Air
Air mengalir tenang itu kini mendapati tikungan dan jeram dengan batu-batu besar yang menghambat lajunya. Bagaimanapun air harus bisa memenuhi raungan yang ada untuk kemudian bergerak lagi melanjutkan perjalannya hingga ke tujuan. Sungai yang tadinya luas dalam dan tenang akan menjadi ganas ketika menemui sebuah cerukan atau sempitnya ruang untuk mengalir, bergerak dan berekspresi.
Bagaimanapun air memiliki kekuasaan untuk meratakan dan membuat nyaman dirinya sendiri. Tanpa pandang bulu siapa yang didepannya akan dihempaskan dan dihancurkannya. Naluriah dan alamiah, tiada kata permisi dan peringatan awal akan kedatangannya, sudah begitula hukum alam. Untuk mencari kesimbangan serta keharmonisannya sendiri. Tanpa perlu campurtangan siapapun.
Seakan seluruh mahluk di alam ini memiliki otak dan imajinasinya masing-masing. Betapa indah liukan dan pemandangan yang dihasilkannya begitu artistik, mencengangkan hingga kita hanya bisa berdecak kagum, mencoba untuk menelaah untuk berpura-pura relijius atau malah mengagumi alam sebagai tuhan itu sendiri. Air bisa memilih sendiri mana barang empuk, keras atau yang tidak bisa dikalahkan sekaligus sebagai ruang bermainnya. Bumi dapat dengan lihai memfasilitasinya secara adil, bahkan memberitahukan kepada manusia melalui keindahan, eksotisme berjenjang sebagaimana referensi penikmatnya.
Ada istilah entah milik siapa, semoga tidak copyrightnya “jalani hidup mengalir sebagaimana air dari hilir menuju ke hulu”, “air beriak tanda tak dalam” dan banyak lainnya. Namun orang China lebih memilih untuk menguasai air dengan lambang teratai yang selalu hidup dan perkasa di atas air. Secara air menjadi simbol-simbol kehidupan bahkan 80 prosen dari manusia terdiri dari air, serta bumi sendiri yang memiliki air begitu banyaknya.
Bumi sebagai guru kehidupan bahkan mungkin kehidupan itu sendiri memiliki perlakuan khusus terhadap air untuk dapat selalu bercengkerama, bersinggungan, mengekspresikan dirinya dalam kehidupan bersama tanah, api, dan udara. Manusia sebagai pengguna atau penikmat kehidupan ini kadang terlalu congkak dan merusak elemen-elemen hidupnya sendiri untuk sesuatu yang berada diluar kehidupan itu sendiri, sebuah imajinasi dan angkara murka.
Tidak memerlukan waktu lama bagi bumi untuk mencapai keharmonisan dan keselarasannya, dan memiliki cara dan metodenya sendiri untuk mewujudkannya, tanpa peduli siapa penikmat maupun penggunannya yang acapkali melupakan bahkan menistakan upaya restorasi alamiahnya dengan menamakannya sebagai “BENCANA ALAM”
Bagaimanapun air memiliki kekuasaan untuk meratakan dan membuat nyaman dirinya sendiri. Tanpa pandang bulu siapa yang didepannya akan dihempaskan dan dihancurkannya. Naluriah dan alamiah, tiada kata permisi dan peringatan awal akan kedatangannya, sudah begitula hukum alam. Untuk mencari kesimbangan serta keharmonisannya sendiri. Tanpa perlu campurtangan siapapun.
Seakan seluruh mahluk di alam ini memiliki otak dan imajinasinya masing-masing. Betapa indah liukan dan pemandangan yang dihasilkannya begitu artistik, mencengangkan hingga kita hanya bisa berdecak kagum, mencoba untuk menelaah untuk berpura-pura relijius atau malah mengagumi alam sebagai tuhan itu sendiri. Air bisa memilih sendiri mana barang empuk, keras atau yang tidak bisa dikalahkan sekaligus sebagai ruang bermainnya. Bumi dapat dengan lihai memfasilitasinya secara adil, bahkan memberitahukan kepada manusia melalui keindahan, eksotisme berjenjang sebagaimana referensi penikmatnya.
Ada istilah entah milik siapa, semoga tidak copyrightnya “jalani hidup mengalir sebagaimana air dari hilir menuju ke hulu”, “air beriak tanda tak dalam” dan banyak lainnya. Namun orang China lebih memilih untuk menguasai air dengan lambang teratai yang selalu hidup dan perkasa di atas air. Secara air menjadi simbol-simbol kehidupan bahkan 80 prosen dari manusia terdiri dari air, serta bumi sendiri yang memiliki air begitu banyaknya.
Bumi sebagai guru kehidupan bahkan mungkin kehidupan itu sendiri memiliki perlakuan khusus terhadap air untuk dapat selalu bercengkerama, bersinggungan, mengekspresikan dirinya dalam kehidupan bersama tanah, api, dan udara. Manusia sebagai pengguna atau penikmat kehidupan ini kadang terlalu congkak dan merusak elemen-elemen hidupnya sendiri untuk sesuatu yang berada diluar kehidupan itu sendiri, sebuah imajinasi dan angkara murka.
Tidak memerlukan waktu lama bagi bumi untuk mencapai keharmonisan dan keselarasannya, dan memiliki cara dan metodenya sendiri untuk mewujudkannya, tanpa peduli siapa penikmat maupun penggunannya yang acapkali melupakan bahkan menistakan upaya restorasi alamiahnya dengan menamakannya sebagai “BENCANA ALAM”
HUAAAAEMMMMMM!!! ANGOP SIKIK!!
BalasHapusAir & api memang punya kemiripan. Kalau kecil jadi sahabat, kalau besar jadi bencana
BalasHapussave our -only- planet ....
BalasHapustolak privatisasi sair...
walah kok saya malah mirip demonstratn :))
Bangun tidur, ach..
BalasHapusBaca dulu ach..
sepertinya memang ga ada copyrightnya mas..hehe..:D
BalasHapusgak ada air bikin kekeringan, airnya melimpah bikin banjir. semestinya seimbang kali yak...
BalasHapusAir, sejuk, dingin, menyegarkan. Tapi ketika (TERLALU) berkelimpahan, membanjir hingga tak terkendali.. Hmm.. segala sesuatu yg berlebihan, selalu saja menjadi "musuh" bukan lagi kawan, ya kan?
BalasHapusApapun ada takarannya... Air bisa menghidupi, bisa mengobati, bisa membersihkan ... vice versa air bisa menghancur, melumatkan, menenggelamkan.....
BalasHapusSegala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.Dan sepertinya kita sudah berlebihan pada alam,mengambil seenak kita tanpa pernah memikirkan keberadaannya.Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari sedikit 'protes' alam ini.
BalasHapusair kok dijadikan musuh
BalasHapusAir diciptakan untuk dimanfaatkan manusia. Kalau menjadi bencana, hal tsb karena manusia salah mengelolanya
BalasHapusair adalah sumber kehidupan
BalasHapusLengkap sudah unsur di dunia ini disebut satu persatu
BalasHapusAda Air, Api, Udara, Tanah, Bumi
Apa yang diciptakannya akan kembali ke penciptanya
mmm air.....jadi pengen mandi hehehehhhee
BalasHapusair,,, tak akan sanggup hidup tanpa air...
BalasHapusaku suka banget ma air...tapi kalo bikin bencana takut juga yah...maunya sih yang balance aja..
BalasHapushmmm, ternyata memang harus balance antara air sebagai sumber kehidupan dan bisa juga sebagai bencana. Gitu tho kang?
BalasHapusra mudeng aku...enakan maen aer aja...wkwkwkwk
mungkin ada masukan sedikit, air tak mengalir dari hilir kehulu tapi dari "Hulu ke Hilir" dan mengagumi alam karena mengagumi Tuhan sekaligus mengagungkan alam karena mengagungkan Tuhan
BalasHapusdibalik sifatnya yang cair terdapat kekuatan yang sangat dahsyat yang bisa meluluhlantakkan semuanya.
BalasHapusinget waktu kecil orang tua pernah bilang
BalasHapusbila segala sesuatu digunakan sebaik mungkin dan sesuai dengan penggunaannya alias seperlunya maka hasilnyapun akan baik dan tidak ada efek jeleknya tapi ketika ktia berprilaku berlebihan alias serakah maka sepantasnya kita mendapat balasan yang setimpal
Ini adalah bukti dimana bodohnya manusia ketika sebuah daerah yang seyogyanya bukan untuk peruntukan pemukiman tapi karena duit dijadikanlah sebuah pemukiman tanpa menghiraukan apa yang terjadi kelak
air itu bermanfaat tapi kalau kita terlalu sering membuang air, tidak mau hemat air, suatu saat air akan pergi.
BalasHapusair juga bisa menjadi bencana karena keserakahan manusia.
Kata Simbahku, jadilah air, yang kan menerjang setiap rintangan, meluluhlantakkan jika mampu atau menghindar dan mencari jalankeluar jika diluar kemampuan, jadilah air, yang menjadikan bendungan penghalang sebagai media pengumpul kekuatan, tunggu kelengahan, maka a akan meluap, menerjang dan membuat tunggang langgang si makhluk jalang penuh keangkuhan..!
BalasHapusair aja kok di perjual belikan
BalasHapusMas Seno iku ancene sombong,, dumeh pertama angop sik..
BalasHapusAir itu tenang menghanyutkan
bisa jadi kawan bisa jadi lawan
waspadalah terhadap air
karena kebanyakan air kita jadi klempoken
he..he
pokoknya semuanya berpasang-pasangan ya mas ? ada kegunaan ada kebalikannya :D ...
BalasHapusBTW , itiikkk, kamu lagi ngapain disinih hohoho ...
Yaw mas...air itu sudah ada sejak zaman pasejarah, sebelum ada manusia di bumi ini, so...tingkah polah air dg segala keperkasaannya merupakan hal wajar sesuai dengan "takdir" yg harus dijalani air untuk bersiklus.
BalasHapusNah....setelah ada manusia...mulailah timbul komplain...
Jadi kalau ada kejadian dimana air di anggap sebagai penyebab bencana yg merugikan manusia....itu namanya tidak adil!
Toh kejadian "bencana" air akan terjadi dan terus terjadi lagi dimasa depan....ngapain ikutr susah dan sedih...biarin aja, manusia harus menerimanya, karena itu konsekwensi manakala manusia ber-friksi dg alam.
smoke on the water: lagek ngoker trus kelelep :)
BalasHapusSenoaji lambene njepat kokehan angop !!!
BalasHapus*serious mode on*
Saluuuttt!!! Sebuah tulisan yang mencerahkan...
4 unsur utama dari alam jagad besar (makro kosmos) adalah api, angin, air dan tanah. Keempat unsur tersebut terdapat dalam diri raga manusia yang juga sering disebut sbg jagad kecil (mikro kosmos).
Dalam perspektif hakekat, masing-masing unsur tadi memliki sifat negatif.
1. Api = amarah yang ditandai dengan warna merah sbg pembawa sifat kemarahan yang meledak-ledak sehingga mampu membakar dan menghanguskan.
2. Angin = aluamah yang ditandai dengan warna hitam pembawa sifat kesombongan merasa diri paling hebat karena bisa berada dimana-mana seperti aliran udara dan menyapu apapun.
3. Air = supiah yang ditandai dengan warna kuning sbg pembawa sifat serakah karena ingin menguasai semuanya. Tubuh manusia 70-80% terdiri dr air. 2/3 dunia diisi oleh air, sisanya daratan
4. Tanah = mutmainah yang ditandai dengan warna putih sbg pembawa sifat malas, diam dan pasif tidak berbuat apa2.
Gejolak kemarahan alam berupa bencana yang terjadi sesungguhnya merupakan kaca benggala dari ketidakmampuan manusia untuk bisa mengendalikan sifat negatif 4 unsur alam yang terdapat di dalam raganya agar menjadi energi yang positif dalam mengemban tugas sebagai khalifah di muka bumi sbg mana yg telah diperintahkan oleh Sang Khalik.
Jagad besar alam semesta sebenarnya hanya merefleksikan kembali energi yang dipancarkan manusia sbg Sang Khalifah.
Tragedi Situ Gintung adalah sebuah petunjuk alam betapa sifat negatif air sbg pembawa sifat keserakahan, sekarang ini yang sesungguhnya sedang menguasai diri manusia.
Keserakahan manusia atas tahta, jabatan dan kekuasaan...
Keserakahan atas materi, harta, benda dan kekayaan...
Tanpa lagi mengindahkan fitrahnya untuk menjalan tugasnya sebagai Khalifah di muka bumi, "Hamemayu Ayuning Bawono Langgeng"
Mohon maaf..., karena tidak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar panjang atas tulisan yang mencerahkan ini... Nuwun...
*serious mode off*
Tabik Kang...
Ya ya air sumber kehidupan, 70% tubuh kita dari air ... tapi kalau tidak dikendalikan menjadi membaca. Pelajaran berharga ...
BalasHapustanah, air dan udara...trilogi kehidupan. siapa yang bisa menguasainya dia akan menjadi penguasa
BalasHapuskok gw gak liat lo apdet ya bro.....
BalasHapuskecolongan nih gw...
"bagai menepuk AIR di dulang aja deh....."
yg penting air juga kan ...wkwkwk
kita bisa belajar banyak dari air.
BalasHapusHmmm...haus dah...minum dulu yaaa....
BalasHapustak terbayangkan, jika kita hidup tanpa aer
BalasHapusKuasa Tuhan adalah segalanya...
air itu berguna banget loh
BalasHapusapalg pas banjir, bs buat cuci mtr, mandiin kucing, belajar berenang..gitu deh
*kaburrr*
air...
BalasHapuskadang membawa berkah kadang membawa bencana, manusia yang katanya didaulat sebagai khalifah di muka bumi mungkin sudah teralu congkak dengan kekuasaannya, atau barangkali terlalu banyak yang diurus sehingga air kembali protes karena tidak dihiraukan.
bencana, sebagian memaknainya sebagai peringatan, tapi sebagian memaknainya sebagai ajang untuk saling tuding, atau bahkan mencari popularitas..apapun itu, tapi nyatanya bencana selalu datang mengusik negeri kita dalam kelengahan kita sendiri..
aku manggut mangguh moco postingane..
memang mas, air merupakan lambang kehidupan tapi juga seperti monster yang siap memangsa kalau kita tidak bijak mengelolanya.
BalasHapusbershabatlah dgn air ^_^
BalasHapusmandi dulu ah... air menyejukkan ketika kita kegerahan..
BalasHapusair adalah salah satu sumber kehidupan
BalasHapusinget air,,inget mandi..hehehe..mari lestarikan gerakan mandi sekali sehari untuk hemat air..kekekeke..
BalasHapusAir, walaupun terlihat lunak tetapi dia dapat membelah batu
BalasHapusketika manusia semakin rakus dan tidak sadar untuk menyeimbangkan alam, maka
BalasHapusalam akan memaksa manusia menyeimbangkannya dengan Bencana (forced restoration)
setuju bro
kl ga da air.. kita gmn ? minum.. mandi.. dll.
BalasHapuskn jadi repot
pertama kali mampir nih,.. salam kenal,...
BalasHapuswo...wo...wo......keren Je........heheheh
BalasHapuswis do rampung durung sing komeng? aku meh komeng ki??? wakakakkakakak!! luweh!
BalasHapussing madyo, secukupnya saja. cukup untuk berimbang dengan alam. cukup untuk menghemat faedah alam dan kandungannya tentu saja. Alam dan sepasukkannya punya bahasa sendiri. hanya saja kita terlalu sombong untuk memahami bahasa mereka.
turut berduka akibat tragedi situ gintung..gara2 air tak tertampung dengan baik
BalasHapusair memang berguna bagi kita tapi di satu sisi air berbahaya bagi kita
BalasHapuskecil jadi kawan besar jadi lawan.
BalasHapusgunakan air seperlunya.
biarkan segala sesuatunya mengalir seperti air, dan jangan lupa alirannya untuk selalu kita awasi kecil bermanfaat besar malah mendatangkan bencana seperti situ gintung, semoga tidak ada situ-situ gintung lainnya.
BalasHapusbiarkan segala sesuatunya mengalir seperti air, dan jangan lupa alirannya untuk selalu kita awasi kecil bermanfaat besar malah mendatangkan bencana seperti situ gintung, semoga tidak ada situ-situ gintung lainnya.
BalasHapusSetuju sama yang “jalani hidup mengalir sebagaimana air dari hilir menuju ke hulu” mas..
BalasHapus