just stand by you
tiga batang samsu menemaniku pagi itu saat memandang sebuah tempat dimana hati tertaut entah sejak kapan, hanya sebuah kepala dengan otak yang dominan itulah yang bisa menjelaskannya meski tentu saja tidak seratus persen kuiyakan karena toh yang tahu cuma saya sendiri. sejam lamanya berdiri dan memandang dengan dada dan kepala saling beradu antara pikir dan rasa serta tentu seperti biasa tidak akan pernah kumengambil kesimpulan secepatnya karena memang bukan ahli menyimpulkan dan memberikan definisi yang jelas serta pasti.
namun satu hal yang membuat kepala dan hati saling mengangguk hanyalah ketika bahwa secara fisik sudah tak bisa lagi diterima di tempat itu hanya secara spirit diri ini bisa diterima disana, sebagai sebuah sampah ketika datang lengkap dalam dua dimensi namun menjadi penyubur ketika hanya dari dimensi tidak nyata, hmmm omong apa ini... tidak bisa diperjelaskah.. memang tidak bisa karena tidak jelas, namun bahwa saling angguk antara otak dan hati ini juga akan membuat luka terdalam dalam sejarah kehidupan dimana kenyataan praduga memang benar terjadi dan hanya sampai segitulah nasib ini diadu untuk kemudian diadili dan kembali lagi menjadi terhukum, juga sepertinya tidak akan pernah berubah sekalipun harus menunduk dan menyiksa diri sepanjang hayat.
selamat pagi yang dingin kuucapkan pada jiwa diri didalam, apakah benar dirimu kuat untuk sakit yang kesekian kali dan mengamininya untuk tidak pernah sembuh lantaran sudah terlalu parah dan akut, meski tetes demi tetes kesedihan akan selalu merimbunkan pikiran untuk selalu ingat akan segala salah yang sudah tak bisa diperbaiki kembali, meski maaf pun hanya muncul dari seraut mulut manis yang memberi cahaya tanpa ada kompensasi dan tindakan selanjutnya, hanya sebatas itu dan hanya sampai disitu titik dan pergilah kau sejauh-jauhnya secara fisik, sudah tidak ada lagi cinta buatmu disini, pergilah dan nikmatilah sendiri kelumu, kelu buatanmu dan sengsara buatanmu sendiri, jangan kau ikut-ikutkan aku pada ranah itu.. karena aku adalah sesuatu untuk dunia, sesuatu yang indah hebat dan dahsyat.. sedangkan kau yang datang dari jauh yang memendam mawar harum namun sudah basi, hanyalah seuntai bangkai yang sudah tak memiliki jati diri dan harga diri... kembalilah pada kerusakanmu sendiri dan pulanglah, aku tak akan mencarimu, harga diriku lebih dari itu... meski apapun pernah kau korbankan bahkan mungkin nyawa dan jiwamu sudah tak berarti lagi bagiku, ini kota besar bung... sedang kau hanya seonggok daging dan kebodohan... katanya.
betul kataku, saya tak lebih hanyalah seonggok angan dan harapan tak jelas bagimu. diri ini hanyalah sekedar konsep yang pada prakteknya tak lebih hanyalah sebuah kertas posisi yang selalu saja salah letaknya. tidak pernah memiliki kebenaran yang bisa kau anut, bahkan mungkin segala yang terucap hanyalah bahanmu untuk melecehkanku, sebab semua sudah pernah kau kunjungi bahkan telah kau miliki, maka saya pun berkata dan membenarkan kata-katamu, ya.. saya hanyalah seonggok daging penuh kesalahan yang sudah tak tertolong lagi bahkan untuk berharap pun sudah tak bisa lagi dengan barrier - barrier didepanku dan juga yang kubawa sendiri. pergilah bawalah sakitmu sendiri tak ada yang bisa menolongmu.. bahkan mungkin tuhanmu yang tidak memiliki ctrl-z, untuk menyelamatkanmu dari harapmu yang meski akan membuatmu mati dia tak akan pernah datang dan membantumu.
aduhai belahan jiwa, betapa tiada jalan lain untuk membuat belahan lainnya menghabiskan sisa kehidupannya kembali utuh meski begitu sulitnya memadamkan amarah dan ketidakjelasan lainnya, ya meski pada dimensi lain kita bersanding begitulah sulit mengakurkan diri dalam wawancara imajiner hemisphere kiri dan hemisphere kanan ini.
namun satu hal yang membuat kepala dan hati saling mengangguk hanyalah ketika bahwa secara fisik sudah tak bisa lagi diterima di tempat itu hanya secara spirit diri ini bisa diterima disana, sebagai sebuah sampah ketika datang lengkap dalam dua dimensi namun menjadi penyubur ketika hanya dari dimensi tidak nyata, hmmm omong apa ini... tidak bisa diperjelaskah.. memang tidak bisa karena tidak jelas, namun bahwa saling angguk antara otak dan hati ini juga akan membuat luka terdalam dalam sejarah kehidupan dimana kenyataan praduga memang benar terjadi dan hanya sampai segitulah nasib ini diadu untuk kemudian diadili dan kembali lagi menjadi terhukum, juga sepertinya tidak akan pernah berubah sekalipun harus menunduk dan menyiksa diri sepanjang hayat.
selamat pagi yang dingin kuucapkan pada jiwa diri didalam, apakah benar dirimu kuat untuk sakit yang kesekian kali dan mengamininya untuk tidak pernah sembuh lantaran sudah terlalu parah dan akut, meski tetes demi tetes kesedihan akan selalu merimbunkan pikiran untuk selalu ingat akan segala salah yang sudah tak bisa diperbaiki kembali, meski maaf pun hanya muncul dari seraut mulut manis yang memberi cahaya tanpa ada kompensasi dan tindakan selanjutnya, hanya sebatas itu dan hanya sampai disitu titik dan pergilah kau sejauh-jauhnya secara fisik, sudah tidak ada lagi cinta buatmu disini, pergilah dan nikmatilah sendiri kelumu, kelu buatanmu dan sengsara buatanmu sendiri, jangan kau ikut-ikutkan aku pada ranah itu.. karena aku adalah sesuatu untuk dunia, sesuatu yang indah hebat dan dahsyat.. sedangkan kau yang datang dari jauh yang memendam mawar harum namun sudah basi, hanyalah seuntai bangkai yang sudah tak memiliki jati diri dan harga diri... kembalilah pada kerusakanmu sendiri dan pulanglah, aku tak akan mencarimu, harga diriku lebih dari itu... meski apapun pernah kau korbankan bahkan mungkin nyawa dan jiwamu sudah tak berarti lagi bagiku, ini kota besar bung... sedang kau hanya seonggok daging dan kebodohan... katanya.
betul kataku, saya tak lebih hanyalah seonggok angan dan harapan tak jelas bagimu. diri ini hanyalah sekedar konsep yang pada prakteknya tak lebih hanyalah sebuah kertas posisi yang selalu saja salah letaknya. tidak pernah memiliki kebenaran yang bisa kau anut, bahkan mungkin segala yang terucap hanyalah bahanmu untuk melecehkanku, sebab semua sudah pernah kau kunjungi bahkan telah kau miliki, maka saya pun berkata dan membenarkan kata-katamu, ya.. saya hanyalah seonggok daging penuh kesalahan yang sudah tak tertolong lagi bahkan untuk berharap pun sudah tak bisa lagi dengan barrier - barrier didepanku dan juga yang kubawa sendiri. pergilah bawalah sakitmu sendiri tak ada yang bisa menolongmu.. bahkan mungkin tuhanmu yang tidak memiliki ctrl-z, untuk menyelamatkanmu dari harapmu yang meski akan membuatmu mati dia tak akan pernah datang dan membantumu.
aduhai belahan jiwa, betapa tiada jalan lain untuk membuat belahan lainnya menghabiskan sisa kehidupannya kembali utuh meski begitu sulitnya memadamkan amarah dan ketidakjelasan lainnya, ya meski pada dimensi lain kita bersanding begitulah sulit mengakurkan diri dalam wawancara imajiner hemisphere kiri dan hemisphere kanan ini.
Apakah jika diri telah bersalah akan terus bersalah selamanya...? Bahkan Iblis pun diberi waktu....
BalasHapusyeah.. mungkin lebih beruntung jadi iblis :D
BalasHapusjust the way it is.... gampange ngomong "sakarepe sikil njangkah"
BalasHapusSing ireng iso dadi putih, sing putih iso dadi ireng...
BalasHapussemangatlah..!
BalasHapuskota ini tak akan ramai tanpa kehadiran seonggok daging dan kebodohan
mas...kamu sakit...?
BalasHapus"Kepala dan Dada" memang kudu bersatu...dg perantaraan leher...tapi kalau kepala dan dada saling bersitegang...maka urat2 leher menjadi makin kejang...perlu relaksasi...yo' ku temani ke "panti pijat jari lentik..."langgananku...mau...?
dan di tempat itu, jangankan kita manusia bahkan sang iblis pun mengeluh.
BalasHapus*nang ndi kui tempat e?*