damba
Seperti apa harap dan imaji yang bisa tersampaikan ketika semua telah berubah. Pedih, ah itu hanya kata kiasan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak seharusnya ada. Pedih hanyalah rasa panas karena gesekan keinginan dan kenyataan tak bersambung, melontar dalam rasa dan menyuruh pikiran menuangkan persepsinya bahwa rasa itu rasanya seperti ini, tak terjabarkan hanya dengan lima huruf pedih, meski di dalamnya bercampur baur antara asa, sesal dan sesuatu sakit lainnya.
Semua akan terasa gelap ketika mengingat mengapa dahulu harus seperti ini atau seperti itu. Meski dibekali dengan kekuatan merencanakan namun apatah kita ini, kejadian sejam mendatang pun siapa yang tahu. Apalagi ketika menjumpai secercah tapak keindahan kemarin yang selalu terkenang dan memenjara kehidupan untuk mendamba.
Damba seperti yang selalu kau katakan hanyalah angan dan untuk mencapainya diperlukan sesuatu yang dikerjakan selain tentu saja faktor dari yang tidak kelihatan akan membantu, menutupi atau memperparah keadaan dengan kabut-kabut harap, cemas ataupun gulita nan tak mudah diterpa untuk menjadi terang.
Ketika semua daya sudah tercurah namun kesempatan tiada datang, apalah gunanya daya untuk bergerak ketika hanya dihabiskan untuk bertahan. Selalu kurangkai dalam dada kering kerontang ini nama dan cahaya penerang tatih-tatih pejalan tanpa arah dan harap yang kehilangan tujuan selainmu.
Apa makna yang kau genggam untuk pejalan linglung tanpa arah ini selain mencari dan berusaha berada dalam genggam dimana makna dirinya berada. Dimana hati dan jiwanya sudah tertaut tak mungkin untuk berlari menjauh selain membunuh rasa sakit dan pedih dari persepsi pikirannya. Apa lacur ketika hal itu dilakukan untuk menjauh dan pergi ke lain arah rasa yang dibunuhnya dengan segenap daya upaya hanya menghantui dan bahkan selalu hidup dalam temaram perjalanan hidupnya menuju kekosongan makna tanpa ada lagi pemantik obor cahaya di penglihatannya.
Apalagi yang harus dilakukan selain hanya kembali dan membawa jiwa kehilangan makna untuk menemukan kembali jawaban mengapa harus ada kemudian menjadi dan menunaikan kemanusiaan. Memang bukan pertanyaan yang membutuhkan jawaban namun sebagaimana apa arti matahari ketika tidak menyinari bumi sekalian mahluk seisinya untuk bisa mengetahui bahwa ada kekuatan luar biasa sebagai penopang kehidupannya, meski air sebagai sumber jiwanya namun tanpa cahaya apalah yang bisa ditemukannya untuk meneruskan kemanusiaannya.
Haruskah binar karena harap cahaya harus selalu basah agar tidak kering di kegelapan, dan sampai kapan air itu akan habis dan mengering untuk kemudian tak bisa menyaksikan cahayanya karena terlalu perih kekeringan sehingga tak bisa lagi memaknai cahayamu.
hemmmm.... ini tentang cahaya dan air yaa...??
BalasHapusaku kok merinding baca tulisanmu mas :)
BalasHapusbegitu sepertinya...
BalasHapusotak saya gak sanggup mencerna tulisan mas nya ini,
BalasHapusiki tentang opo sih mas?
tentang cahaya dan air dong :D
BalasHapusdamba hambaMu
BalasHapussetuju mas pencerah...
BalasHapusmas, kok puitis banget mas..
BalasHapusjadi merinding bacanya
This video& and info of this blog is so sweet.I am glad to watch it.
BalasHapusButuh napas yang teramat panjang untuk memindahkan semangat tembang di atas ke dalam prosa seperti itu. Hufh...
BalasHapusdamba...
BalasHapustertahan tak trtahan,, lima kata yg penuh fantasi...