terucap dan selesailah sudah
Table of Contents
Meski kau merasa menang dan berdiri di atas angin namun masa lalu sudah sangat berbeda dengan keadaan sekarangmu, bukannya ku tidak bisa membaca namun semuanya terasa dan rem-rem yang seakan menghantam bagai bumerang itu hari demi hari semakin menyadarkan diri bahwa kumasih terjaga dalam kesucian sebagaimana yang dijanjikannya untuk dapat kembali dalam keadaan lebih bercahaya dibandingkan ketika kudilahirkan meski semua harus melalui padang ilalang dan lumpur yang mengotori namun itu semua tidak pernah menempel sebagaimana keimanan yang selalu terasah dan menuntun dalam rimba kegelapan yang beberapa saat memang harus dilalui sebagai ruang-ruang penghambat untuk menuju kehancuran yang jelas tak boleh lagi kusentuh.
Meski kepala tertunduk menangis tak bisa bertemu untuk menjelaskan dan menjernihkan segala sesuatunya, tingkah polah reaksi itupun justru mengatakan bahwa semuanya telah terkatakan dan selesai sebagaimana telah digambarkan dalam cerita panjang yang jelas sudah kita baca berdua dengan rintihanku dan ketawa kemenanganmu. Seakan aku hanyalah tumbal atas kehancuran yang kau ciptakan, memang bagaimanapun tidak harus ada rasa terimakasih karena semuanya adalah kewajiban untuk saling mendorong menghindar dari kehancuran yang lebih dalam lagi.
Rela dalam cahaya kesadaran ini bahwa tak ada lagi keterkaitan yang harus dijadikan alasan untuk saling bertemu adalah garis terakhir setelah kejatuhan diri ini sebagai tumbal untuk mengembalikan cahayamu. Kesadaran adalah kekejaman hati untuk menuju sesuatu agar tidak ada rasa sakit lagi diantara kita. Jelas bagimu jalanmu dan bagiku jalanku pilihanku, cukup sampai disini semoga tidak ada lagi rasa salah yang dapat kau lempar dari bathinmu kepadaku, karena ketrkaitan hanya sampai disini, seperti ketika kucumbu malam dan harus menceraikannya ketika fajar datang menghilangkan gelap hitam pekat yang indah.
Dengan kejam dan sadar pula sang waktu menceraikanku pada kejatuhan dan rasa sakit untuk kembali menjadi damai meski telah terkuras semua energi dan tenaga namun memang itulah bayaran untuk melihat dan lebih berani menantang kehidupan berbelenggu waktu serta maut yang tak jemu membuntuti demi sebuah cita-cita dan cinta yang masing-masing kita cipta dan pelihara, entah benar atau tidak, sekali lagi hanya diri juga yang membenarkan dan menyalahkan perjalanan kemauan kita.
AMAN?
aman ternyata.
Yang pasti gak ada guna menyesali. Lakukan saja dan nikmati.
*ngomong apa pula ini?
kapan ya bisa nulis kayak gini...:(
Kompiku habis disamber gledek Mas Sur.
Gak kotor yo gak belajar.....
salam kenal ini kunjungan pertamax...
"memang itulah bayaran untuk melihat dan lebih berani menantang kehidupan berbelenggu waktu serta maut yang tak jemu membuntuti"
Bahasanya mengiris hati....
Duh ....
Ada kesal ...
Ada pasrah...
Ada amarah...
Ada sendu...
hebat deh
Pikiranku Patutnya menyadari
Siapa yang harus Dan tak harus kucari
Maaf lama ndak mampir, sedang konsen link building untuk membangun beberapa blog dummy, agar pd bulan januari dapat PR...
salam hangat kang
*ngeleg idu*
kok bahasanya...dewww.... :D
apapun itu tetap semangat ya ;)
hihihihi.. *jo nesu yo kang*
aku sing jek belia ra mudeng
kelewat sastra...
pram wae kalah...
semangat bro
Perpaduan kalimat yang sangat bagus...
postingan ini pas banget dgn pengalaman hidupku...
"r u tired of holding up the sky?"
otak saya yang dangkal ini ndak sanggup mencerna..
meskipun pointnya masih dapet.. hehehe
top bangett... salut to mas Sur..
buka privat nggak mas? saya mau daftar dongg... jd muridnya..hehe
jangan terlalu sering menginagt2 masa lalu...