inovasi radikal
Dunia pendidikan di negeri begajul, bergerak sangat bahkan supercepat. Terlihat dengan bermunculannya gedung-gedung sekolah yang megah, apalagi universitas yang jika gedungnya tidak beton mungkin saat ini tidak lagi dianggap sekolahan, bahkan pondok-pondok pesantren pun tidak ketinggalan berhias, bergincu hingga menarik sahwat untuk menyekolahkan anak para orangtua yang juga memiliki pertimbangan tertentu, tentunya juga misi tertentu untuk anak tercintanya.
Belum lagi perkembangan metode hingga materi pendukung kurikulum yang sangat fantastis kalo tidak bisa dikatakan radikal dalam arti yang kurang baik. Berbagai pembenahan dilakukan bahkan hingga yang detil-detil, berbagai bentuk standarisasi, laksana membuat produk elektronik yang bisa diinstalkan apapun. Semuanya menjadi berat dan mungkinkah hanya dengan rata-rata umur manusia yang 65 tahunan masa beredarnya itu harus melalui perjuangan berat dalam bersekolah, bahkan kemudian untuk mempertahankan hidupnya. Hitung saja sendiri berapa pengorbanan finansial yang harus dikeluarkan.
Rasa-rasanya memang para pekerja di bidang pendidikan juga banyak dipusingkan dengan terlalu banyaknya inovasi maupun permintaan pasar yang rasa-rasanya seakan tidak ada habisnya. Overload mungkin rasanya jika memang antusias, namun sepertinya juga tidak jika hanya biasa-biasa saja. Disini hanya mengingatkan saja bahwa ada seorang ahli ekonomi yang pernah mengatakan bernama Joseph Schumpeter (1883-1950) seperti ini : "radical innovation drives recurring cycles of 'creative destruction'". Terjemahkan sendiri mudah sekali kok.
Mengapa demikian harus diingatkan sebab sepertinya bisnis dan komoditi pendidikan sudah demikian membuat dada ini sesak, tanpa perspektif yang jelas, yang penting peserta didik bisa masuk, banyak dan lulus dengan materi pendidikan yang meski berat namun entah jadinya seperti apa, melihat para seniornya yang berada dipanggung nasional dan para punggawa yang semakin aneh saja kelakuannya meski sudah dites dengan perangkat yang aneh-aneh. Hmm saya kira kuote dari pak Joseph Schumpeter itu cocok juga, hihihi...
I am sailing
I am sailing
Home again 'cross the sea.
I am sailing stormy waters
To be near you to be free.
I am flying
I am flying like a bird 'cross the sky
I am flying passing high clouds to be with you to be free.
Can you hear me
Can you hear me thro' the dark night far away.
I am dying forever trying to be with you who can say.
Can you hear me
Can you hear me thro' the dark night far away.
I am dying forever trying to be with you who can say.
We are sailing
We are sailing home again 'cross the sea.
VVe are sailing stormy waters to be near you to be free.
Oh Lord to be near you to be free
Oh Lord to be near you to be free . . .
Belum lagi perkembangan metode hingga materi pendukung kurikulum yang sangat fantastis kalo tidak bisa dikatakan radikal dalam arti yang kurang baik. Berbagai pembenahan dilakukan bahkan hingga yang detil-detil, berbagai bentuk standarisasi, laksana membuat produk elektronik yang bisa diinstalkan apapun. Semuanya menjadi berat dan mungkinkah hanya dengan rata-rata umur manusia yang 65 tahunan masa beredarnya itu harus melalui perjuangan berat dalam bersekolah, bahkan kemudian untuk mempertahankan hidupnya. Hitung saja sendiri berapa pengorbanan finansial yang harus dikeluarkan.
Rasa-rasanya memang para pekerja di bidang pendidikan juga banyak dipusingkan dengan terlalu banyaknya inovasi maupun permintaan pasar yang rasa-rasanya seakan tidak ada habisnya. Overload mungkin rasanya jika memang antusias, namun sepertinya juga tidak jika hanya biasa-biasa saja. Disini hanya mengingatkan saja bahwa ada seorang ahli ekonomi yang pernah mengatakan bernama Joseph Schumpeter (1883-1950) seperti ini : "radical innovation drives recurring cycles of 'creative destruction'". Terjemahkan sendiri mudah sekali kok.
Mengapa demikian harus diingatkan sebab sepertinya bisnis dan komoditi pendidikan sudah demikian membuat dada ini sesak, tanpa perspektif yang jelas, yang penting peserta didik bisa masuk, banyak dan lulus dengan materi pendidikan yang meski berat namun entah jadinya seperti apa, melihat para seniornya yang berada dipanggung nasional dan para punggawa yang semakin aneh saja kelakuannya meski sudah dites dengan perangkat yang aneh-aneh. Hmm saya kira kuote dari pak Joseph Schumpeter itu cocok juga, hihihi...
I am sailing
I am sailing
Home again 'cross the sea.
I am sailing stormy waters
To be near you to be free.
I am flying
I am flying like a bird 'cross the sky
I am flying passing high clouds to be with you to be free.
Can you hear me
Can you hear me thro' the dark night far away.
I am dying forever trying to be with you who can say.
Can you hear me
Can you hear me thro' the dark night far away.
I am dying forever trying to be with you who can say.
We are sailing
We are sailing home again 'cross the sea.
VVe are sailing stormy waters to be near you to be free.
Oh Lord to be near you to be free
Oh Lord to be near you to be free . . .
Ehm sebenernya tujuan pendidikan itu untuk mencerdaskan bangsa atau untuk agar mudah bekerja ya... :-)
BalasHapusKalo ilmu adalah tuk cari makan, tentu binatang akan kelaparan... heheehe
BalasHapusmewahisasi nih di negri kita....
BalasHapusmemang benar bisa mematikan kreatifitas siswa jika semuanya sudah diberi batasan2. mungkin kita suka lupa, jika sekolah itu seharusnya hanya memberikan pondasi yang kokoh. selanjutnya biarkan mereka berkarya membangun 'bangunan'-nya sendiri2
BalasHapusInovasi itu improvisasi yang berlangsung sangat cepat....
BalasHapusyeah..
BalasHapuscome on baibe..
wakh seriap main dan masuk dimari, aku selalu seneng dan selalu disuguhin ama lagu yang membuat nostalgila dulu hehehehehe
BalasHapusrenungan tingkat tinggi mas.. :)
BalasHapusyang jelas tuntutan jaman udah berubah. terkadang pendidikan bukan lagi menjadi dirinya sendiri. esensinya hanya seperti pabrik yang dituntut untuk memenuhi kebutuhan pasar.
jadi mereka yang mendapatkan pendidikan, mungkin saja hanya kemampuan dan otak yang terdidik. entah dengan rasa dan hatinya...
tapi kita gak boleh sebegitunya apatis. psti tetap ada lembaga pendidikan yang mengutamakan hati dan rasa peserta didiknya.
Salam mas..seneng bisa mjd sahabat blog, khususnya yg dari daerah sepropinsi..eh itu...nyindir "samas" ya, rmh asal sy dkt samas, tp ga pernah pengen kesana (bener mas, m...m...m...) hihi.
BalasHapusSudah lm tidak main kesini di suguhi dengan Postingan yang Luar biasa, yang menyyadarkan semua orang dsini.. Semoga Postingan ini bermamfaat bagi kita smua.
BalasHapusmampir pagi ajah Mas... :-)
BalasHapusmereka berhias, bergincu hanya untuk yang punya uang. masalahnya..walaupun ada slogan sekolah gratis tetap saja orang miskin dilarang sekolah!
BalasHapuslam kenal,
BalasHapusbalik kunjung yow...
konon, hidup seperti roda pedati yang ditarik oleh kerbau Si leBaY. kadang di atas, kadang di bawah. ;)
BalasHapusdan ndak begitu melenceng kok dari teori sosiologi siapa-itu-aku-lupa-namanya bahwa kehidupan masyarakat akan terus berkembang sampai akhirnya mencapai klimaks dan "lemas" pada ujungnya. :)
tapi, apapun itu, beginilah Multikulturalisme Kita. :mrgreen:
~ maaf nyepam, mumpung update. :)
makin banyaj inovasi makin rumit kehidupan di dunia ini..
BalasHapusluar biasa and mantab gan postingannya
BalasHapussekolah impres masih ada ga ya? apa masih di perhatikan ma 'mereka2' yg katanya peduli dengan pendidikan?
BalasHapussaya setuju pak!
BalasHapusnumpang komentar ya..., salam kenal..
BalasHapusDunia pendidikan sudah menjadi dunia komoditi
BalasHapuspakabar kang? lama nih gak mampir kmari lantaran waktu yang gak bisa kompromi. tetep semangat kan? hehe
BalasHapussalam
ho oh emang...heran liat sekolah yg mahal2 n berlomba2 dgn program yg anaeh2...
BalasHapusyg ada siswanya stress...
pendidikan indonesia memang kudu direvolusi. tidak hanya gedung-gedungnya, tetapi lebih ke 'filosofi' dan 'paradigma'nya.
BalasHapussaya geram kalo ketemu anak sma klas 3 yang udah mau kuliah dan mereka 'bingung' mau ambil jurusan apa. lha? sekolah 12 tahun tidak membuat mereka paham tentang diri mereka sendiri. (kebanyakan belajar kali!) hfff!
nice infonya sob, salam kenal dari q & jgn lupa mampir juga ya
BalasHapussalam kenal aja kang.....keep posting
BalasHapuswow gambar sunsetnya bagus kawan..salam kenal
BalasHapussalam kenal ya.., ditunggu kunjunagn baliknya....
BalasHapusMemang, pendidikan sekarang mulai kehilangan esensinya. Semua terlihat hanya formalitas belaka. Tapi kita tetap tidak boleh menyerah. Penyelesaian masalah harus tetap kita usahakan. Semangat!
BalasHapusSaat ini memang banyak sekali lembaga pendidikan,namun sangat jarang sekali yang bisa menghasilkan lulusan yang berkualitas dan diakui di mata dunia internasional...
BalasHapus