Palsu
Table of Contents
Bagaimana bisa ketika harus berani memapah kepalsuan entah demi harga diri atau apa yang disebut kesesusaian bermarsyarakat, jenuh tak terperikan. Tusukan demi tusukan pun harus tanpa rasa lagi saking bertubi-tubinya, masih bisalah mengatasi rasa itu ketika hentak dan dentum cerca berasal dari luar diri, namun ketika apa akhirnya dari dalam pun mengaku akan semua salah dan entah mau apalagi terjadi ketika kepalsuan itu harus menjadi permanen. Entah mau kemana lagi hati dan kaki ini mengajak untuk berlari, semakin jauhpun terasa semakin sakit, bahkan tak ayal lagi ketika berhenti sejenak pun tak dapat lagi rasakan segarnya udara.
Ketika itu berawal dengan baik, maka harus berakhir dengan kebaikan pula. Meski itu palsu. Sedemikian renyahnya palsu, tak bisa mengalahkan betapa indah rasa pait yang memang dari dalam, tak ada pendar warna yang mengelilingnya. Semakin gila rasanya untuk segera meninggalkan perih itu menuju obat penyembuh, betapa harap itu semakin saja mencari wujud dan makin perih serasa panen duri saat menoleh melihat gelapnya jalan mewujudnya.
Sampai titik mana akan berujung, tiada lagi terpikir dan terasa lagi, Hanya berlari dan bergerak untuk menghilangkan perih itu atau tepatnya memalsukannya lagi, menjadi sebuah kepalsuan lain. Entah berapa banyak lagi kepalsuan-kepalsuan itu tercipta, hanya dan hanya untuk sebuah tes, atau dua tetes, hingga ribuan tetes air tercurah, demi sebuah rasa yang asli yang harus dipertahankan dan diperjuangkan meski hanya menumbuhkan jutaan kepalsuan lain demi luluhnya sebuah hati, sebuah tujuan terindah yang pernah tercipta dan selalu saja mencari jalan untuk mewujud, meski jauh terasa jarak lari ini tak pungkiri semuanya.
Semakin tak menyerah semakin salah, semakin berontak semakin remuk redam. Tak ada lagi yang terasa indah untuk dilalui, kepalsuan demi kepalsuan itu semakin menyayat, mengiris dan melebur menjadikan diri sebagai monster tak memiliki hati, hati yang luruh pada murninya hendak, melainkan hati yang mencipta sendiri kebencian dan kepalsuan demi mengobati rasanya sendiri. Sudah runtuh semuanya tak brarti lagi, maka biarlah ku menjura pada kepalsuan yang tercipta untuk menambah rentet daftar hitam tak terperikan.
Demikianlah semoga Agustus di Ceritaeka meriah dan sesuai keinginan yang punya blog, hanya inilah yang mungkin bisa saya lakukan semoga ae sumbangan yang bisa dianggap menyenangkan. Pokoke, aku wis nyumbang.
Terima kasih
Aspal = asli tapi palsu
hehe...
pilihannya antara jujur atau tetap menjaga semuanya seimbang dan terlihat baik2 saja..
bukan begitu om suryaden? ;)
*ngrungokake queen sik*...
EM
itu bukan lomba, motivasiku nyebarin kabar ae... salah besar kalo ikutan, lha tulisan bikin langganan ke apotik terdekat jue... masih lumayan itu daripada bunuh diri.. wkwkwkwkwk
Ma kasih yah udh ikutan memeriahkan ultah CE!
salam takzim hehehe
Eka
skali lg, thank u mas!
:)
dan prosamu mas...gak mudeng deh artinya apa :D
semoga sukses
salam kenal ya ....
aku pasang link kamu di blogroll
semoga berkenan untuk bertukar link