Rakyat Jelita
Lima menit untuk lima tahun serasa menghantui juga ketika memberangkatkan diri menuju ke TPS di depan rumah, cuman 25 meter tapi kok sepertinya kaki dan otak ini tidak mau mengakui juga apa artinya suara atau centhang dari mahluk seperti ini, bagaikan debu yang gak pernah kelihatan bahkan hanya diakui saja ketika melakukan kesalahan semisal ketangkep operasi kendaraan bermotor di jalan, sidang masalah HO dan segalanya yang berbau negatif saja. Perlu digaris bawahi bahwa ini hanyalah perasaan seorang rakyat jelata, yang tidak pernah dipikirkan bahkan diperjuangkan oleh para politikus saat ini, karena mereka hanya memikirkan dan mendambakan rakyat JELITA setelah sukses masuk ke apa yang mereka tuju, bukan hoax tapi semua masyarakat juga melihat betapa rakyat jelita telah dipakai untuk menarik massa dan suara pada masa kampanye.
Meskipun dari gubuk saya menggandeng dua orang rakyat jelita versi pribadional saya, namun perasaan kekurangan bekal untuk mencentang selalu saja menggebuk kepala selangkah demi selangkah hingga akhirnya sampailah kami sampai ke TPS. Tidak perlu antri karena memang hasrat mencontreng eh mencentang memang sudah luntur sepertinya. TPS sepi tidak ada orang yang mencoba ikut berpesta layaknya pesta demokrasi pada masa lalu, sudah tidak ada yang pedulikah sama nasib negara, entahlah yang jelas saat ini kebijakan dari atas memang seperti sudah diset seperti ketika blooger mau posting terjadwal. Sebelum pemilu harga BBM turun, kemudian sekolah gratis bahkan nanti menjelang pilpres ada lagilah mestinya yang sudah dirancang dan dijadwalkan publish kebijakannya.
Jadi mengapa harus terdogma dengan arti kalimat lima menit untuk lima tahun, lah semua sudah direkayasa sedemikian rupa sehingga kita pada saatnya nanti hanya akan menatapkan mata hati kita pada satu sosok figur, figur penyelamat harga, ekonomi, keamanan, walah... memang itu bukan sebuah kerja tim, dan memang jika pikiran tidak gila. Jika amanah tentunya semua yang terbaik untuk masyarakat banyak adalah hal yang tidak perlu dijadwalkan dan direkayasa untuk kemenangan yang hanya lima tahun juga. Entah mengapa juga alam sang ibu kehidupan selalu lebih waspada dan memberikan peringatan dengan caranya sendiri bagi bangsa ini untuk selalu eling akan kehidupan, bukan hanya tentang kekuasaan semata.
Bingung dan pusing membuka kartu suara yang menurut saya malahan sebuah poster suara, blaik besoar sekali, dan cilakanya makin bingung lagi tidak ada orang yang saya kenal dengan baik, kemudian mengapa ada sebersit idea di kepala saya. Loh lima menit untuk lima tahun itu bukan untuk saya, tapi untuk poster di depan mata saya ini..., wah celaka. Sedekat-dekatnya dengan orang itu pastilah dia memiliki atasan dan kelompok apalagi aturan main legislatif, kemudian ranjau eksekutif dan birokratisme. (doh) pusing kepala ini, benar lima tahun ini untuk mereka bukan untuk saya, karena dengan dua rakyat jelita kepunyaan saya itu hanya kamilah yang bisa menentukan, bahkan tanpa sentuhan tangan mereka, ya hanya kita sendiri, untuk kehidupan kita sendiri.
Paling maksimal hanyalah dapat proyek yang full dengan potongan sana sini situ, sebagai tambahan untuk mengurusi rakyat jelitanya, yang sudah menjadi rahasia umum di masyarakat. Memang hidup makin sulit, lebih-lebih ditambah ramalan mama lorent yang mengatakan bahwa penduduk dunia akan berkurang separohnya, walah... meskipun sudah sepantasnya karena separo lebih penduduk dunia saat ini kayaknya memang sudah tua-tua... wakaka... bagi yang sukses kepilih jadi pemimpin jangan melupakan rakyat jelata yang memberimu dukungan suara, bukan cuma rakyat jelita yang akan memberimu bom waktu.
Meskipun dari gubuk saya menggandeng dua orang rakyat jelita versi pribadional saya, namun perasaan kekurangan bekal untuk mencentang selalu saja menggebuk kepala selangkah demi selangkah hingga akhirnya sampailah kami sampai ke TPS. Tidak perlu antri karena memang hasrat mencontreng eh mencentang memang sudah luntur sepertinya. TPS sepi tidak ada orang yang mencoba ikut berpesta layaknya pesta demokrasi pada masa lalu, sudah tidak ada yang pedulikah sama nasib negara, entahlah yang jelas saat ini kebijakan dari atas memang seperti sudah diset seperti ketika blooger mau posting terjadwal. Sebelum pemilu harga BBM turun, kemudian sekolah gratis bahkan nanti menjelang pilpres ada lagilah mestinya yang sudah dirancang dan dijadwalkan publish kebijakannya.
Jadi mengapa harus terdogma dengan arti kalimat lima menit untuk lima tahun, lah semua sudah direkayasa sedemikian rupa sehingga kita pada saatnya nanti hanya akan menatapkan mata hati kita pada satu sosok figur, figur penyelamat harga, ekonomi, keamanan, walah... memang itu bukan sebuah kerja tim, dan memang jika pikiran tidak gila. Jika amanah tentunya semua yang terbaik untuk masyarakat banyak adalah hal yang tidak perlu dijadwalkan dan direkayasa untuk kemenangan yang hanya lima tahun juga. Entah mengapa juga alam sang ibu kehidupan selalu lebih waspada dan memberikan peringatan dengan caranya sendiri bagi bangsa ini untuk selalu eling akan kehidupan, bukan hanya tentang kekuasaan semata.
Bingung dan pusing membuka kartu suara yang menurut saya malahan sebuah poster suara, blaik besoar sekali, dan cilakanya makin bingung lagi tidak ada orang yang saya kenal dengan baik, kemudian mengapa ada sebersit idea di kepala saya. Loh lima menit untuk lima tahun itu bukan untuk saya, tapi untuk poster di depan mata saya ini..., wah celaka. Sedekat-dekatnya dengan orang itu pastilah dia memiliki atasan dan kelompok apalagi aturan main legislatif, kemudian ranjau eksekutif dan birokratisme. (doh) pusing kepala ini, benar lima tahun ini untuk mereka bukan untuk saya, karena dengan dua rakyat jelita kepunyaan saya itu hanya kamilah yang bisa menentukan, bahkan tanpa sentuhan tangan mereka, ya hanya kita sendiri, untuk kehidupan kita sendiri.
Paling maksimal hanyalah dapat proyek yang full dengan potongan sana sini situ, sebagai tambahan untuk mengurusi rakyat jelitanya, yang sudah menjadi rahasia umum di masyarakat. Memang hidup makin sulit, lebih-lebih ditambah ramalan mama lorent yang mengatakan bahwa penduduk dunia akan berkurang separohnya, walah... meskipun sudah sepantasnya karena separo lebih penduduk dunia saat ini kayaknya memang sudah tua-tua... wakaka... bagi yang sukses kepilih jadi pemimpin jangan melupakan rakyat jelata yang memberimu dukungan suara, bukan cuma rakyat jelita yang akan memberimu bom waktu.
PertamaxXXX..!!, bikin kapling dulu ahhh, mumpung pertama. hehe
BalasHapusya apa boleh buat, dari pada TPS sepi... ya mending ikutan nyontreng aja, meski ga kenal orange...hehe
BalasHapusdemi rakyat jelita, rakyat jelata hanya jadi jelantah pemilu
BalasHapusyah semoga dengan pemilu kali ini yang bukan mencoblos tapi mencontreng Indonesia jadi lebih baik
BalasHapusyang pasti sehabis pemilu ini ada rakyat yang sangat senang
yaitu pemulung, karena poster suara menjadi sumber uang buat mereka buat di kiloin.
yang jelata pun akan selalu menjadi paling jelita karena suara-suara mereka
BalasHapussepertinya memang ada rakyat jelita mas, diblk rakyat jelata..bener jg mmg di kartu suaranya bnyk yg tidak dikenal mas..hehe..:)
BalasHapuslumayan pituuuuxxxx
BalasHapuswoluxxx gak yoo. gitulah, kita milih wakil partai bukan wakil rakyat
BalasHapuspesan moral ya..? setuju bang... bagi yang terpilih, jgn lupakan amanat yg rakyat percayakan kepada Anda...
BalasHapusMaaf ya bro.. link kamu aku lupa update... skrg dah terpasang... Happy blogging
lima menit untuk 5 tahun, tidak membawa pengaruh bagi kita tapi pengaruh mereka dapat, waktu 5 tahun waktunya memperkaya diri mereka...
BalasHapuslima menit untuk 5 tahun, tidak membawa pengaruh bagi kita tapi pengaruh mereka dapat, waktu 5 tahun waktunya memperkaya diri mereka...
BalasHapusMiris memang, disaat pembesar memberikan fatwa agar tidak golput, disatu pihak banyak sekali yang tidak mendapatkan haknya untuk berdemokrasi. Sedangkan orang yang sudah tenang dialamnya, yang seharusnya sudah tidak mengurusi masalah duniawi, malah disuruh nyontreng.
BalasHapusPada saat ada yang datang untuk berdemokrasi, tak sedikit juga yang bingung untuk memilih. Bingung karena mereka tidak kenal dengan kandidat terpampang digambar, bingung karena sedemikian banyak pilihan yang harus dipilih.
Semoga ....
rakyatlah yang jadi penentu
BalasHapusSaya butuh lebih dari lima menit tuh Mas,soale untuk melipate sedikit kebingungan..Hehehe
BalasHapussetuju banget dg postingan bang Suryaden ini...
BalasHapussemakin banyak iklan2 promosi di masa2 PEMILU saat ini. Ini masih PEMILU untuk anggota dewan, apalagi pas nanti saat PEMILU utk pilihan CAPRES dan CAWAPRES ya?? bisa jadi kesehatan gratis, transportasi gratis, dll....
piss deh..
semoga yang berjanji selalu menepati, krn janji adalah hutang. Yang akan dipertanggungjawabkan di hari pembalasan nanti.
wah, piliah segiiiituuuu buanyakkksss, siapa yang nda bingung mas :),,,waduh saya jadi botak liatnya ...
BalasHapustulisan ciwir :
BalasHapus"demi rakyat jelita, rakyat jelata hanya jadi jelantah pemilu"
bagus sekali
kita ini nantinya cuma jadi jelantah dari hasil perasan pemilu
yang menang pemilu tidak memerlukan lagi jelantah dan dibuang dengan sadisnya
kalo toh akhirnya kita jadi jelantah, tentu saja TPS menjadi sepi dari pemilih
caleg gak ada yg kenal? kenapa gak berpikir ala seo boss :P
BalasHapus5 menit untuk 5 tahun
BalasHapus5 menit yang berati bagi mereka yang ke pilih untuk perubahan pola hidup baik dari segi finance maupun management selama 5 tahun ke depa
5 menit yang berati bagi rakyat untuk menerima nasib atas perubahan struktur maupun perombakan yang bakal dihadapi selama 5 tahun ke depan...
Apakah akan menjadi kehidupan yang lebih baik atau sebaliknya..kita lihat nanti...
aku udah nyentong mas.. nih semua jariku dah tak biruin semua mas :D
BalasHapusbingung yah??
BalasHapusaku malah kurang dari 5 menit mas...
buka sedikit...contreng kanan atas...wakakaka....
gak heran byk yg golput
BalasHapusHehehe..senangnya aku disebut jelita...kamu memang cakep deh pakde kalau gitu...kekeke...
BalasHapusjelata.....entahlah...bagi gw...kata2 itu ga mengenakkan....kesannya rakyat itu rendah banget... padahal rakyatlah yg paling tinggi semestinya
BalasHapusuang.
BalasHapussemua berujung pangkal pada benda satu itu..
belom naik sih ingetnya bukan maen, bgtu naek...
Mari Kita Dukung Teruz....
BalasHapusLANJUTKAN
(LMAO)
Hidup Rakyat Jelita
BalasHapusnumpang mampir
BalasHapus...
just blog walking ..
pengen Komen Sja
BalasHapusnitip komeng aja deh
BalasHapusselalu ada kunjungan bila
BalasHapusada waktu dan selalu ada
senyum bila berkunjung:)
Rakyat jEliTa siapa tuh...
BalasHapussuit..suit....
wkwkwkk...
wes ah... saiki mikir koalisi wae :D
BalasHapusdan walaupun saya juga nyontreng, tapi rasanya agak ragu, sedikit pesimis karena niat menjadi caleg bukan karena berbuat sesuatu untuk kesejahteraan rakyat tapi mencari kesejahteraan sendiri
BalasHapusrakyat jelata, duh miris banget yah. tapi itulah kita.
BalasHapusentah kenapa saya harus turut berpesta padahal bingung setelah sampai di lokasi, padahal tidak menentukan apa2 dan tak pernah ditentukan oleh siapa2
BalasHapusthat's right kang kapan yah kita bisa berevolusi menjadi rakyat jelita?
BalasHapusngatain saya???
BalasHapusrada2 nyindir
BalasHapusHemm iya rakyat jelita sering dijadikan objek menarik masyarakat
BalasHapusPondokku
saya akan lebih memperhatikan rakyat jelita daripda rakyat jelata!! bikin hidup lebih hidup,,,
BalasHapusDPRD kabupaten aku nyontreng sedulurku dewe (meski ra sido dadi, mugo2 ora edan deweke), DPRD Prop aku ora nyontreng ning malah tak orek2 tak gambari ora nggenah lha ra ono sing kenal, DPD aku milih H.Sugito (kuwi kancane bapakku soale, hahaha), DPR pusat aku nyontreng PKS(partai "resik" sejauh ini), SAHHH!!!!!!!!!!!!!
BalasHapusSekarang kalau nggak ada si jelita orang nggak semangat...
BalasHapussmoga bangsa ini aman dan tetap kondusif walau didalam sedang terjadi perang dingin.....
BalasHapusYa, semoga wakil rakyat nanti bisa amanah....
BalasHapusAMIINN.....
Om Surayden klo bikin tulisan ginian paling bisa.
BalasHapusHmmm, dari mana dia berguru kata-kata ya,
indonesia moga lebih baik lagi.
essay nya selalu berbobot, klo di jajaran IMDB eh diganti IBDB 8,7 lah....goodfellas....
kabur sebelum disambil gayung, kata tetangga yang punya rumah baru mandi...hehhe..kabur benaran ah
lagi2, saya selalu merusak isi, akh !
Yup !
sing penting nyontreng
BalasHapusnyontreng itu juga sebuah pilihan ya mas Sur..
BalasHapussemoga mereka yg terpilih tidak lupa pada Amanah... itu aja
Maaf mas baru sempat berkunjung.
BalasHapusKemarin aku juga udah nyontreng, tp bingung, soale gak ada yg kenal.
Terlalu banyak pilihan itu memang membuat kita bingung
BalasHapusoh ya kang, ada Award di blog saya
ya memang nasib kita tak akan bergantung pada para naggota dewan itu, mas. tapi banyak hal yg akan ditentukan juga oleh mereka. bagi saya, nyontreng tetap sebuah pilihan yg rasional. he2.
BalasHapusbaru sempat komeng ini sambil masih bentol-bentol heheheh
BalasHapusSuara rakyat jelata itu rasanya pada akhirnya hanya masuk dalam persentasi quick count, tidak lebih..fenomena makin meningnya golput meskipun MUI sempat mengeluarkan fatwa pengharaman rasanya malah makin membuat rakyat tidak ingin mengambil 5 menit untuk mencentang..saya kira lebih dari lima menit malah, karena kalau memelototi kertas suara dengan puluhan partai didalamnya itu tidak cukup lima menit..
I think there would be no significant change with the current election, but despair...
pileg dah selesai. sekarang kita hanya menunggu kearifan dari mereka yang telah diberi amanat rakyat utk mengurus negara. mau jadi bagus atau lebih busuk mereka akan menjadi salah satu faktor penentu.
BalasHapusYaah seharusnya caleg itu menjadi contoh...tapi yaah begitulsh hidup orang Indonesia....
BalasHapusMas den....
BalasHapusAku followers ke 100 nih...Pas kan...!
hoeee... setelah memilih... tinggal menghujat atau memuji... he he
BalasHapussahlafif
Rakyat Jelita atawa rakyat jelata kang ?
BalasHapusEnaknya rakyat jelita kali ya .
Salam
Aku malah canggung banget mas.... biasanya golput melulu..wekekek..
BalasHapusOverall.. beres! Ntah menang ntah kalah caleg yang ku ureg-ureg mukanya.
lima menit tapi sangat berharga untuk bangsa dan negara...dan aku sudah nyontreng juga....tentu dengan keyakinan bahwa pilihanku terbaik dari yang baik2 itu hehehe...
BalasHapuskeren blognya mas,,,heheh
BalasHapusjadi pengen sesukses blognya mas,,gogoogogogg
good artikel....
BalasHapusyang jelas setiap bangsa memerlukan yang namanya pemimpin.
BalasHapusmau sistem kerajaan, komunis, khilafah, demokrasi, etc.
dan kebetulan bangsa Indonesia memilih sistem demokrasi, yang memungkinkan siapa saja dapat dipilih dan memilih.
bahkan orang gendeng sekelas ki gendeng pamungkas pernah ikut meramaikan bursa calon walikota bogor.
tinggal "kita, masyarakat yang cerdas", dapat memilih dan memilah -yang memang harus memilih- yang paling sedikit keburukannya.
semoga harapan itu masih ada.
Hidup Pemilu, Meski bnayak kasus semoga pemilu membawa kebaikan bagi Rakyat Indonesia :)
BalasHapusPeace ...
Oh nasibku sebagai bagian darirakyat jelita, he,,he.. Kita doakan SBY tetap menjadipelaku amanat rakyat yang lebih tepat..
BalasHapussetelah pemilu lalu sepi, tak ada lagi yang merayu rakyat...
BalasHapusrakyat endonesa emang cantik jelita...
BalasHapusnyatanya semua caleg sudah merayu-rayu sebisanya.(saat pencalonan doang kaleee....)
teori keseimbangan:
BalasHapuskalo gak ada yg jelata, yg jelita gak eksis
demikian juga sebaliknya, bukan?
Klo saya tepat 1/2 jam sebelum jam 12 baru ke TPS mas.. tadinya ga mau mencontreng karna mosi tidak percaya saya, tapi karna saya pikir ga mencontreng ga menyelesaikan masalah, saya ikutan deh
BalasHapusdq gak sampe 5 menit di TPS
BalasHapusbener lho mas...
he..he..
aku ra nyontreng blasss
BalasHapusrakyat jelita dan rakyat jelata hanya menjadi permainan politik dan menjadi objek janji2 mereka.
BalasHapusdemi rakyat jelita, rakyat jelata hanya jadi jelantah pemilu
BalasHapusdr rkyt jelata kita bisa jd pemimpin .tuk tu jngan mnghina rkyt jelata
BalasHapusslm knal and jngan lupa kunjungi blog.q yach