Air
Table of Contents
Bagaimanapun air memiliki kekuasaan untuk meratakan dan membuat nyaman dirinya sendiri. Tanpa pandang bulu siapa yang didepannya akan dihempaskan dan dihancurkannya. Naluriah dan alamiah, tiada kata permisi dan peringatan awal akan kedatangannya, sudah begitula hukum alam. Untuk mencari kesimbangan serta keharmonisannya sendiri. Tanpa perlu campurtangan siapapun.
Seakan seluruh mahluk di alam ini memiliki otak dan imajinasinya masing-masing. Betapa indah liukan dan pemandangan yang dihasilkannya begitu artistik, mencengangkan hingga kita hanya bisa berdecak kagum, mencoba untuk menelaah untuk berpura-pura relijius atau malah mengagumi alam sebagai tuhan itu sendiri. Air bisa memilih sendiri mana barang empuk, keras atau yang tidak bisa dikalahkan sekaligus sebagai ruang bermainnya. Bumi dapat dengan lihai memfasilitasinya secara adil, bahkan memberitahukan kepada manusia melalui keindahan, eksotisme berjenjang sebagaimana referensi penikmatnya.
Ada istilah entah milik siapa, semoga tidak copyrightnya “jalani hidup mengalir sebagaimana air dari hilir menuju ke hulu”, “air beriak tanda tak dalam” dan banyak lainnya. Namun orang China lebih memilih untuk menguasai air dengan lambang teratai yang selalu hidup dan perkasa di atas air. Secara air menjadi simbol-simbol kehidupan bahkan 80 prosen dari manusia terdiri dari air, serta bumi sendiri yang memiliki air begitu banyaknya.
Bumi sebagai guru kehidupan bahkan mungkin kehidupan itu sendiri memiliki perlakuan khusus terhadap air untuk dapat selalu bercengkerama, bersinggungan, mengekspresikan dirinya dalam kehidupan bersama tanah, api, dan udara. Manusia sebagai pengguna atau penikmat kehidupan ini kadang terlalu congkak dan merusak elemen-elemen hidupnya sendiri untuk sesuatu yang berada diluar kehidupan itu sendiri, sebuah imajinasi dan angkara murka.
Tidak memerlukan waktu lama bagi bumi untuk mencapai keharmonisan dan keselarasannya, dan memiliki cara dan metodenya sendiri untuk mewujudkannya, tanpa peduli siapa penikmat maupun penggunannya yang acapkali melupakan bahkan menistakan upaya restorasi alamiahnya dengan menamakannya sebagai “BENCANA ALAM”
tolak privatisasi sair...
walah kok saya malah mirip demonstratn :))
Baca dulu ach..
Ada Air, Api, Udara, Tanah, Bumi
Apa yang diciptakannya akan kembali ke penciptanya
ra mudeng aku...enakan maen aer aja...wkwkwkwk
bila segala sesuatu digunakan sebaik mungkin dan sesuai dengan penggunaannya alias seperlunya maka hasilnyapun akan baik dan tidak ada efek jeleknya tapi ketika ktia berprilaku berlebihan alias serakah maka sepantasnya kita mendapat balasan yang setimpal
Ini adalah bukti dimana bodohnya manusia ketika sebuah daerah yang seyogyanya bukan untuk peruntukan pemukiman tapi karena duit dijadikanlah sebuah pemukiman tanpa menghiraukan apa yang terjadi kelak
air juga bisa menjadi bencana karena keserakahan manusia.
Air itu tenang menghanyutkan
bisa jadi kawan bisa jadi lawan
waspadalah terhadap air
karena kebanyakan air kita jadi klempoken
he..he
BTW , itiikkk, kamu lagi ngapain disinih hohoho ...
Nah....setelah ada manusia...mulailah timbul komplain...
Jadi kalau ada kejadian dimana air di anggap sebagai penyebab bencana yg merugikan manusia....itu namanya tidak adil!
Toh kejadian "bencana" air akan terjadi dan terus terjadi lagi dimasa depan....ngapain ikutr susah dan sedih...biarin aja, manusia harus menerimanya, karena itu konsekwensi manakala manusia ber-friksi dg alam.
*serious mode on*
Saluuuttt!!! Sebuah tulisan yang mencerahkan...
4 unsur utama dari alam jagad besar (makro kosmos) adalah api, angin, air dan tanah. Keempat unsur tersebut terdapat dalam diri raga manusia yang juga sering disebut sbg jagad kecil (mikro kosmos).
Dalam perspektif hakekat, masing-masing unsur tadi memliki sifat negatif.
1. Api = amarah yang ditandai dengan warna merah sbg pembawa sifat kemarahan yang meledak-ledak sehingga mampu membakar dan menghanguskan.
2. Angin = aluamah yang ditandai dengan warna hitam pembawa sifat kesombongan merasa diri paling hebat karena bisa berada dimana-mana seperti aliran udara dan menyapu apapun.
3. Air = supiah yang ditandai dengan warna kuning sbg pembawa sifat serakah karena ingin menguasai semuanya. Tubuh manusia 70-80% terdiri dr air. 2/3 dunia diisi oleh air, sisanya daratan
4. Tanah = mutmainah yang ditandai dengan warna putih sbg pembawa sifat malas, diam dan pasif tidak berbuat apa2.
Gejolak kemarahan alam berupa bencana yang terjadi sesungguhnya merupakan kaca benggala dari ketidakmampuan manusia untuk bisa mengendalikan sifat negatif 4 unsur alam yang terdapat di dalam raganya agar menjadi energi yang positif dalam mengemban tugas sebagai khalifah di muka bumi sbg mana yg telah diperintahkan oleh Sang Khalik.
Jagad besar alam semesta sebenarnya hanya merefleksikan kembali energi yang dipancarkan manusia sbg Sang Khalifah.
Tragedi Situ Gintung adalah sebuah petunjuk alam betapa sifat negatif air sbg pembawa sifat keserakahan, sekarang ini yang sesungguhnya sedang menguasai diri manusia.
Keserakahan manusia atas tahta, jabatan dan kekuasaan...
Keserakahan atas materi, harta, benda dan kekayaan...
Tanpa lagi mengindahkan fitrahnya untuk menjalan tugasnya sebagai Khalifah di muka bumi, "Hamemayu Ayuning Bawono Langgeng"
Mohon maaf..., karena tidak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar panjang atas tulisan yang mencerahkan ini... Nuwun...
*serious mode off*
Tabik Kang...
kecolongan nih gw...
"bagai menepuk AIR di dulang aja deh....."
yg penting air juga kan ...wkwkwk
Kuasa Tuhan adalah segalanya...
apalg pas banjir, bs buat cuci mtr, mandiin kucing, belajar berenang..gitu deh
*kaburrr*
kadang membawa berkah kadang membawa bencana, manusia yang katanya didaulat sebagai khalifah di muka bumi mungkin sudah teralu congkak dengan kekuasaannya, atau barangkali terlalu banyak yang diurus sehingga air kembali protes karena tidak dihiraukan.
bencana, sebagian memaknainya sebagai peringatan, tapi sebagian memaknainya sebagai ajang untuk saling tuding, atau bahkan mencari popularitas..apapun itu, tapi nyatanya bencana selalu datang mengusik negeri kita dalam kelengahan kita sendiri..
aku manggut mangguh moco postingane..
alam akan memaksa manusia menyeimbangkannya dengan Bencana (forced restoration)
setuju bro
kn jadi repot
sing madyo, secukupnya saja. cukup untuk berimbang dengan alam. cukup untuk menghemat faedah alam dan kandungannya tentu saja. Alam dan sepasukkannya punya bahasa sendiri. hanya saja kita terlalu sombong untuk memahami bahasa mereka.
gunakan air seperlunya.