mengintip jurus pemanah rembulan satu

Table of Contents
Nuwun sewu dan maaf sebelumnya jika tulisan saat ini agak menggelikan eh... menggelinjang ...kleru maneh ash... menohok, bukan maksud hati demikian namun hanyalah sekedar urun rembug atau sharing informasi tentang salah satu isu strategis seorang raja yang ingin memanah wanita eh rembulan dalam arena dimana sopan santun, unggah-ungguh, inggah inggih, bahkan tidak ada namanya penghormatan kepada saingan selain dibibir saja, sebuah rimba tanpa ujung, sebuah persaingan dan pertaruhan yang melibatkan banyak sekali kepentingan. Atas nama DEMOKRASI dan kebangsaan.

Restorasi kebudayaan mungkin akan lebih sering terdengar sebagai salah satu jargon nantinya jika masih dinikahi eh dipake oleh salah satu ksatria yang akan meminang sang dewi. Budaya mungkin sesuatu yang sangat seksi saat ini disaat para kawula muda digiring masuk ke dalam ranah zaman serba digital, pergaulan bebas (lain dengan dahulu, maksudnya), pendidikan yang semakin berat serta persaingan baik karir, pekerjaan maupun usaha yang mau tidak mau menyudutkan pelaku kehidupan ini dituntut untuk mengerjakan segala sesuatunya dengan efektif, efisien, singkat dan menghasilkan laba yang banyak bagi perusahaan atau dirinya sendiri.

Tidak ada yang salah dengan hal diatas namun dengan tercurahkannya waktu untuk bekerja dan beraktifitas untuk kebutuhan hidup, tentulah banyak hal yang hilang, meskipun jika mau bersosial bisa dengan blogging, Friendster, Facebook, Twitter, plurk, chatting dan layanan jejaring sosial lainnya yang lumayan bisa diteruskan dengan kopi darat, namun sangat terbatas sekali tidak seperti ketika dunia masih santai belum sesibuk saat ini bahkan kadang bagi para penyuka touring, clubber, fisher dan lain-lain juga mungkin hanya bisa menikmatinya meskipun selalu tidak terpuaskan rasanya.

Masih heran dengan restorasi kebudayaan, seperti yang dahulu pernah menjadikan dilakukan Meiji di Jepang, dengan mengorbankan banyak samurai yang jago untuk kemudian menjadi ronin karena harus menyimpan samurainya, dan kemudian menjadi penguasa-penguasa daerah. Mungkin ini impian beliau, untuk memajukan bangsa, cukup bagus dan mempesona memang sekilas dengan implikasi yang seabrek, melihat begitu banyaknya pekerjaan rumah dan pegal-pegal sang dewi setelah gagal orgasme berkali-kali. Namun dimana para ronin negeri ini saat ini, para ronin itu juga malah saling jegal untuk mendapatkan kecupan-kecupan mesra dan berlomba-lomba untuk saling mengulum bagian-bagian sensitif sang dewi ....

Menimbang konsep isu diatas, bukankah negeri merdeka ini adalah sebuah spesies baru, satu bentuk yang memiliki karakter, pondasi dan visi yang sangat berlainan dengan tebaran dewi-dewi a.k.a kerajaan masa lalu, sebuah negeri yang diimajinasikan demokratis, memiliki nasion dari sabang sampai merauke, sistem sosial, pendidikan dan kewargaannegaran yang sangat berbeda dengan tinggalan budaya pada masa lalu, dan saat ini memang sedang mengalami silang sengkarut untuk menjadi tumbuh dewasa dan mematangkan karakternya sendiri.

Dialog yang harus dibangun secara positif dengan beradu konsep kadang harus menghadapi atau diakhiri dengan konflik kekerasan, bahkan kejadian seorang ketua dewan harus meregang nyawa karena aksi kekerasan yang berlandaskan isu kedaerahan dan kelokalan juga, banyak sekali memang dialektika yang muncul saat ini dan mau tidak mau harus dapat diselesaikan dengan kepala dingin, lapang dada dan jiwa satria menerima konsep yang berwawasan kebangsaan keindonesiaan.

Kebijakan dan jiwa kelokalan memang bisa dipahami dan diterima dengan nalar, namun jangan sampai hal tersebut menjadi sebuah mata pisau untuk sekedar unjuk diri mencari eksistensi kedaerahan atas nama projek atau kekakayaan daerahnya, sehingga melupakan rasa nasinalisme yang dengan susah payah dibangun oleh para pendahulu kita. Kepadatan penduduk dan pemiskinan warga haruslah diatasi dengan sebuah kemauan politik yang sarat dengan rasa kasih sayang, kejujuran, transparansi dan berpihak pada rakyat miskin.

Akankah sang ksatria dari kota tujuan wisata ke 2 setelah Bali ini, yang sejak kecil hidup dalam sangkar emas dapat memahami arti kemiskinan dan penderitaan, sanggup memberikan obat bagi luka-luka sang dewi, memahami dan memisahkan budaya demokrasi dari kungkungan aturan memori kolektif eksotisme kedaerahan dan erotisme kejayaan masa lalu, ataukah lupa perkataan sendiri "tahta untuk rakyat", dengan memanah rembulan yang akan disayembarakan melawan para ksatria karier dan profesional yang tak jemu-jemunya juga mengincar keelokan sang dewi. Bukankah lebih baik beliau memasuki ruang kebangsaan dan kebudayaan yang indah kemilau, daripada sebuah ruangan sempit namun tempat perselingkuhan para pengeruk kemolekan sang dewi dan pusat harapan rakyat bercengkerama....

79 komentar

Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 03.54.00 WIB Delete
om tulisannya kok bisa keren gitu sih??
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 04.32.00 WIB Delete
den...aku dah baca mpe keringetan tapi ga mudeng kang di maksud gimana?
berat banget mau di cerna nih postingan..., wah piye ki?
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 04.59.00 WIB Delete
didoakan saja kalo ga bisa ngingetin. syahdan, sugesti positif juga berpengaruh positif.
oh, terus juga jangan lupa sering2 di sms.
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 05.25.00 WIB Delete
@ ipanks : walah... tulisanmu luwih apik...

@ nirmana: alot banget ya..., gpp mas... kakaka...

@ The Bitch : oke... deh
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 05.32.00 WIB Delete
Kopinya masih panas nih. Sruput...Sruput...Sruput... Ssshhhh....wussshhhh...

Kata para penganjur demokrasi: konflik kekerasan hingga ada yang harus meregang nyawa itu bagian dari proses demokrasi sejati. Prosesnya memang panjang dan juga memang tidak dalam sekejap.

Lho, kalo masih harus berdarah-darah, kenapa harus repot2 berdemokrasi? Minta maaf sono ama mendiang Eyang Soeharto. Minta maaf sono ama Bung Karno. Jangan lupa Aidit dan temen-temennya juga.

Kalo begini caranya, bukan cuma darah yang berceceran sia-sia, tapi juga trilyunan rupiah terbuang percuma untuk sesuatu yang semakin ga jelas arah dan tujuannya.

Kopinya masih panas juga. Nyruput lagi ah.
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 06.00.00 WIB Delete
Yaaaa..
Gimana ya?
Biasanya dibalik aksi2 seperti itu ada oknum oknum tertentu yg mendalanginya lo..
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 06.23.00 WIB Delete
sumpah...aku baca sampai bbrp kali. gak ngerti juga. cuma bisa menebak2 nih:

ksatria dr kota wisata no-2 itu maksudnya sultan HB jogja? kalo memang itu maksudnya, kupikir dia pantas meramaikan bursa capres bersama SBY (moga calon2 kuat lainnya muncul....mega bagiku ndak masuk itungan)

aku kok yakin pria ini adl seorang demokrat yg punya pemikiran maju. paling tidak ia menolak poligami/selir meski gak punya keturunan laki2...hahahah. modal penting seorang pemimpin adl keberpihakan pd rakyat, dan ia tampaknya punya kualitas tsb

aku kurang ngikutin perkembangan soal ini. tapi apa kendaraan politik yg akan dipakainya utk maju sbg capres?

menurutku justru orang2 seperti ini harus maju ke panggung politik dan jangan berada di balik layar, bermain di ranah kebangsaan dan kebudayaan aja

kalo orang2 berpotensi, bernurani, berdedikasi utk kemajuan bangsa negara nggak masuk arena politis, nanti ujung2nya dunia perpolitikan bakalan dipenuhi orang2 aji mumpung alias ksatria karbitan...bisa2 hancurlah negara ini

politik itu baik kalo dipenuhi orang2 baik. dan ia akan menjadi busuk kalo dipenuhi orang2 busuk. ia akan menjadi rumah bordil kalo banyak pelacur di dalamnya. namun ia akan sesuci rumah ibadah jika orang2 arif bijaksana berkumpul di dalamnya

maka aku mendukung pencalonan sultan sbg capres!
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 06.28.00 WIB Delete
Tumut Nyrupuuuuttt kopi angetnya.....
Apakah pilar demokrasi yang empat harus ditambah satu sehingga jadi lima; yang kelima; wajib ada korban berjatuhan? Ah...., mahal amat harga sebuah kedaulatan rakyat yang sudah dipancung dengan guillotin-nya Raja Louis....;
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 07.58.00 WIB Delete
wahh..memang bahasa yang dipake tingkat tinggi..hiks..sampe bolak balik, balik bolak kubaca...hallahhhh..hebat bener euy..
kok bisa yah bikin kaya gini?? apa resepnya bang he..he..
Mungkin beliau sang kesatria ingin ikut meramaikan tempat perselingkuhan para pengeruk kemolekan sang dewi atau hanya ingin menunjukkan kehebatannya...Btw semoga demokrasi dan politik di Indonesia semakin membaik...
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 08.00.00 WIB Delete
wahhh ada dewan pengawas baru disini yah..
nyepam terus ahhhh..biar masuk yang 10 besar...he..he..
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 08.16.00 WIB Delete
sedih, marah, jengkel, menangis melihat berita meninggalnya Bp. abdul azis ketua dprd sumut. begitulah, akibat ranumnya sang dewi, banyak kesatria yang ingin mencicipinya walau dengan tangan kotor. herannya, kemana para intel melayu itu? jangan-jangan ikut memanah rembulan juga...
cukup sudah omong kosong itu!
Comment Author Avatar
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 08.22.00 WIB Delete
Hmmm...sangat mendalam

Begitulah Demokrasi di bumi pertiwi ini mungkin juga diseluruh belantara dunia, kalau para aktor politik sudah mulai naik panggung maka segala cara maupun adegan dimainkan, basa basi hanya kepalsuan,janji-janji hanya omongan doank,relasi jadi musuh bebuyutan dan sejenisnya... yang ada dalam pikiran kotor dan sasaran utama para aktor adalah tujuan mencapai kemenangan, tujuan mencapai kesuksesan, tujuan mencapai puncak kejayaann.
Comment Author Avatar
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 08.26.00 WIB Delete
rembulan saja bisa di panah apa lagi kita
Comment Author Avatar
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 08.28.00 WIB Delete
Hmmm...dari zaman kezaman manusia tidak pernah mencapai kepuasan,dari jamannya maharaja fir,aun ingin menjadi Tuhan sampai dengan jamannya sulthan ingin menjadi sulthan di atas sulthan

Hmmm...
Comment Author Avatar
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 08.40.00 WIB Delete
Saya kurang yakin dengan sang kstaria dalam sangkar emas dengan busur peraknya sanggup melesatkan anak panah perunggunya tepat kesasaran tubuh ibu dewi pertiwi karena kurangnya jam terbang perebutan kekuasaan secara transparan di rimba belantara intrik yang dipenuhi oleh para ninja diplomatik dan jendral berbintang
Comment Author Avatar
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 08.42.00 WIB Delete
hhmm...*manggut-manggut*
diusahakan dicerna deh hehe...
Comment Author Avatar
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 08.43.00 WIB Delete
mbuh ah...ra mudeng
Comment Author Avatar
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 09.45.00 WIB Delete
ada jurus bangau memetik bintang gak?
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 09.54.00 WIB Delete
Begitulah politik. Banyak yang bilang politik itu kejam. Peperangan baik dalam arti perang fisik maupun perang non fisik pasti akan terjadi dan "harus terjadi?".

Mungkin itu juga salah satu hal yang menyebabkan maraknya golput. Kemarakan golput ini di khawatirkan oleh sebagian politikus dengan alasan akan mematikan demokrasi sehingga harus ada yang membuat fatwa haram. Namun pembuatan fatwa yang menghabiskan dana ini apakah akan berpengaruh? Saya sih pesimis.

Saya sendiri ngeri kalo misalnya pemilu 2009 harus diulang 2 kali atau bahkan lebih. Yang jelas bukan hanya uang yang akan terkuras tapi juga kenyamanan.

Pasti akan laku keras para penjual tenaga demo. Apakah demo seperti ini juga bagian dari demokrasi? Wah, embuh ora mudeng. Mau demo bayaran atau gratisan kalo hanya merusak fasilitas yang sudah ada ya buat apa?
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 10.40.00 WIB Delete
kalo mau kita lihat salah satu permainan game online yaitu age of empires, mungkin seperti itulah dalam membangun tatanan bangsa tanpa meninggalkan sebuah tatanan yang memberikan sokongan dalam kemajuan bangsa....

dinegara ini terlalu banyak dendam didalamnya
Comment Author Avatar
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 11.18.00 WIB Delete
kalo baca postingannya mas suryaden inih musti pagi hari dlm kondisi fit, bahasanya tingkat tinggi, utek saya gak nyampe mas hehehe itu aja bcanya baru stengah perjalanan dah ngos-ngosan maaf ini dari lubuk hati yg paling dalam hehehe mungkin saya terlalu bodoh:p
yg pasti.. MERDEKA, saya cinta Indonesia yg berbhineka tunggal ika:D
Comment Author Avatar
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 11.19.00 WIB Delete
btw mas gak takut bintitan po melakukan pekerjaan mengintip gitu hehehe
piss..jangan pipis dcelana yah:p
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 11.30.00 WIB Delete
saya setuju dengan "Namaku Wendy" yang pertama urutan 21, tulisan mas mantab-mantab... :thumbsup:

Banyak yang bilang politik itu ujungnya pembusukan.,.. tapi bukanlah politik yang busuk, melainkan orang-orang yang berpolitiklah yang membuat politik itu busuk... suk-suk-suk...

balasan dari comment Mas : hehehe, iya ni mas akhir2 ini banyak masalah ttng diriku dan blogku... hiks****. udah salah klik, terus backgroundnya berubah dengan sendirinya... waaah pokoknya apeeeees...
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 11.59.00 WIB Delete
Setiap zaman memiliki tantangan berbeda. Seperti Jepang ketika merestorasi dirinya. Semangat samurai dialihkan ke industri. Tapi efek buruknya mereka menjadi bangsa Chauvinist sejati...

Mampukah Sultan meminang Dewi???
Abu meragukan...
Karena dalam setiap mitologi, percintaan antara Dewi dan Kesatria selalu berakhir tragis.
Seperti dalam Mitologi Yunani, Nordik, India dsb...
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 12.37.00 WIB Delete
Wah bahasanya pakai simbolis, mesti mereka reka nih
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 13.10.00 WIB Delete
diksinya mak !!! dahsyaat ....
Comment Author Avatar
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 13.59.00 WIB Delete
Weewwww... dengan bahasa di tingkatan tertentu nih....,

Menghadapi era modern seperti ini kelihatannya Demokrasi dijadikan ajang percobaan, agar sesuai dengan keinginan para pemainnya. Sampai-sampai mengorbankan ("rakyat") yang seharusnya di "openi".

*Mas Surya ini cumak nebak lho ya...
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 14.41.00 WIB Delete
@ Ullyanov : wah... sama-sama minum kopi aja lah... daripada besok uangnya untuk yang gak jelas...

@ Rampadan : celaka memang, dalang itu semoga sadar...

@ nita : tepaaat, tapi masih wang sinawang juga yah...

@ munawar am : sudah jatuh ketimpa guoletin, waaaah...

@ Atca : kekuasaan memang nikmat bukan maen dah...

@ sibaho : iya mas, memang dibiarkan kayaknya.., aku kok gak bisa komen di rumahmu bang...

@ Baka Kelana : dia terlalu sayang untuk dijegal, tapi mau gimana lagi, sudah masuk ke lapangan itu...

@ kenil: woa lah iya ya... ngeri juga...

@ Linda Belle : makasih ya... pelan aja...

@ Cebong Ipiet: ini untuk masukan buat dia bong...

@ FATAMORGANA : wekekeke...

@ 007 : saya setuju mas seno, buat apa kalo ngrusak fasilitas umum...

@ omiyan : dan dendam itu sudah mengkristal dengan kemilau indahnya...

@ namaku wendy : waduh ngompol aku mbak...

@ TOHIRCICOMRE : orang dan caranya berpikir itu loh ya...

@ tengkuputeh : itulah kegerian saya bang...

@ Erik : maju terus mas Erik...

@ mantan kyai : nulise juga bingung pake beberapa hari juga... walah...

@ Digital Baca: kita ini memang sudah nggak dianggap manusia mas....
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 15.18.00 WIB Delete
wakzzz...nama saya diseret abisss...hikzzz :( wah sangkar emas...hihihi...seandainya saja kang...wkwkwkwk

kemilau dan indah tidak berarti cemerlang...hehehe, jika ada yg menunjukkan kemilaunya mungkin saja supaya 'kelihatan' seperti itu...klo sampai sefanatik itu dengan daerah..weitsss...indak lah yauuu...meskipun saya melihat ada sebagian yang sepertinya gila hormat...hehehe...

saya wong kere cilik begini kang, klo gaul mah ama siapa aja...hihihi, saling tuker inpo doang ;) yah sekarang udah lumayan buanyak bisa akrab ama blogger lainnya, perasaan malah saya lbh byk kenal ama blogger luar daerah daripada daerah sendiri...wkwkwkwkw

ngacirrrr akhhhh, nti saya buales pokoke dipostingan saya...hihihi

saya lebih milih ruang sempit dan menyendiri sambil ketemu dengan orang yang sudah mampir :D

utk rasa kedaerahan, saya malah ndablek...klo kenal sama blogger yg mampir ya saya mampir balik, klo ada nyang komenk saya komenin balik...hihi
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 15.38.00 WIB Delete
Duh aq takut salah tafsir..

Tp aq coba mengomentari..Bahwa setuju sekali lebih baik "beliau memasuki ruang kebangsaan dan kebudayaan yang indah kemilau, daripada sebuah ruangan sempit namun tempat perselingkuhan para pengeruk kemolekan sang dewi dan pusat harapan rakyat bercengkerama...."

Karena pondasi yang sudah terbuat secara struktural oleh 'pendahulu' masih belum mampu untuk digoyahkan. Sehingga pilihannya ketika masuk ke 'ruang sempit' itu adalah TERBAWA ARUS.
Comment Author Avatar
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 16.02.00 WIB Delete
waduh ah gimana nich..
berat banget nich postingan. perlu pencernaan yang baik nich kayaknya..wkwkwkkwkk
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 16.09.00 WIB Delete
Ihhh.. panjang amat ya.. dgn caramu yg bagus.. salut gue
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 16.31.00 WIB Delete
Membaca tulisan sampean yg sama sekali gak bisa dibuat nyante itu...membuatku terus mengenyitkan dahi. Sampean ini berbakat jadi politikus...Btw..nice banget...aku sudah 'orgasme' berkali-kali membaca tulisan mu...
Comment Author Avatar
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 16.43.00 WIB Delete
@pak dhe suryaden:masukin apanya pak dhe? siapa yg di masukan? *bingung* hyeheyeheyehye kudu sabar pokoke nek koncoan karo lelakon pewayangan boso kayangan....

ngko bengi tak komeng maneh ya..be'e diriku wes mudheng...yihaaaaa saatnya pulaaaang uhuy
Comment Author Avatar
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 17.03.00 WIB Delete
hebat yah mas..kan indonesia dapet medali perdana di olimpiade dari olahraga panahan...kek..kek
Comment Author Avatar
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 17.05.00 WIB Delete
hebat yah mas..kan indonesia dapet medali perdana di olimpiade dari olahraga panahan...kek..kek
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 17.11.00 WIB Delete
saya hanya menangkat satu kata "tahta untuk rakyat" dan saya teringat pada (alm) Gusti Sinuwun HB IX
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 17.23.00 WIB Delete
kasus klise mas, hampir di semua negara-negara berkembang fenomenanya demikian, hanya, para calon-calon yang ingin mengatakan dirinya wakil rakyat itu ingin berkiblat kemana ya sesungguhnya? rasanya mereka sendiri juga kebingungan, apalagi kita yang sebagai punggawa pun bukan .. :)

Menyinggung Reformasi Meiji saya jadi inget filem The Last Samurai-nya Tom Cruise ya kalo ngga salah..:)

Tapi dari reformasi itulah justru Jepang menjadi seperti sekarang, dengan yang dikenal dengan flying geese formation, yang paling tidak menggusung bangsa-bangsa Asia agar bisa diperhitungkan di dunia internasional.

Gaya nulisnya bagus kang..saya ngga tahan untuk tidak memuji..apalagi kalo membuat surat cinta ya..mungkin bisa-bisa lebih dasyat..
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 17.35.00 WIB Delete
Lha iyo kang...
Comment Author Avatar
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 17.42.00 WIB Delete
mari kita nyeruput kopi darat wakakakkaa

Hoyo... politik lagi...
Beraaat..
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 19.52.00 WIB Delete
Iya ya, demokrasi kita sedang kena struk apa ya he..he.. semoga bisa di selamatkan.
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 20.09.00 WIB Delete
yang beginian nih yang bikin pusing....
hahhahaha........
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 21.26.00 WIB Delete
ruang kebangsaan dan kebudayaan yang indah kemilau,
aku suka....!
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 22.40.00 WIB Delete
wah wah wah kang...mantab buanget nih ck ck ck ck aku sampai terkagum nih kang.....
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 22.52.00 WIB Delete
aku seakan akan baca novel nie.. mantap banget bahasanya
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 04 Februari 2009 pukul 22.58.00 WIB Delete
mas, gimana? yang menggelinjang nya kok dicoret?hehe
Comment Author Avatar
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 00.07.00 WIB Delete
wah, baca postingan ini rasanya jadi bodoh banget sebab perlu beberapa kali baru bisa mengira-ngira pesannya...

Meski sangat mengagumi sultanku, tp entah kenapa masih kurang sreg aja kalau beliau menjadi presiden

*komentar org Jogja murtad* hehe...
Comment Author Avatar
Anonim
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 00.21.00 WIB Delete
mhmhmh...demokrasi tho...
mmhhh.. bedanya dengan rebutan bulan..apa sami rawon?

ksatria piningit tho? bedane dengan cah ilang gek kepriye?

mhhh... saya masih mblereng je maos sing ten nginggil niku
Comment Author Avatar
Anonim
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 01.39.00 WIB Delete
Meiji Restoration ... kali
Comment Author Avatar
Anonim
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 02.06.00 WIB Delete
kota tujuan wisata kedua setelah bali, apaan sih ? jogja ya ? masak sih ? emang ada apa disana ?

lol ngacir ah sebelum dipanah.
Comment Author Avatar
Anonim
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 02.19.00 WIB Delete
Kalau unggah ungguhe koyok aku piye yo kang, wong ndeso ga duwe unggah ungguh blasss...
Gambare asyik kang.
Comment Author Avatar
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 02.39.00 WIB Delete
hmm yg mo manah sang dewi tolong jgn membuatnya terluka ya..yg cm mo memandang sang dewi, pandanglah segala lekuknya..yg brani membelai sang dewi..hati hati terhanyut kemolekan nisbynya..bt yg punya sayembara jgn lupa posting ini ga bleh luput..coz ajiiiiib bgt..keren mas..
Comment Author Avatar
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 03.04.00 WIB Delete
@ gdenarayana: bagus juga, nasionalisme yang murni indonesia...

@ bani risset : sayang memang...

@ dwinacute : harus maem teratur yah...

@ Mr Bien : walah, salam kenal mas...

@ Jokky Whylantoro : wekekeke. semoga puas...

@ Cebong Ipiet : wuahahaha...

@ Nyante Aza Lae : kakakka...

@ bunda : ya bunda, follow upnya yang penting...

@ mama hilda : lah, nggak ada yang dikirimin...

@ grubik : sama-sama mas...

@ fuda : kalo aku lebih berat nonton pilem fuda...

@ seno: sepertinya susah bener, udah kronis..., sampe harus ada korban berapa juga?

@ Sang Penyamun : wauakakaka...

@ Blog Cantik : sekemilau cinta padah tanah air bukan...

@ harry seenthing : halah, sante aja bang...

@ kapanpun : hus ... banyak ahli novel loh...

@ advintro : biar nggak ketahuan... kaakkaka...

@ astrid savitri : orang waras, bukan murtad... kekeke...

@ masicang : walah mas, gak ada bedanya dengan yang laen loh....

@ Ersis Warmansyah Abbas : katanya sich mas...

@ mercuryfalling : wakakaaka...

@ Soulmate : sing penting kathoke mlotrok seperlunya wae.. wuahhaha...

@ MATA HATI : saran yang memuaskan... kakaka...
Comment Author Avatar
Anonim
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 03.56.00 WIB Delete
semoga saja dia tidak hendak memanah sang dewi. biarlah sang dewi berusaha mencapai orgasme tanpa dia. saat sang dewi berada diatas, justru tidak bisa memberikan rasa orgasme pada orang yang dibawahnya. semoga sang dewi gagal orgasme untuk ketiga kalinya. terlalu riskan memberikan kesempatan sang dewi untuk orgasme. semoga...
Comment Author Avatar
Anonim
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 05.41.00 WIB Delete
rangkaian kata yang indah. apik tenan. maca ping loro durung mudeng. bacaan yang berat buat orang katrok macam saya.
Comment Author Avatar
Anonim
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 06.40.00 WIB Delete
Memang berat juga ni tulisan mas Suryaden ini, saya harus smp berkali2 bacanya biar ngerti nih..tp menarik juga..
Comment Author Avatar
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 08.24.00 WIB Delete
weewwww...
Comment Author Avatar
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 09.07.00 WIB Delete
mas...aq rung sarapan...dadi mocone rodo lemot, hehe....
mungkin karena kita masih dalam tahap belajar mas untuk berdemokrasi.
dewi kie sopo mas??? aq?? sandra dewi ???xixixi
Comment Author Avatar
Anonim
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 12.05.00 WIB Delete
waduh...tulisannya kok antik bgt jadi cocok ama judulnya :D

salam kenal mas
Comment Author Avatar
Anonim
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 12.50.00 WIB Delete
Salam kenal mas Suryaden. Aku tahu blogmu dari komenmu di mbak Aling.
Aku sedikit-sedikit mulai berpikir, jangan-jangan Indonesia memang nggak cocok jadi demokrasi. Soalnya rakyatnya banyak yang suka mendengarkan (sambil ngobrol sendiri) tanpa mau memberi masukan. Yang mau ngomongpun hanya sedikit itupun dari pada tidak ngomong karena otaknya kosong.
Yang otaknya berisi cuma "prengat-prengut dari tepi". Bingung aku.
Ngomong-ngomong kok kita mambahas sosok yang sama dalam postingan ya, cuma punyaku "bianglala diatas Yogyakarta" tidak setajam dan sebagus punya mas Suryaden. Kalau ada waktu mampir ya, tak suguhi gudeg yang dimasak oleh dewi-dewi negeri (walah...ketularan) :-)
Comment Author Avatar
Anonim
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 13.12.00 WIB Delete
Apa kita juga perlu melakukan restorasi seperti di Jepang itu di sini ya kang?
Comment Author Avatar
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 14.05.00 WIB Delete
hmmm postingannya banyak makna tersirat.. ini lagi bicara tentang perpolitikan yak di Indonesia
Comment Author Avatar
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 15.36.00 WIB Delete
@ kyai slamet : boleh juga kyaine...

@ rantong : bangsa itu menentukan nasibnya sendiri kan...

@ endar : walah mas Endar ki, mbok ojo ngono kiye... kakakka...

@ Yusa : walah... makasih mas..

@ Senoaji : crooots....

@ else : waaa....

@ infopemula : seantik... antiknya deh...

@ mas8nur : mampir pasti saya, lam kenal juga...

@ deden : lebih penting restorasi kekayaan kita yang lari itu mas...

@ subagya : walah... mas mochal...
Comment Author Avatar
Anonim
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 15.57.00 WIB Delete
mas, bener gak sih dugaan saya.
kalau sang dewi itu ibundanya dik p**n
dan sang pemanah adalah s****n
:D
Comment Author Avatar
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 16.15.00 WIB Delete
@ kyai slamet : hampir, sang dewi adalah negara indonesia, dan sang pemanah adalah calon penguasa, sampeyan bener sang pemanahnya... kekekke...
Comment Author Avatar
Anonim
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 17.10.00 WIB Delete
tapi kalau diartikan kayak prediksi saya juga masuk lho mas... coba deh!
si ibu kan gagal orgasme dua kali. eh akhirnya orgasme menggantikan kursi pak tua. saat dia diatas, yang dibawah (rakyat) gak berhasil diorgasmekan sama si ibu yang diatas.
*ngeyel*
Comment Author Avatar
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 17.21.00 WIB Delete
@ kyai slamet : iya, memang bisa juga, (jadi mikir), karena gendernya sama kali, dan beliauwati ini sekarang ngomongnya udah lancar dan tanpa beban, salut saya... dan pandanganmu juga masuk juga jadinya... wahahhaa, tengkyu kyaine...
Comment Author Avatar
Anonim
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 17.36.00 WIB Delete
untuk urusan demokrasi Sang Dewi memang harus [perlu] banyak berbenah, karena demokrasi sang dewi adalah demokrasi yg paling rumit sejagad raya. Semoga Sang Pemanah hasil pemilu nanti bisa membenahinya.
Comment Author Avatar
Anonim
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 18.59.00 WIB Delete
wkwkwk ngomong2 tentang meiji-jepang sy jadi ingeut kenjin sibatosai... mengundur kan diri dari samurai.. dan menjadi pendekar jalanan.. wxixiix jadi rindu pingin nonton lagi samurai x .. neh :)
Comment Author Avatar
Anonim
Kamis, 05 Februari 2009 pukul 22.26.00 WIB Delete
wuh..manteb poooll....
Comment Author Avatar
Jumat, 06 Februari 2009 pukul 00.12.00 WIB Delete
wah postingannya keren....tapi panjang juga bacanya....
Comment Author Avatar
Anonim
Jumat, 06 Februari 2009 pukul 00.57.00 WIB Delete
itu kok ada dewan kehormatan nangkring disitu apa maksud na ya kang..hehehe

saya belum bosen baca postingananya nih, cuman udah ngga ada ide untuk komentar jadi say hello aja..
asal ngga jadi say you say me-nya lionel richie
Comment Author Avatar
Jumat, 06 Februari 2009 pukul 03.08.00 WIB Delete
bagus .....bagus......
salut deh....postinganya.
salam kenal, kunjungan perdana.
kalau berkenan boleh tukeran link mas?
Comment Author Avatar
Jumat, 06 Februari 2009 pukul 03.45.00 WIB Delete
@ katakataku : semoga mas, amin

@ jaloee : iya tuh filmnya buagus...hahaha...

@ tiyo : halah ngecee...

@ david : wakaka.. sulit mendekinnya...

@ mama hilda : top komen ma... mamaaa...

@ Sepur Kluthux : waduh link saya kemana ya...
Comment Author Avatar
Anonim
Jumat, 06 Februari 2009 pukul 16.15.00 WIB Delete
Wah postingannya hebat banget pak..

Ga bisa komen apa-apa, kecuali pingin bisa nulis yang kayak ginian pak.. :)
Comment Author Avatar
Anonim
Jumat, 06 Februari 2009 pukul 16.17.00 WIB Delete
Restorasi itu bukan gerbong makan kereta api yaaa??? Wkwkwkwkwkwk.....

Suatu ketika saya sempat bertemu dengan salah satu punggawa sang narapati, lalu saya sampaikan sebuah pertanyaan.., "Mana yang lebih terhormat.., seorang raja.., atau seorang Presiden???"

Sang punggawa hanya tersenyum dan pamit pulang...
Comment Author Avatar
Sabtu, 07 Februari 2009 pukul 01.31.00 WIB Delete
keren mas tulisannya
Comment Author Avatar
Anonim
Selasa, 17 Februari 2009 pukul 22.34.00 WIB Delete
suer tekewer kewer... aku ora ngerti opo iki... wis bolak balik leh moco ora mudeng2 hehe... dodol tenan diriku :D
Comment Author Avatar
Anonim
Rabu, 18 Februari 2009 pukul 01.17.00 WIB Delete
sik toh... iki tulisane jian marakke orgasme tenan..., ben lambat pingin komentar wae pokokke..

semoga sang pemanah nyadar, rembulan itu terlalu jauh untuk dipanah... galang energi, dopping kalo perlu.