nafas terakhir
semakin ku sadari segala kesalahan saat itu yang tiada pernah termaafkan bahkan oleh diri ini menjunjung semua rahsa semakin tak menentu menjadikan segala setan kemarahan menjalar di nadi-nadi yang bersemayam dalam dagingku. tiada siapapun dapat memahami apa arti yang pernah terjadi bahkan diri sendiri tak menyadari mengapa bisa terjadi, meski bukan hanya kesombongan saat itu, namun angkara yang membelenggu dan membangkitkan berbagai bentuk iblis untuk selalu menuju ke titik yang bernama kesalahan fatal. tiada dimaafkan bahkan untuk diulangpun tiada pernah bisa dialami oleh siapapun yang bisa berkata untuk menguasai waktu betapapun positif apa yang keluar dari mulutnya, ya.. tiada pernah bisa terlepas sekian berat dosa dan hanya harap untuk bisa memperbaiki kembali, nafas terakhir mungkin dapat memberikanmu suasana yang bisa memahamkan betapa aku mencintaimu, tanpa harap dan semua mimpi yang memang sudah tertepis meski tiada henti kumenangisinya.
hanya tinggal batu-batu lancip yang selalu saja turun menghempas dada dan wajah tanpa lagi ada hormat ini. acapkali hanya bisa merintih dalam pelan dan senyap betapa sakit melahap semuanya tanpa pernah lagi ada maaf ataupun kesempatan untuk bisa memperbaikinya. pertanggungjawaban atas kesalahan mungkin hanya sebuah mimpi indah dalam gempuran topan dan deru halilintar yang tak pernah jemu menerpa meski sesekali kudengar tawamu yang semakin menusuk dada hingga betapa ku ingin segera mengakhiri semuanya, meskipun tak menyelesaikan dan tak bisa membuka lembaran episode baru, namun mungkin itu yang kau inginkan, siksa dan derita selamanya untuk diriku yang memang sudah porak-poranda tanpa pernah lagi menginginkan cahaya atas apapun. betapa ingin ini hanya akan semakin membelenggu dalam kenistaan harap, betapapun akan kulepas ingin ini namun semakin dan semakin saja kelam akan menggelayut bahkan semakin hitam pekat bagai nafas terakhir yang penuh senggal dan tusukan jarum beribu jarum menjadikan sembilu yang selalu tercicipi ketika tiada lagi jalan untuk menembusmu.
beraninya diri ini menembus segala macam siksa dan tembok yang selama ini menjaga dari kesadaran untuk akhirnya entah dari tuhan atau iblis yang menemukan kembali pintu pertemuan itu, malaikat berkata itu anugerah serta kebaikan sementara iblis dan setan mengatakan bahwa itu adalah takdir untuk segera secepatnya kembali menyelami gulita malam dalam sekam penderitaan kutukan karena jalan benar yang sudah kau tempuh dan yakini, dan rasakan kenikmatan maha pait hingga bisa kau akhiri tanpa pernah lagi mengenyam nafas yang lega dan pandangan jernih dirinya yang memang tidak pernah terbersit sedikitpun untuk peduli dan mencintaimu, bahwa kau hanyalah seorang manusia yang selalu jadi mainan tanpa pernah eksis dan ada dalam hatinya.
malaikat berkata bahwa tangismu adalah cahaya bagimu dan baginya, sementara iblis menjawab bahwa sekalipun darah yang kau alirkan sebagai tangismu hanyalah sebuah keniscayaan akan keingkaran pada kegelapan yang memang sudah kau teguk tanpa bisa keluar lagi sedetikpun, tiada lagi belas kasih untukmu sekalipun kau merelakan apapun. tak pelak lagi bahwa ketika berharap surga ataupun neraka nantinya, bahwa kau sudaj tersesat sejauh manusia bisa melewatinya, maka dari itu sesatkanlah dirimu sekalian dengan harap bahwa semua karunia tiada ada batas baik bagi segala perwakilan kebajikan maupun semua ejawantah keburukan, bahwa itu adalah keseimbangan, meskipun seyakinnya dirimu bahwa tiada lagi ada kesimbangan ketika membicarakan hal itu. bahwa itu semua hanyalah karma maka jalanilah karma itu hingga tangis darah dan nafas terakhirmu meski harus berteman dengan iblis sekalipun.
betapa anggun setan berkotbah bersanding sangat serasi dengan gejolak nadi yang terkungkung mengamini bahwa sudah meminang kegelapan dan menggauli kehancuran, serta betapa lirihnya suara yang mengatasnamakan kebaikan betapapun tanpa tepi. semuanya masih belum selesai bergelayut penuh ketergantungan meski badan ini sudah tak memiliki nurani pun berjiwa lagi, tanpa keinginan bermega pupus getir apapun selain hanya ingin menjalani nafas serta akhir gerak degup di dada. semua sudah tak terdengar dan musnah, biarlah iblis ngoceh dan malaikat yang malu-malu itu tak bergeming lagi... persetan dengan semua kotbah dan tangisku ku hanya menanti henti degup di dada untuk segera berjumpa dengan nafas terakhirku.
one last breath | creed
hanya tinggal batu-batu lancip yang selalu saja turun menghempas dada dan wajah tanpa lagi ada hormat ini. acapkali hanya bisa merintih dalam pelan dan senyap betapa sakit melahap semuanya tanpa pernah lagi ada maaf ataupun kesempatan untuk bisa memperbaikinya. pertanggungjawaban atas kesalahan mungkin hanya sebuah mimpi indah dalam gempuran topan dan deru halilintar yang tak pernah jemu menerpa meski sesekali kudengar tawamu yang semakin menusuk dada hingga betapa ku ingin segera mengakhiri semuanya, meskipun tak menyelesaikan dan tak bisa membuka lembaran episode baru, namun mungkin itu yang kau inginkan, siksa dan derita selamanya untuk diriku yang memang sudah porak-poranda tanpa pernah lagi menginginkan cahaya atas apapun. betapa ingin ini hanya akan semakin membelenggu dalam kenistaan harap, betapapun akan kulepas ingin ini namun semakin dan semakin saja kelam akan menggelayut bahkan semakin hitam pekat bagai nafas terakhir yang penuh senggal dan tusukan jarum beribu jarum menjadikan sembilu yang selalu tercicipi ketika tiada lagi jalan untuk menembusmu.
beraninya diri ini menembus segala macam siksa dan tembok yang selama ini menjaga dari kesadaran untuk akhirnya entah dari tuhan atau iblis yang menemukan kembali pintu pertemuan itu, malaikat berkata itu anugerah serta kebaikan sementara iblis dan setan mengatakan bahwa itu adalah takdir untuk segera secepatnya kembali menyelami gulita malam dalam sekam penderitaan kutukan karena jalan benar yang sudah kau tempuh dan yakini, dan rasakan kenikmatan maha pait hingga bisa kau akhiri tanpa pernah lagi mengenyam nafas yang lega dan pandangan jernih dirinya yang memang tidak pernah terbersit sedikitpun untuk peduli dan mencintaimu, bahwa kau hanyalah seorang manusia yang selalu jadi mainan tanpa pernah eksis dan ada dalam hatinya.
malaikat berkata bahwa tangismu adalah cahaya bagimu dan baginya, sementara iblis menjawab bahwa sekalipun darah yang kau alirkan sebagai tangismu hanyalah sebuah keniscayaan akan keingkaran pada kegelapan yang memang sudah kau teguk tanpa bisa keluar lagi sedetikpun, tiada lagi belas kasih untukmu sekalipun kau merelakan apapun. tak pelak lagi bahwa ketika berharap surga ataupun neraka nantinya, bahwa kau sudaj tersesat sejauh manusia bisa melewatinya, maka dari itu sesatkanlah dirimu sekalian dengan harap bahwa semua karunia tiada ada batas baik bagi segala perwakilan kebajikan maupun semua ejawantah keburukan, bahwa itu adalah keseimbangan, meskipun seyakinnya dirimu bahwa tiada lagi ada kesimbangan ketika membicarakan hal itu. bahwa itu semua hanyalah karma maka jalanilah karma itu hingga tangis darah dan nafas terakhirmu meski harus berteman dengan iblis sekalipun.
betapa anggun setan berkotbah bersanding sangat serasi dengan gejolak nadi yang terkungkung mengamini bahwa sudah meminang kegelapan dan menggauli kehancuran, serta betapa lirihnya suara yang mengatasnamakan kebaikan betapapun tanpa tepi. semuanya masih belum selesai bergelayut penuh ketergantungan meski badan ini sudah tak memiliki nurani pun berjiwa lagi, tanpa keinginan bermega pupus getir apapun selain hanya ingin menjalani nafas serta akhir gerak degup di dada. semua sudah tak terdengar dan musnah, biarlah iblis ngoceh dan malaikat yang malu-malu itu tak bergeming lagi... persetan dengan semua kotbah dan tangisku ku hanya menanti henti degup di dada untuk segera berjumpa dengan nafas terakhirku.
Please come now I think I'm falling I'm holding on the wall I think is safe It seems I found a road to nowhere And I'm trying to escape I yelled back when I heard thunder But I'm down to one last breath And with it let me say Let me say Hold me now I'm six feet from the edge and I'm thinkin maybe six feet is so far down I'm looking down now that it's over Reflecting on all of my mistakes I thought I found the road to somewhere Somewhere in His grace I cried out heaven save me But I'm down to one last breath And with it let me say Let me say Hold me now I'm six feet from the edge and I'm thinking Maybe six feet Is so far down(2x) I'm so far down Sad eyes follow me But I still believe there's somethin left for me So please come stay with me 'Cause I still believe there's something left for you and me For you and me For you and me Hold me now I'm six feet from the edge and I'm thinking Hold me now I'm six feet from the edge and I'm thinking Maybe six feet Is so far down(2x) Please come now I think I'm falling I'm holding on the wall I think is safe[All Content Belongs to its Respective Owners]
TES..petromax apa premium yaaa???
BalasHapuskesesatan dan kejahatan akan sirna ketika kebenaran menampakkan dirinya....meski untuk menunggu kemenangan itu "butuh" hingga detik nafas terakhir.
BalasHapussemoga sebelum napas terakhir kita bisa melihat damai di bumi ini
BalasHapuswah.. bener bener menyentuh... jadi terharu nih bacanya... gak bisa dibayangin kalo arfi berada pada saat seperti itu...
BalasHapustapi isi postingan sama one last breath kayaknya kurang pas deh... hehe... piss.. ^^
BalasHapusmboten mudeng....
BalasHapusaku menunggu nafas terakhirku
BalasHapus@ TRIMATRA : hai tetangga
BalasHapus@ munir ardi : semoga mas...
@ arfi : memang berat... kok
@ Arif Chasan : kalo harus pas itu pemaksaan namanya mas :D
@ healthy live : mboten nopo nopo.. wekeke, wong niki nggih mboten njelaske kok...
@ attayaya : sama-sama, kita semua.. pastinya
nafas terakhir yang temangsang entah dimana...huaaahahaha...
BalasHapussetan ra mung khotbah...
BalasHapuskadang2 melu kampanye pilpres...
nafas...
BalasHapusanafas...
nufus...
mangtaffff
BalasHapusartine sentik-sentik
Bonne nuit mon ami. Je m'excuse auprès de visite en utilisant la langue française. Je veux des amis avec vous.
BalasHapuspahit getir cinta tiada akhir deritanya salam kenal... visit me yah Paimen ngenet gratis
BalasHapuskesesatan dan kejahatan akan sirna ketika kebenaran menampakkan dirinya, meski menunggu kemenangan itu "butuh" hingga detik nafas terakhir....
BalasHapushmmm....
BalasHapusartikel yang inspiratif, membuat kita semakin sadar atas apa yang terjadi pada diri kita...
semoga di akhir nafas terakhirku nanti dalam keadaan yang baik.
BalasHapusartikel yang sangat menarik gan. salam kenal ya.
BalasHapus