kita, petani dan pensiun
Bukan simpati ato calon contrenger pada april besok, apalagi simpatisan parte "ngeri nggak!!!", "hania nu dan tentara", "pedang panjang" ato "golongan keturunan arab" palagi "peterpan" bukan, .. ini hanyalah sesuatu yang mengganjal saja menjelang krisis ataupun tidak ada krisis, inflasi ato depresi yang akan datang nggak lama lagi lantaran nggak ada ide-ide kreatif dari para pemangku kepentingan di negeri ini selain memutar uang yang kemudian dikatakan semacam bail out atau regulasi baru atau stimulan suntikan "anti depresan" bagi perusahaan-perusahaan dengan pengurangan kewajiban sementara walopun dikurangi tanpa ditambahi dana segar mereka akan tetap ngos-ngosan seperti koneksi internet saat ini...
Selamatkan petani Indonesia, memang menjadi jargon salah satu parte, memang benar harus diselamatkan namun mereka tidak pernah bicara bagaimana caranya, bagaimana mewujudkannya dan mengapa harus diselamatkan, omong kosong seperti itu pun sudah cukup menghibur sementara yang harus diselamatkan harus antri panjang sekali... kapan mereka akan selamat, ketika banjir dan sawah mereka direndam air... mending buka laundry aja kali... hahaha...
Mengapa tidak ada sistem asuransi penjaminan nasional yang bisa di menej dengan baik dan transparan, ketika pak tani tidak bisa panen, ketika pak tani kesamber petir ketika di sawah, atau kecakot ular, atau ketika bingung mau menyekolahkan yuniornya, mengapa mereka dibiarkan saja hidup syukur, kere dan melarat adalah bukan urusan pemerintah atau tetangga, sakit ya harus berobat di rumah sakit negeri yang biayanya swasta, harga beras dan hasil panen ditekan serendah mungkin sementara pupuk harganya dipacu naik, bahkan sampe menghilang di pasaran... mengapa dan bagaimana mereka akan terselamatkan...
Jika tidak ada political will (kemauan politik) dari atas untuk mengatasi ini semua niscaya tidak akan pernah selesai, mengapa tidak melihat negara-negara maju lain yang jelas-jelas memproteksi hasil buminya demi tabungan rakyatnya dan kemakmuran negerinya, mengapa harus dijual murah dan diobral di pasar modal sementara kita menjadi buruh di rumah kita sendiri. Berdagang dengan sesama saudara kita namun hasilnya adalah bos di luarnegeri sono yang menengguk labanya, sementara kalo rugi sedikit kita di PHK dan harus mencari lowongan menjadi buruh di tempat lain dengan kondisi dan resiko yang sama pula. Kita mungkin sudah sedemikian terpuruk dan lupa sudah berada di dalam jurang penistaan kita sendiri, wallahualam...
Sudahkah terbersit bagaimana caranya pak tani dengan sawahnya dan kita yang tidak memiliki sawah mendapatkan pensiun dan jaminan dari kesepakatan demokrasi di rumah besar kita ini... akankah kalian menjadi orang kaya dan asing dengan rumah sendiri...
Selamatkan petani Indonesia, memang menjadi jargon salah satu parte, memang benar harus diselamatkan namun mereka tidak pernah bicara bagaimana caranya, bagaimana mewujudkannya dan mengapa harus diselamatkan, omong kosong seperti itu pun sudah cukup menghibur sementara yang harus diselamatkan harus antri panjang sekali... kapan mereka akan selamat, ketika banjir dan sawah mereka direndam air... mending buka laundry aja kali... hahaha...
Mengapa tidak ada sistem asuransi penjaminan nasional yang bisa di menej dengan baik dan transparan, ketika pak tani tidak bisa panen, ketika pak tani kesamber petir ketika di sawah, atau kecakot ular, atau ketika bingung mau menyekolahkan yuniornya, mengapa mereka dibiarkan saja hidup syukur, kere dan melarat adalah bukan urusan pemerintah atau tetangga, sakit ya harus berobat di rumah sakit negeri yang biayanya swasta, harga beras dan hasil panen ditekan serendah mungkin sementara pupuk harganya dipacu naik, bahkan sampe menghilang di pasaran... mengapa dan bagaimana mereka akan terselamatkan...
Jika tidak ada political will (kemauan politik) dari atas untuk mengatasi ini semua niscaya tidak akan pernah selesai, mengapa tidak melihat negara-negara maju lain yang jelas-jelas memproteksi hasil buminya demi tabungan rakyatnya dan kemakmuran negerinya, mengapa harus dijual murah dan diobral di pasar modal sementara kita menjadi buruh di rumah kita sendiri. Berdagang dengan sesama saudara kita namun hasilnya adalah bos di luarnegeri sono yang menengguk labanya, sementara kalo rugi sedikit kita di PHK dan harus mencari lowongan menjadi buruh di tempat lain dengan kondisi dan resiko yang sama pula. Kita mungkin sudah sedemikian terpuruk dan lupa sudah berada di dalam jurang penistaan kita sendiri, wallahualam...
Sudahkah terbersit bagaimana caranya pak tani dengan sawahnya dan kita yang tidak memiliki sawah mendapatkan pensiun dan jaminan dari kesepakatan demokrasi di rumah besar kita ini... akankah kalian menjadi orang kaya dan asing dengan rumah sendiri...
wahhh itu seperti sawah yang ada di deket rumah saya om.
BalasHapusngetes komen... men... men satu dua tiga men men men ... tes tes tes
BalasHapusayo kang nyaleg, nti saya pindah rumah dah...wkwkwkwk, terus saya calonin sampean :D
BalasHapusbaidewei eniwei buswei hikzzz saya mo pulang ke desa aja kang, uhuyyyy enakan...ndak sumpek bisa jadi petani ngurus kebo ama sawah...
di kota jadi petani internet...hehehehe
ngacirrrr...
hidup petani...!!!
BalasHapus"kenapa kita harus ekspor beras?... sawah jadi pabrik... "
sawah kerendam lumpur....
ujung aspal pondok gede - iwan fals....
"DUKUNG KANG SURYADEN NYALEG "
ikut dukung bang.. ^^
ya, saya sendiri heran. Negara kita terkenal dg kekayaan alamnya tapi kok kehidupan para petaninya ngos-ngosan gini?
BalasHapuspadahal beli beras sudahlumayan mahal. LHa, para petaninya dapat apa ya?
wah bahaya juga ayh....
BalasHapusdisni ajah mas.......lama kelaman sawah kagak ada lagi so dah dibangunkan rumah and ruko.....
wah...jadi inget kampung halaman nih..
BalasHapussawah..pak tani dan kerbau...
kemana istilah sejahtera itu petani?..
Yup !
idem..
BalasHapusmungkin barangkali karena pemilu ini ada yang menjumput isu petani. Padahal dari tangan-tangan mereka inilah kita makan. Kita dari yang swasembada pangan terpuruk menjadi pengimpor beras.
Masalah pertanian, kalau disini banyak dipegang oleh petani-petani berdasi (moderat), yang bahasa ingrisnya nyas nyis nyus karena kebanyakan para tuan tanah ini menyekolahkan anak2 mereke ke UK dan sebangsanya. Masih muda2 dan ganteng2, rapi2 pula..
Saya ingat ketika suami saya berkunjung ke centra perkebunan jeruk, bagaimana proses packing jeruk itu sedemikian rupa agar selama shipping tidak rusak dijalan. Yang kesemuanya itu untuk menunjang komoditas ekport buah.
Beras juga demikian, centra beras ada dikawasan Gujranwala, yang disana mereka mempunyai laboratorium pangan tersendiri untuk memonitor kualitas berasnya.
Mungkin saatnya orang INA makan nasi 2 kali aja ya..hehehe pengehematan..
@Pemerintah: apa yang sodara harapkan itu sudah kami usahakan, dan kami tau bahwa negeri ini negeri agraris. namun bukan kami tidak peduli dengan nasib bangsa sendiri.. tapi kami juga sibuk mengurus kepentingan diri kami. apalagi sekarang kami harus memenagkan pemilu di masa mendatang. jadi bapak dan ibu bersabarlah sampai nanti ada sistem baru yang menggantikan saya.
BalasHapusNegara agraris tapi g bisa hidup dari pertanian. Negara maritim tapi g bisa ngurus laut. Negara kaya barang tambang tapi g bisa hidup dari sana.
BalasHapusSaya kira harus ada Ikatan Pertanian Indonesia biar suara petani di dengar.
Sampeyan wes oleh kaose Gerindra durung pakdhe? nek durung bar posting iki mesti mengko oleh...hahahaha
BalasHapusKalau mau pensiun, petani ikutan program dana pensiun di bank atau lembaga keuangan tertentu. Banyak yg menawarkan program pensiun
BalasHapusIdup petani indonesia by mas bowo
BalasHapuspak tani, sekarang pada pinter-pinter kok pak,hehehe jangan kuatir yah
BalasHapus@ ipanks : wah jangan-jangan aku sering lewat rumahmu panks...
BalasHapus@ senoaaji: creeets...
@ gdenarayana: asyem, nggak nyaleg gue...
@ perlawanan hati : bang iwan lebih peka dulu daripada sekarang...
@ fanny: lah wong bulog belinya semurah-murahnya...
@ katobengke: rumah dan ruko gak masalah... cuman petaninya itu loh di urusin...
@ awan_clickerz : selama diskriminasi ini masih ada... bisa-bisa nanti senayan diratakan jadi sawah....
@ mama hilda : yang gurem, buruh tani mungkin masih nangis juga mbak ... tapi salut memang disana masih lebih baik...
@ Abiagi Smith : janji surga tarararammm...
@ seno : wong udah tuli je mereka itu bang...
@ tukang Nggunem : itu parte "ngeri enggak" begitu dapet kaos langsun jadi lap sepeda...
@ Erik : bukan itu masalahnya mas... tapi kan kemauan politik negara ini, kalo ke bank sih... tralalla...
@ Pencerah : hidup dan sejahterakan mereka...
Cara menyelamatkan Petani Indonesia...
BalasHapusSaya pribadi sih hanya bisa ikut mendukung dengan cara; ndak merubah sawah menjadi rumah. Agar lahan persawahan tdk tambah menyempit.
liat gambarnya...jadi inget kampung ku tercinta di padang....
BalasHapusmenyelamatkan pertanian adalah persoalan kompleks, tidak sekedar menyelamatkan konversi sawah jadi pabrik. tapi juga mengkonversi pemuda bangsa ini agar tidak diarahkan ke pabrik tapi ke sawah. kenapa kredit motor gampang, beli pupuk cash malah langka?
BalasHapusSetuju pak... Selamatkan Petani!
BalasHapusKomunitas terbesar warga Indonesia adalah petani..
Saya juga dari keluarga petani pak.. ndeso.. :)
dari dulu tuh petani cuma jadi alasan para koruptor busuk untuk memperkaya diri,dengan alasan mo memajukan pertania mereka mengajukan ini itu hasilnya buat ngisi perut biar tambah buncit,klo menurut aku sih kalau petani ingin maju jangan pernah ngandelin yang ada di gedung DPR percuma mereka mau turun ke lapangan setelah semuanya kelaparan,yang ke gitu baiknya di bialang apa yah
BalasHapusDaripada jadi anggota dewan, saya malah punya cita-cita jadi petani kalau pensiun nanti he he
BalasHapusgak repot ngurusi kpk, cuma akan repot nabur npk...hi hi
negara agraris
BalasHapusyang diurusi secara politis
bukan secara praktisis
maka yang ada hanyalah tangis
ego sektoral departemen yang banyak dimajukan
sehingga tidak tercapai keinginan bangsa untuk menjadi lebih maju
kasian nasib para petani. kamu lahirnya selasa kliwon. cocoknya jadi pedagang.. ketik PRIMBON kirim ke 001kosongdompet ahiahahaha..
BalasHapus*krik-krik iklan SMS*
heleh asuransi petani, rugi bandar wwakakakaka
enakan garap "sawah" Bini masing2, keringetan dikit tapi enyaak2.... wakakakaka
wkwkwkwk, pantes aja CDnya JUPE jadi asyemmmm...hihihi lah wong kayanya abang ene cucok dah dinyalegin wkwkwkwkwk...
BalasHapusbaidewei, kok dari waktu ene kita jadi ngomongin CD mulu kang...wakakakak, awas lohhh jadi mesum...hikzzz :(
kaboerrrrr dah ntar dijitakin :))
sebenarnya sudah ada seperangkat peraturan yang membela kepentingan petani, UUPA dan UUBH misalnya. namun seperti kita ketahui UUPA benar-benar mandul. dulu sempat akan ada kebijakan land reform, namun hanya tinggal "apa kabar?" saja.
BalasHapusotonomi daerah menurut saya, memberi ruang yang sangat longgar bagi penguasa lokal untuk membuktikan keberpihakan kepada petani.
gorontalo, sebuah provinsi baru begitu bersinar dengan jagungnya. kebijakan harga dasar benar-benar dijaga. pemprov mensubsidi harga jika hrga pasar sampai anjlok dibawah harga dasar. tak salah jika JK takut dengan [prestasi] FM. 80 persen lebih suara pada pilkada berhasil diraihnya, wujud kepercayaan rakyat.
sebuah kabupaten juga cukup inovatif. PBB lahan pertanian disubsidi oleh pemkab. tujuannya adalah mengurangi biaya produksi dan tentu saja mencegah alih fungsi lahan.
sebenarnya masih banyak celah untuk menyelamatkan petani kita. tinggal MAU atau TIDAK!
**tumben komenku kok nggenah yo, opo aku mendem toak?**
pola pikir kita yang masih tertinggal dengan bangsa lain yang sudah maju..
BalasHapusnice thinking !
Ya udah, kalo udah g bisa diatasin, satu2nya cara, Pak Tani jangan menjual hasil taninya ke siapapun. Sampai harga bisa sesuai dengan harapan baru dijual, ngikut2 gaya pengepul bensin he..he..
BalasHapusIya...ya...seharusnya 'penghasil nasi' itu punya kehidupan yg lebih terjamin...tapi nyatanya sebaliknya! Mungkin perlu juga petani indonesia demo gede-gede an...atau juga buka partai politik petani gitu....
BalasHapusJadi inget tulisanku yang judulnya : Padi Super Toy, Penggalan Dari Konsep Yang Tercecer dan Reforma Agraria dan Rezim Orde Baru
BalasHapusNuwun...
pupuk mwahaaaaaaaaaal..malah ning umahku do langka di sita pulingsi dg alasan ilegal...kita petani sebodo teuing mah ilegal meneketehe tapi sawah butuh makaaaan...dooooh...dudulZ
BalasHapusPetani kita itu ibarat kelaparan di lumbung padi ya???
BalasHapusauoooo mz nyaleg..tuh dukungannya dah byk..ayooooooooooooooo
BalasHapusMas Suryaden Salam kenal
BalasHapusPertama : aku mau bilang..blognya bagus, apik dan oke. Baru kali ini saya lihat Blogspot tapi tampilannya kaya wordpress. Sederhana tapi yang penting contensnya
Kedua : Petani kadang nasibnya ditentukan bukan dari kuantitas atau kualitas hasil panennya
Tapi terombang-ambing oleh kebijakan yang sering berganti
harga pupuk yang semakin mahal dan keberadaannya yang raib entah kemana (mungkin jadi setan kali ya mas..) membuat nasib petani kian sengsara
Tapi percayalah dengan caleg2 kaya kita (halahhhh!!)
Harga pupuk akan turun seturun2nya
kaya terjun bebas gitu
cuman gak pake payung, jadi langsung koit!!
he..he
@ ADVINTRO : amin deh...
BalasHapus@ abdee : supportnya yang penting kalo itu mah pelestarian lingkungan aja...
@ Susy Ella : cieee... pengin mudik ya...
@ sibaho : iya pak... aneh ya...
@ azaxs : bantulah mereka mas...
@ awie : dibalang pupuk organik segar mas... dibilang pahlawan kesianyan juga percuma...kakakaka...
@ bahtiarian : sama mas...
@ attayaya : pendidikan yang salah arah seh...
@ fuda : wahaha.. nyang baru mao palentin... kakakka...
@ nara: gakpapa mas... enjoy ajalah...
@ kyai slamet : wusyet... tengkyu masukane kyaine... kamsia...
@ stainly : iya dan paradigmanya juga masih repot...
@ seno: sayang mereka nggak punya kekuatan untuk gitu mas...
@ ammadis : penghargaan kepada kaum tani dari bidang pendidikan harus ditanamkan sejak dini...
@ itempoeti : oke referensine dulur... seneng aku...
@ Cebong Ipiet : waha... piye statistik pertaniane bong...
@ Brigadista : iya mas... kecian sekali, nggak dimanusiakan...
@ MATA HATI : wuah... bisa repot nanti...
@ Itik Bali : makaseh... wauahahha...
Luarbiasa ...salut dan 10 jempol untuk Bang Surya
BalasHapusDisaat para penguasa lagi terlena dan sibuk dalam merancang trik dan intrik politik untuk mencapai dan merenggut jabatan yang setinggi-tingginya serta kekuasaan yang sebesar-sebarnya di pemilu 2009 yang tentu sajs tak sempat memikirkan nasib petani,pensiunan dan kita yang bagi mereka TIDAK PENTING BANGET ....tak disangka BANG SURYADEN masih sempat mengangkat cerita tentang nasib para petani dan pensiunan
Semoga posting ini di lihat dan dibaca oleh para pemangku kekuasaan dinegeri terkorup ini dan hatinya terenyuh dan tersentuh untuk masa depan nasib petani dan pensiunan
"SELAMATKAN PETANI INDONESIA"
BalasHapusHanya sebuah slogan/Jargon...
slogan tetaplah sebuah slogan/Jargon
"SELAMATKAN PETANI INDONESIA" sebagai salah satu slogan untuk membuka jalan ke puncak popularitas dengan memamfaatkan komunitas terbesar di Indonesia ini untuk mencapai puncak kekuasaan...dan setelah hasrat penguasa tercapai slogan ini dicampakkan hidup dalam tong atau di TPA bersama sampah2 lainnya Tu menjadi debu oleh keganasan api
Nasib petani tetap takkan berubah....yang berubah nasib penguasa
Semoga Jargon diatas benar benar dipraktekkan atau dijalankan setelah para penguasa mencapai ambisinya dan mudah2an nasib petani kedepan lebih baik dan tambah makmur.
Jadi teringat kampung halaman kalau melihat gambar sawah diatas
BalasHapusHarapan kita memang seperti itu, tapi melihat tingkah laku pemimpin dan elite politik negeri ini, rasanya harapan itu tinggal harapan saja. Ia hanya akan menjadi slogan partai-partai utk mencapai tujuannya, setelah tujuan mereka tercapai ...SELESAI.
BalasHapusada baiknya juga membandingkan sektor pertanian dan kesejahteraan petani pd masa orba dan reformasi (sekarang). apa benar sama sekali gak ada political will dr pemerintah? masak sih hingga kini gak ada kemajuan nasib petani indonesia?
BalasHapuseh, tahun 2008 indonesia swasembada beras, kan?
kebijakan dan keberpihakan pada petani semua bermuara di politik sih kang... meski pak menterinya ahli pertanian ..saya yakin dia juga cukup pusing karena terlalu banyak tangan2 politik yg mencium bau duit dalam setiap kebijakan yg diambil : bulog, pupuk, ekspor beras, impor beras, harga jual gabah dll dst dstnya.
BalasHapusjadi mo nyaleg nih kang... sok atuh ah
setujuuu... harusnya para elite plotik gak cuma omong doang...
BalasHapusPara petani adalah komunitas yang terlupakan, padahal merekalah tulang punggung negeri ini
BalasHapuswaw ini ada hubungannya dengan sebuh iklan salah satu partai berwarna kuning yg mengklaim bahwa pak wakil bersama pemerintah akan swa sembada beras di tahun ini ya?? padahal berapa ribu hektar sawah kemaren rusak karena banjir, optimasi Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 banyak caranya saya masih terlalu dini buat ngejelasin, yg penting coba posting ttg tersbut dan tembak terus keywordnya pak, mari belajar bareng saya, sumonggo mas..
BalasHapushati panas mas kalau ingat nasib petani. dulu ma ortu diajarin, yen maem kudu nganti upo paling keri, mergo kui asil keringete pak tani sing do kepanasen nandur pari -tulung diterjemahke yo mas hehehe-. mustinya ajaran ini diterusin ke generasi lanjutan yaaaa, biar inget jasa petani itu gedueee bangeeets
BalasHapusiklan gerinda..
BalasHapuslama-lama indonesia tanpa sawah dan beras nih....makan roti aj tiap hari
BalasHapusBapakku petani ibuku petani...Kita harus selamatkan petani..Pejabat cuma bisa ngomong ja..Please dech.Coba kalau petani balas tindakan pejabat.Mereka mau makan pa?Ha.(kesel.Kesel.Kesel){maaf ya den surya}buat den surya.I'm alaways smile :)
BalasHapusyang suka game online mungkin mengenal permainan Age Of Empires...disana kita bisa melihat palsafah bahwa dari awal masa awal berdirinya sebuah negara hingga majunya sebuah negara terlihat bahwa pertanian adalah penopang utama dari maju tidaknya suatu negara...
BalasHapusIndustri yang menghasilkan keuntungan dalam bentuk uang tidak akan berjalan dengan mulus bila pertanian itus endiri tersendat...
Hehehe.,petani (wong cilik) selalu jd obyek, krn nduwe 'biting'. Tau gak parte itu,bos nya adl petani berdasi, pengusaha internasional yg lg merambah (bc:menjarah) hutan2 di papua untk di jadikan kebun klapa sawit...hehehe.,opo de'e tau macul..? Kok wani2 ne ngatasnamake pembela petani? Ahh.,dobol kuro tenaann...
BalasHapuspetani pensiun wis pengen pensiun ne mangan pho......
BalasHapusduh kasian bgt ya pak petani, mana skrg lg parah2nya banjir...sekali miskin tetap miskin..hiks...
BalasHapusYg kaya makin kaya :) yang miskin makin miskin :(
BalasHapusom daku tungguin diblog nya daku.wajib mampir yap
BalasHapuswahh! komentar ke 54 neh, kebaca gak yah!!
BalasHapuskebanyakan petani jaman sekarang juga cuma petani garap, tanahnya tetep punya yang bermodal. hiks!
Ngomong2 aku sekretaris kelompok tani di kampung. Jadi tahu pusingnya petani gimana....
BalasHapusKatanya mo ada bantuan benih padi tapi hingga musim tanam selesai belum turun juga, penyuluhnya juga ikut puyeng karena ujung2nya nunggu proses tender pengadaan benih. Trus waktu mo ada bantuan pupuk kayak tahun kemrin datangnya telat udah gitu bertahap dan tdk merata utk petani dan parahnya stok yg datang cuma Urea, pupuk lainnya nyaris tdk ada. Padahal urea hanya mengandung nitrogen yang sebetulnya tdak boleh terlalu banyak utk padi.
Janjinya sih taun depan (tahun ini sih)sistemnya mo dibaiki, tp. janjinya......:-(
kembalikan tanah pada masyarakat. dimana-mana perkebunan kaya raya, masyarakat sekitar hanya jadi jongos, budak mereka yang punya modal. jangan sampe hanya gara-gara iklan negara jatuh sama pembunuh para petani, nelayan, pedagang dan mereka yang memainkan harga. mosok BBM turun, bahan pokok naik. gak ada relevansinya!
BalasHapussalam
pongpet
wah... dah byk yang komentar bingung euy mau komentar apaan nih...
BalasHapusCaleg bukan...anggota dewan bukan..artis bukan...direktur bulog bukan...lurah bukan..,sek sek mas.....aku tak baleni sing moco....maklum cah anyar bikin blog..:D
BalasHapussaya menemukan ungkapan sederhana tapi menyentuh: MANA BISA PETANI UNTUNG....., sampai kiamat kali yaaahhh?
BalasHapusterima kasih telah menempatkan link saya di kangen update; saya hari ini obral link untuk link exchange dengan sahabat blogger semua termasuk sampaian mas, sebagai salah satu top komentator blog saya. jangan bosan berkunjung yaaahhh.
wow,,, mantep kata katanya kekekek. Kritis terus ommm hehhehe
BalasHapusWah.. luar biasa mas tulisan mas.. saya juga setuju.. sudah lama saya bosan dengan budaya pemilu di Indonesia, makin buruk aja.
BalasHapusPolitik uang dimana mana, kalo kayak gini terus.. asli.. mungkin warga Indonesia bisa mengeluarkan mosi tidak percaya pada pemerintah
wah kl ga da petani, yg nanam padi sapa donk ? kita ga makan nanti..
BalasHapusmau ambil beras dulu dari pak tani hehehe, mana ada spring berdua, adanya ber-4 kang hehehe, lagian indahnya spring membuat allergi
BalasHapusEyangku juga seorang petani Bang..
BalasHapusPetani sering kali hanya dapat getah..
BalasHapus:(
mampir malem dengan publisher CD :D
BalasHapusgimana penjualan hari ini publisher?sudahkah meloroti CD - CD JUPE...hehehehe
silihkinnnn...monggiiiiii
ngaciriiiiiiiiii
@ Baka Kelana : harapan harus dipupuk, dan semoga yang berkuasa juga mnyadarinya...
BalasHapus@ abang : iya... jadi sedih bang...
@ nita : semoga, sepertinya tiap tahun juga suasembada, nggak tahu kok repot-repot impor segala...
@ bunda : politik pertanian memang tidak bergerak kemana-mana, dari penanaman hingga model penguasaannya...
@ lindung : yah.. semoga..
@ joe : iya, tanah kalo didiemin saja kan cuman tumbuh rumput dowang ya...
@ Fitriansyah : sep.. tengkyu...
@ wewarna : tinggal sebiji nasipun harus dihabiskan semua untuk mengingat pak tani menanamnya dengan usaha dan kegigihannya siang dan malam hari... mungkin ya... intinya beras itu tidak jatuh dari langit tapi dari usaha keras pak tani...
@ zoel : weks... hahaha... bukaaan...
@ tiyo : gandumnya yang nanam siapa lagi? kalo bukan petani juga...
@ Elistadyon : memang suratan takdir kali ya... suratan atau emailan ato smsan ya.. kakakka...
@ omiyan : wah.. sama-sama penggemar AOE nich...
@ srex aswinto : betul, betul dobol tenaan...
@ tony : lah iya, harusnya negara kan yang mikir...
@ Linda Belle : yang kaya nggak bagi-bagi seh...
@ Bunda : pertanda akan ada ontran-ontran bun...
@ ipanks : waks...
@ priandhani : celaka seratus tiga belas wis...
@ mas8nur : pengalaman yang berguna mas... harus cari sendiri juga kan akhirnya... pancen asyem...
@ pongpet : bahan pokok naik kalo memang dari bawah sih gpp, tapi ...
@ Lyla : met coming aja mbak...
@ yumaima : salam kenal mbak...
@ munawar am : beris mas...
@ Medan Blogger : weh.. lama tak jumpo kito...
@ Danta : dalam hati sih udah nggak percaya semuwa...
@ debrian : pasti ada kerja paksa ya...
@ mama hilda : plesetan sepiring ma...
@ easy : generasi yang hilang nih.. kikiki...
@ HeLL-dA : kasihan emmang...
@ nara: yuk.. kakakka...
Pak Tani, pak Tani... riwayatmu kini...
BalasHapusYang jadi pertanyaan saya, rekan2 mahasiswa pertanian yang saat kuliah demikian idealisnya, apakah setelah ngadepin kehidupan nyata menanggalkan idealismenya?
BalasHapusSalam kenal Mas Suryaden..
Memang kasian petani kita, bukan hanya ngurusin pupuk yang mahal dan sering langka tapi masih ada yang tega untuk dijadikan modal kampanye oleh elite politik. Masih ingat kan teman yang di Iklan TV.
BalasHapusPetani nasibmu kini...
blom lg nanti klo sawahnya bnjir... nangis deh
BalasHapusAku ada keluarga yg petani juga..jadi taulah nasibnya kayak gimana. Aku sangat menghargai jasa para petani kita. Pro petani!!!!
BalasHapuspaling enak makan siang di sawah..pake sambel trasi, ikan asin, nasi anget + lalapan...wuyy..mantabbbsss
BalasHapusDulu saya bisa main2 di sawah.....
BalasHapustp sekarang sawahnya jadi perumahan....
hiks,,,hiks,,,, hiks,,,,,
yang aku bingung yah mas,,,
BalasHapuskenapa sihhh semua partai yang beriklan,
pasti ada gambar petani-nya???????
tapi liat aja, kalo dah pada kepilih, nasib petani boro-boro dipikirin.
geuleuh.
smangat banget mas
BalasHapusini lagi diketik bedtime storiesnyahh hahahah
itulah nasip petani kita..
BalasHapusmudah2an..caleg2 kita semakin memikirkan petani2 ini...dan bukan menjadikan mereka ajang mencari popularitas dan kemenangan..setelah itu dicampakkan..
nice posting bang surya...*maaf nih..baru Ol..suibukkk banget didarat hehehehe*
udah tuh udah.
BalasHapusmaap yah mengecewakan. Soalnya itu cerita buat anak kecil.
mampir yah mas.
He..he.., kalo Mbah Maridjan ngasih mantra buat mbah gugle, pasti gugle g jadi meletus he..he..
BalasHapusJenguk agen celana dalam dulu, baru pulang dari surabaya nih, demam lagi duhhh, senin besok mo k medan sur ...mo istirahat dulu biar senin dah fit, lama gak olah raga juga nih hue he
BalasHapuskatanya kita udah swasembada pangan tahun ini. tahun depan mau ekspor..
BalasHapustrus, udah tau belom gimana caranya nyelamatin pak petani ? pengen tau neh..kasian juga ya petani kita
BalasHapusnasib petani dari dulu hingga sekarang belum juuga berubah, mas surya. selain harus menghadapi problem pupuk yang mahal, mereka jua mengalami ketidakpastian saat panen. seharusnya, nasib mereka tak lagi hanya dijadikan komoditas politik bagi elite partai, tetapi betul2 butuh pendampingan dan advokasi secara nyata. tak hanya cuma gembar-gembor di atas mimbar kampanye.
BalasHapusKuwi lho kang nasibe bapakku.. iya bener kek gitu..wong biapakku petani tulen. Musim tanam ngos-ngosan cari utangan...musim panen habis untuk bayar utang... hlah kalo gagal panen? tambah ngos-ngosan dipepet angsuran, digilas kebutuhan sehari-hari, ditonjok biaya sekolah anak, plus kejepit bunga pinjaman.
BalasHapusAnehnya... koq yaa survive wae ya... sampe anak2 mentas... ajep dan hebak tenan biapakku.
padahal tulang punggung Indonesia seharusnya adalah petani yah, karena kita negara agraris. saya pernah masuk kekampung2 didaerah sukabumi, kehidupannya memang masih sangat miris sekali...
BalasHapus