asu
Table of Contents
Cobaan itu datang lagi setelah cobaan-cobaan lain silih berganti. Tatkala ada dan tiada harapan yang mesthi ditumbuhkan namun ngeyel tumbuh sendiri atau dengan tidak sadar dalam kematianku ini selalu memberinnya pupuk dan air agar tetap tumbuh bercahaya hingga desakan-desakannya sangat terasa mengajak untuk membenturkan kepada sesuatu yang tentu saja kucintai dan kuhargai walau dengan sadar maupun tidak sadar selalu terletak di dalam sebuah ruangan sana yang penuh bahan pengawet meski selalu saja menyiksa dengan bertubi-tubi dan bahkan tanpa pernah bisa kukendalikan sendiri. Sekali lagi mahluk itu merasuk dan membungkam semua tata laksana kewarasan yang memang sudah hilang dan remuk redam dengan tujuan untuk menumbuhkan sesuatu yang baru, sebuah identitas baru melupakan yang lalu menuju sesuatu yang baru ah.. kata lainnya hanya sederhana... sebuah pelarian untuk tidak terlalu sakit untuk mengatakan dan menyimpannya meski ku tak mau sedetikpun kehilangan rasa sakit pasangan menuju kematian tersebut yang selalu saja indah dan bercahaya meski dibalik itu adalah sebuah rasa sakit tanpa tepi dan cahaya lagi.
Sakitpun datang lagi kemudian ditambah dengan rasa sesak dan kepapaan dalam hidup terjerat dengan kesalahan-kesalahan periodik yang semakin menumpuk dan membutakan segala rasa cerah, bahwa ketika itu memang salah dan harus dijalani tanpa pernah merasa bahwa semuanya akan berlanjut bagaikan sebuah tetes air yang mengalir dari bawah gunung menuju ke laut untuk kemudian mati menjadi uap dan hidup lagi kemudian saat menjelma menjadi hujan dalam ketidaktahuannya ketika dipermainkan angin yang seibarat dengan gonjang-ganjingnya kalbu dan kehidupan tanpa pernah terarah sebab hanya bagaikan seorang petempur sejati yang harus menghabisi lawan yang didepan muka tanpa berpikir panjang sampai seberapa kuat dan dahsyatnya laga pertempuran di hari besok setelah kemenangan hari ini.
Atau mungkinkah harus begitu selamanya, mengapa harus takut akan minggu depan sementara hari esok masih penuh permasalahan dan pertempuran untuk hari lusa, menang kalah toh bagaikan sebuah kematian setiap hari yang memiliki bunga mimpi untuk menengadah selalu menanyakan apakah hari esok masih secerah kemarin ataukah masih bolehkah melihat esok hari dimana harapan akan selalu tumbuh meski hanya beberapa detik untuk kemudian hilang berganti harap yang lain, sebagaimana kehilangan-kehilangan yang selalu terasa detik demi detik namun tak pernah bisa dijumpa dan ditemui lagi sebagaimana hari ketika dia hilang dan menghancurkan kehidupanku selama beberapa tahun untuk seumur hidup disesali sebagaimana keinginannya untuk menghukum orang yang menyakiti hatinya selalu, dan ternyata dirikupun telah dihukumnya untuk selalu menangis dalam kematian di dalam kehidupan ini menuju kematian yang sebenarnya, oohh.. masih pantaskah aku mengharapkan dan mencintainya dengan sepenuhnya dalam hukumannya yang selalu dan selalu masih dipertahankannya demi entah keegoisannya atau kecintaannya pada dirinya sebagaimana aku mencintainya tanpa cadangan apapun untuk yang lainnya.
Ataukah aku hanya bermimpi sebagai orang tolol yang sudah mati dan tidak mau hidup lagi menikmati penderitaan yang mengalir deras seperti berkah bagi para koruptor yang duitnya selalu mengalir tanpa pernah berhenti dalam sisi yang sebaliknya. Ataukah menunggunya untuk menghentikan hukumannya dengan mimpi untuk menghidupkan kembali diriku pada tempat yang seharusnya, apakah benar seperti ini yang dilakukannya membunuhku setiap hari sementara mereka dan dia tertawa dalam segala keniscayaannya, asu dong kalo begitu.
*komentar menyesuaikan judul*
misuh misuh gak ada artinya..
tawakal aja :D