunya anak yang terpilih oleh alam ya mas...
@ Ahmad Flamboyant:
wah manis sekali...asal jangan memenggal ...kayak salah satu partai itu..yg kurangajar
@ kweklina:
pengandaian yang jitu deh ...
@ frizzy2008:
saya masih bukan apa-apa mas...
@ Kristina Dian Safitry:
ha...ternyata keconangan...
@ Kamilia:
boleh...tapi link nya kemana..kok ngilang
@ Wirati Astiti :
betul mba...bersih dari hati yang paling dalam...
@ Kanzelir:
Selamat tahun baru juga kawan...semoga tahun depan kita bertambah pencerahannya atas segala sesuatu...
apdeeeeetttttt!!!!
BalasHapusdah 3x bolak baliiiiikkkkk!!!!
@ elly.s:
BalasHapusampuuuun...baik mam...doakan ya...
benar ternyata saya harus belajar banyak di blog ini. inspiring!
BalasHapusOoh...ternyata Para Dewi juga bisa menangis...kasihan juga ya
BalasHapusawas lintah....siapkan garam!
BalasHapusasemik... ra janjian kok metune podo... pancen wis titi wancine...
BalasHapus