sesat pikir
Manusia katanya adalah mahluk sosial, tidak bisa hidup sendiri, harus memiliki jaringan dan pertemanan, saling membantu, jujur tabah dan bersahaja, rela berkorban dan tabah (halah... pramuka), serta seabrek hal-hal lainnya yang membuat kita menjadi manusia seutuhnya baik sebagai pribadi sekaligus dengan habitat masing-masing.
Hal itu akan terasa mudah, mengasikkan, indah, berjalan apa adanya sesuai khitohnya dan membahagiakan bagi pelakunya, namun seiring perkembangan kelompok, habitat, dan hubungan antar kelompok dalam masyarakat yang memiliki watak dan ciri khas sendiri-sendiri, muncullah toleransi dan saling menghormati antar kelompok tersebut, kemudian berkembang lagi dengan hukum atau aturan-aturan yang disepakati bersama, yang pada perkembangannya rembugan itu akan diwakili oleh perwakilan-perwakilan kelompok. Sampai disini sepanjang masih menjunjung kebaikan dan kemanusiaan tidak akan pernah ada masalah yang berarti.
Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah keluarga dan kelompok bertambah hingga mengharuskan adanya administrasi untuk mengatur jalannya perikehidupan baik sehari-hari maupun berkala, sehingga munculah banyak sekali kesepakatan dari alat tukar hingga kesepakatan identitas-identitas bersama yang membedakan dengan kelompok-kelompok admnistrasi besar yang lainnya, dari banyak kesepakatan inilah muncul diskriminasi-diskriminasi yang seharusnya tidak perlu karena adanya perlombaan adu baik dari masing-masing kelompok untuk mendukung kejayaan nama baik yang semakin lama sebenarnya jauh artinya bagi individu-individu pelaku kehidupan.
Semuanya menjadi semakin kompleks ketika terjadi persaingan dan kompetisi antar kelompok yang semakin berkembang dan acapkali menuai korban, semuanya memiliki latar belakang dan akar-akar yang kuat plus kekuatan memori kolektif yang diturunkan terus menerus baik secara lisan maupun tulisan meskipun sedikit. Dalam hal ini pendidikan yang diselenggaran bersama dapat menjadi jembatan dalam menyusun dan mendokumentasikan perkembangan yang terjadi.
Pendidikan memberikan sumbangan besar dalam perkembangan kehidupan bersama itu, baik dalam pengembangan arsitektur kelompok maupun kemasyarakatannya dalam banyak segi, melalui pendidikan pula sebuah bangsa dapat disatukan dengan temuan-temuannya akan dalam pencarian akar kebudayaan dan lain sebagainya, namun pendidikan juga bisa menciptakan suasana kebangsaan baru berdasarkan intrik-intrik penguasa untuk menghilangkan atau memutus mata rantai kesejarahan dan budaya menurut yang diinginkannya, biasanya dinamakan indoktrinasi.
Saat sangat terasa benturan-benturan dari pendidikan ini terutama dalam masalah kebangsaan indonesia yang entah karena banyaknya orang pinter atau ngawur ditambah dengan penguasa yang selalu ingin dikatakan benar maka banyak sekali teori maupun cerita yang muncul dari hanya sekedar sorry, his story maupun history itu sendiri. Keran demokrasi maupun liberalisasi dalam pendidikan memang sudah terbuka namun masih malu-malu untuk diakui dan diimplementasikan, sekalipun dengan banyaknya versi tentang perkembangan kelompok hingga penghapusan budaya dan atau paham tertentu adalah khasanah kekayaan yang patut untuk selalu dikaji untuk memberi warna atau warning bagi budaya sesat pikir yang berkembang tidak terkendali.
Salah satu sesat pikir yang terjadi saat ini adalah mengapa ketika berpidato tentang ekonomi dan energi selalu digembar-gemborkan untuk penghematan sementara jika hemat maka akan mengurangi produktifitas, dan di lain pihak pemborosan keuangan negara untuk 2 kali pesta besar pilpres dan pileg, serta pilkada-pilkada yang jumlahnya ratusan kali, kenapa kesesatan itu harus dilakukan sementara akan lebih efisien dan mengurangi kecurangan ketika semua hal itu bisa dilakukan dalam satu hari yang sama, untuk menghasilkan pemimpin yang berkualitas dan tidak terlalu oportunis, tanpa memberi kesempatan untuk curang dengan berlompatan kian kemari, dalam kuitansi dukung mendukung yang hanya merugikan perikehidupan masyarakat sehari-hari, dan menciptakan konflik rekayasa yang samasekali tidak perlu.
Hal itu akan terasa mudah, mengasikkan, indah, berjalan apa adanya sesuai khitohnya dan membahagiakan bagi pelakunya, namun seiring perkembangan kelompok, habitat, dan hubungan antar kelompok dalam masyarakat yang memiliki watak dan ciri khas sendiri-sendiri, muncullah toleransi dan saling menghormati antar kelompok tersebut, kemudian berkembang lagi dengan hukum atau aturan-aturan yang disepakati bersama, yang pada perkembangannya rembugan itu akan diwakili oleh perwakilan-perwakilan kelompok. Sampai disini sepanjang masih menjunjung kebaikan dan kemanusiaan tidak akan pernah ada masalah yang berarti.
Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah keluarga dan kelompok bertambah hingga mengharuskan adanya administrasi untuk mengatur jalannya perikehidupan baik sehari-hari maupun berkala, sehingga munculah banyak sekali kesepakatan dari alat tukar hingga kesepakatan identitas-identitas bersama yang membedakan dengan kelompok-kelompok admnistrasi besar yang lainnya, dari banyak kesepakatan inilah muncul diskriminasi-diskriminasi yang seharusnya tidak perlu karena adanya perlombaan adu baik dari masing-masing kelompok untuk mendukung kejayaan nama baik yang semakin lama sebenarnya jauh artinya bagi individu-individu pelaku kehidupan.
Semuanya menjadi semakin kompleks ketika terjadi persaingan dan kompetisi antar kelompok yang semakin berkembang dan acapkali menuai korban, semuanya memiliki latar belakang dan akar-akar yang kuat plus kekuatan memori kolektif yang diturunkan terus menerus baik secara lisan maupun tulisan meskipun sedikit. Dalam hal ini pendidikan yang diselenggaran bersama dapat menjadi jembatan dalam menyusun dan mendokumentasikan perkembangan yang terjadi.
Pendidikan memberikan sumbangan besar dalam perkembangan kehidupan bersama itu, baik dalam pengembangan arsitektur kelompok maupun kemasyarakatannya dalam banyak segi, melalui pendidikan pula sebuah bangsa dapat disatukan dengan temuan-temuannya akan dalam pencarian akar kebudayaan dan lain sebagainya, namun pendidikan juga bisa menciptakan suasana kebangsaan baru berdasarkan intrik-intrik penguasa untuk menghilangkan atau memutus mata rantai kesejarahan dan budaya menurut yang diinginkannya, biasanya dinamakan indoktrinasi.
Saat sangat terasa benturan-benturan dari pendidikan ini terutama dalam masalah kebangsaan indonesia yang entah karena banyaknya orang pinter atau ngawur ditambah dengan penguasa yang selalu ingin dikatakan benar maka banyak sekali teori maupun cerita yang muncul dari hanya sekedar sorry, his story maupun history itu sendiri. Keran demokrasi maupun liberalisasi dalam pendidikan memang sudah terbuka namun masih malu-malu untuk diakui dan diimplementasikan, sekalipun dengan banyaknya versi tentang perkembangan kelompok hingga penghapusan budaya dan atau paham tertentu adalah khasanah kekayaan yang patut untuk selalu dikaji untuk memberi warna atau warning bagi budaya sesat pikir yang berkembang tidak terkendali.
Salah satu sesat pikir yang terjadi saat ini adalah mengapa ketika berpidato tentang ekonomi dan energi selalu digembar-gemborkan untuk penghematan sementara jika hemat maka akan mengurangi produktifitas, dan di lain pihak pemborosan keuangan negara untuk 2 kali pesta besar pilpres dan pileg, serta pilkada-pilkada yang jumlahnya ratusan kali, kenapa kesesatan itu harus dilakukan sementara akan lebih efisien dan mengurangi kecurangan ketika semua hal itu bisa dilakukan dalam satu hari yang sama, untuk menghasilkan pemimpin yang berkualitas dan tidak terlalu oportunis, tanpa memberi kesempatan untuk curang dengan berlompatan kian kemari, dalam kuitansi dukung mendukung yang hanya merugikan perikehidupan masyarakat sehari-hari, dan menciptakan konflik rekayasa yang samasekali tidak perlu.
Wah, emang bner yah setiap manusia pada dasarnya ingin dihormati, dihargai, dianggap oleh orang lain sebagai -orang baik- namun, kadang manusia itu (seperti saya) untuk mendapatkan hal2 itu, mereka saling berkompetisi dgn cara yang salah. Sbaiknya kita berkompetisi secara baik gak usah pake adu jotos sgala.
BalasHapusSalam kenal yah kak!
Benar benar postingan yang membuka pintu hati saya betapa pentingnya hidup saling menghargai dan menghormati.Salam kenal:)
BalasHapuskita harus hemat energy, tapi harus rajin shopping :P eh susah ya hehe
BalasHapuswuah bicara hati nih terkadang tanpa kita sengaja,kita(loe aja kali wie ge kaga )ingin di anggap sempurna padahal kan kesempurnaan hanya milik ALLAH STW seorang kalau kita sebagai manusia sadar akan hal itu niscaya kita akan hidup yang ............
BalasHapusapalagi kita hidup di dunia ini kan hanya sementara,dan sekecil apa pun dosa yng kita perbuat akan ada pertanggungjawabanya di hadapah TUHAN kelah niscaya ga da tuh kkn apalagi menghalalkan segala tipu muslihat untuk meraih jabatan yang buat gue hanya fatamorgana kehidupan,tapi perlu di ingat juga kita hidup ini harus ber juang dan berusaha untuk mencari yang terbaik dan tentunya yg di ridhoiNYA ya nda kang ( ko we jadi rellig gini yah heeeeeeee
Pada awal di pilihnya wakil dari kelompok di iringi dengan harapan akan kebaikan untuk semuanya, tapi ... apakah semua harapan itu terwujud ....?
BalasHapusMantabs mas postingnya dengan bahasa yang keren.
@ Rois : iya, adu jotos kalo ada penjahat ajalah...
BalasHapus@ Elistadyon : mari kita jaga perdamaian...
@ mercuryfalling : susah memang, mau hemat tetangga butuh hidup dari es dawet... wah memang penuh kontradiksi...
@ awie : iya mas awie, religi itu sebenarnya kan gawan bayi to...
dari judulnya saja sudah ngeri 'sesat', ah, kenapa yah seseorang harus selalu alami yang seperti itu?gak ngerti
BalasHapusWach - wach ketinggalnan nich gara2 posting marque ...
BalasHapussetuju banget bang Surya pada dasarnya manusia itu semuanya baik dan jalan pikirannya suci murni seiring dengan pertumbuhan dari bayi>kanak>anak2>remaja>dewasa>matang/tua hingga hingga mengubah watak,sifat dan tingkah laku serta pola pikiran menjadi berkembang sesuai dengan lingkungan atau pergaulan sampai pada sebagian manusia karena keserakahan dan ketamakan timbullah pikiran sesat yang mengutamakan kepentingan pribadi ,golongan atau kumpulan dengan memamfaatkan orang2 yang bisa dimamfaatkan tanpa memikirkan resiko dan akibat bagi orang yang dimamfaatkan.
mengenai penghematan itu, hemat atau pengencangan ikat pinggang hanya berlaku bagi rakyat yang kere. sedang para petinggi itu gak perlu mengencangkan ikat pinggang karena mereka gak punya pinggang. perlu inovasi dalam hal pesta pilih memilih itu agar lebih murah biaya tanpa mengurangi nilai dari output, kalau versi pabrikan katanya: kita layak mempertanyakan setiap proses (dan menimbulkan biaya lebih) yang tidak ada nilai tambahnya bagi pelanggan.
BalasHapusMengenai penghematan ekonomi dan pilpres pilkada itu menurut pengamatan saya ada proyek para pejabat atau pengusaha
BalasHapusuntuk ekonomi
sementara rakyat disuruh menghemat baik dari listrik sampai tetek bengek sementara pengusaha seperti contoh Lippo dengan apartment pemvbangunanbaru dikawasan puri jakarta barat menghambur2kan pemakaian listrik yang luar biasa mentang2 mereka menguasai Rupiah yang tentu saja sangat kontras dengan penduduk atau rakyat yang mendapat giliran pemadaman listrik
untuk pilpres pilkada itu mach udach bukan rahasia lagi ...? seperti nya sudah menjadi budaya manusia indonesia golongan keatas baik itu pejabat maupun pengusaha/konglomerat dengan mengeluarkan modal yang sedikit besar tapi meraup keuntungan yang luarbisa kedepannya dengan menghalalkan segala cara seperti korupsi dll.
Sesat pikiran...?
@ Maman : enggak pernah terwujud udah pemilu lagi ya...
BalasHapus@ ADVINTRO: entah juga, untuk menyesatkan orang lain kalii ya...
@ Baka Kelana : sesat pikir, karena diaminin aja oleh yang lainnya... kekekeke... jadi aneh memang sesat itu...
@ sibaho : wuah... mantabs sekali pandangan anda mas, dan sangat realistis terjadinya... kamsia banyak...
Banyak orang pinter di Indonesia,... namun banyak juga yang "mbodohin" temannya sendiri.
BalasHapusmemang kl tentang politik skrg bnyk sekali noda hitamnya..kynya politik skrg bukan berpihak ke rakyat..
BalasHapusHmm...
BalasHapusHmm...
Hmm...
Itu yg saya pikirkan sambil membaca dan membaca ulang dan ulang lagi.
Kenapa setelah masuk dalam jaring politik dan birokrasi banyak orang tak bisa memotong yang tak perlu sehingga menjadikannya lebih praktis dan simple? Apakah karena takut sebab sistem yg sudah berjalan ternyata memiliki banyak cabang yang kalau dipotong maka cabang2 yang terpotong itu bisa jadi pentungan yg memukul beramai-ramai ya? Atau ternyata sistem yang berbelit tersebut dan menciptakan keborosan uang negara dan mencuri kesejahteraan rakyat ternyata perlu demi kenyamanan yg bersangkutan setelah masuk dalam sistem?
Hehehe...
Hayoo sapa yang punya jalan keluar dari maze yang njelimet tersebut??? Siapa yang bisa kasih peta yg jelas supaya tidak 'tersesat', sengaja tersesat, atau malahan menciptakan peta yg menyesatkan?
Soalnya, manusia ini pada dasarnya tidak baik. Kita semua cenderung melakukan kejahatan daripada kebaikan. Lihat saja anak2, adakah yang mengajarkan mereka untuk egois? Tidak ada, mmg sudah dari sananya. Berbagi itu tidak datang secara natural, berbagi itu adalah didikan, diajarkan untuk berbagi, karena itu maka pemikiran bhw manusia pada dasarnya adalah baik... terlalu berlebihan, kita ini org2 berdosa yg harus belajar menjadi lebih baik, sebab, kita mmg bisa kok lebih baik, tapi harus mau dan harus berusaha.
Itu kawan2 menurut si G saja, yg juga sadar dia tidak baik2 amat, kalau diiming2i uang dan ksempatan mungkin bisa jadi mata gelap, dan sebab itu menyadari bahwa rambu2 dan akuntibilitas itu perlu ditegakkan sehingga orang2 seperti dirinya ini tidak dilepas-bebaskan dan kebablasan deh..
begitulah kehidupan yg sesungguhnya...
BalasHapusemang! sekarang banyak orang pinter (apa orang yang berlagak pinter) ngomongnya pada ngawur! seakan ga ada yang pernah bener di mata mereka, gini salah gitu slah, kaya lagu dangdut aja,....
BalasHapussebenernya populasi orang pinter di indonesia banyak. tapi banyak juga yang minteri orang-orang yang kurang pinter. Padahal kita hidup kan saling ada hubung kait antara manusia dan mahluk lain. Tapi emang kenyataan seperti itu yang kita lihat sekarang ini. masalah sosial yang gak pernah habis
BalasHapusgood posting ne..
@ hermancool : iya, ponzi bener di sini...
BalasHapus@ Yusa : benar mas..., rakyat adalah komoditas dalam tanda petik... haha...
@ G : wah, maturunuwun banyak, memang bakat egois itu baik tapi tergantung penempatan dan penyalurannya juga mbak, bukan main sikat aja..., kasihan deh kalo udah purna kuasa..., kebanyakan juga sakitnya itu-itu juga..., akirnya juga kesesat omonganya sendiri..., udah kebukti yang pak udah ninggal itu, orang-orang meludah di jalan ketika iringiringan jenajahnya lewat... biar tau rasa juga...
@ david : masuk keanehan nggak bung...
@ dede : haha.. emang kita masuk perangkapnya juga ya.. waduh..
@ dwinacute : dan emang gak niat dirampungkan..., malah diruwetkan...
kalo ngomongin politik emang ngga ada habisnya..n bikin mumet..dari kampanya pilpres, pilkada yang ngabisin duit..ujung2nya duit rakyat yang dipake nombok kalo sudah terpilih...
BalasHapusmumet bin njlimet..hiks..
Masyarakat yang sakit...!
BalasHapusmasyarakat sdh dipermainkan, githu ya mas??
BalasHapussolusi fundamental dan praktisnya apa?
para elite politik seharusnya menekan ego jika udah berada di arena politik, bukan sebaliknya menyulut api ego dengan bensin. yg ada akhirnya negara dan rakyat kebakaran
BalasHapusKontradiktif memang, di satu sisi menyerukan agar masyarakat berhemat hemat, sedangkan di sisi lain para elit politik dan pejabat tinggi negara malah mayoritas menghambur-hamburkan duit.
BalasHapusmereka yang di atas sana kan lagi pada sibuk utk menonjolkan aurat eh salah menonjolkan muka supaya dikenal sama rakyat dan bisa terpilih makanya mereka yang diatas sana menghamburkan lebih banyak.dan imbasnya yap rakyat mau ga mau yang diharuskan untuk berhemat.itu menurut daku yang newbie,cupu, cakep (halah) ini heheheh
BalasHapusMas surya.Ijin link blognya yaw.:)
BalasHapussalam pramuka...
BalasHapusyah, ketika sebuah sistem itu sudah jadi mendarahdaging dalam kehidupan, tujuan awal dari diadakannya sistem tersebut dadi lali, trus nek pas kelingan yo etok-etok lali, bisa juga sing kelingan malah ra duwe konco, kasian deh lo...
Biasa ajalah....itu semuanya adalah ekses dari proses pendewasaan diri (baca:negara)...semakin banyak populasi dengan space yg terbatas akan makin tinggi friksinya...dan makin meningkat suhunya....untuk itu supaya tidak terbakar atau meledak...perlu ada moderator...yang mampu mengendalikan resiko reaksi yang tak diinginkan tak terjadi.
BalasHapusNah....siapa sekarang yang jadi moderator...? ayooo...tunjuk jari..atau tunjuk hidung.....
kayaknya postingan kali ini bisa jadi sebuah pidato deh. btw, den Surya ikut anggota partai apa? cocok banget tuh. he he he...
BalasHapusWaduh... Tapi itu Indonesia kita ya dan kita didalamnya :-)
BalasHapusbagi saya, para pemimpin yang ngakunya 'pemimpin' itu ndak lulus pelajaran sosiologi waktu SMA...wakakakak
BalasHapusngacir akhhhh...
Sebelah rumah hemat energi malah produktif tuh mas....tiap malam matiin lampu....tahu-tahu punya anak lagi dech....
BalasHapusbuat saya, PRAMUKA sangat berarti..
BalasHapusmengajarkan saya lebih mengenal dunia, sahabat, cara pandang seseorang, cara pikir seseorang, dan masih banyak lagi yang bisa aku ambil darinya..
mungkin para pejabat kita udah lupa bagaimana menghemat uang. dan juga mungkin mereka lupa, untuk siapa seharusnya mereka berjuang..
oiya mas, mau gak tukeran link ma saya yang masih pemula ini?
semoga aja mas berkenan..
tulisan yang menarik pak.. sampai berkali-kali memahami dan harus mau mengakui....
BalasHapusIndonesia banget :)
begitu itu kalau terbiasa menyalahkan orang lain. pemerintah nyuruh rakyat hemat ini dan itu, tapi pemerintah membuat program aneh2 yang malah hambur2an. kalau oknum2nya sudah terbiasa dari rumah diajari untuk perbaiki diri sendiri sebelum menyalahkan orang lain, yaaaa mereka akan membenahi sistem pemerintahannya sebelum nyuruh2 rakyat ini dan itu. nyambung nggak yo mas karo postingane?
BalasHapusBagus postingannya =)
BalasHapusSekarang mah tugas kita semua biar membuat masyarakat Indonesia untuk cerdas IPTEK dan Juga IMTAQ nya....
BalasHapussupaya gak di bodoh2i dan dipinteri orang lain,,,,
mulai dr diri sendiri.......
Hidup memang penuh liku-liku,,,
BalasHapusHalah,,,
Kaya lagu dangdut aja ya,,, hihihi,,,
wah paling buncit neh kasih komen..jadi ga' PD mo ngmng apa
BalasHapuskan yang wajib berhemat hanya rakyat, bukan pejabat
BalasHapus@ Atca : masa uang kita dihabiskan kayak gitu... rela.. ah saya sama sekali tidak rela...
BalasHapus@ Shanty Mahanani : iya.. dan gak bisa berbuat apa-apa... emang udah diset gitu deh..
@ Lowongan: ngeblog dan bombardir mereka agar melek dengan info yang akurat huehehe...
@ nita : kebakaran itu serasa sudah didepan mata, namun sepandai2 tupai melompat akhirnya akan terjerembab juga... kita tunggu sajaa...
@ Erik : dan kita hanya disuruh melongo, kalo demo ato nglawan ditendang pake baju wenang, wah...
@ ipanks : betul mas, disini cari koretan duit disana duitnya koperan....
@ Elistadyon : silahkan, free mawon nggih...
BalasHapus@ grubik : kekekeke... kasihan jadi orang jujur yah...
@ srex aswinto : yah... dialognya aja gak ada wadahnya .. sedih...
@ FATAMORGANA : asyem... saya non partisan jeng...
@ ajeng : iya...
@ mas gde: waakaka..
@ esha di birulangit : wahahaha... tapi jadi kere semua nantinya... kasihan...
@ rampadan: sudah saya link kok sampeyan mas...
@ azaxs : weleh, lha iya to...
@ wewarna : nyambung mbak, eksekutif saat ini kan seperti tuan bagi buruh-buruh seperti kita ini...
BalasHapus@ Rian Xavier : wah, bisa besar kepala nanti saya loh...
@ Kharianto : kalo dangdut... meliuk-liuk hahhaaha...
@ mel : walah, sante mawon...
@ Pencerah : sangat cerah pak...
Kompetesi sehat kuncinya.
BalasHapuspostingan yang menarik yg perlu dibahas.
BalasHapusYa, harusnya PENDIDIKAN di negara ini harus ditingkatkan. agar kita tidak selalu di bodohi.
Ya, hanya menghamburkan uang-uang, itu sangat memboroskan keuangan negara thu. MEindingan kasih rakyak kecil yg kurang mampu, itu jg membntu.
Jadi teringat mbah thomas hobbes..yang katanya human nature is evil..sikut-sikutan, saling menjegal, oportunis, pragmatis dan semua hal yang membawa dia pada kemenangan yang absolut...
BalasHapusMungkin akan semakin parah jika thomas hobbes dipadu dengan machievelli sekalian, lama-lama langit di indonesia bakal runtuh kali ya, seperti postingan sampeyan sebelumnya :)
@ Ersis Warmansyah Abbas : salah satunya mas...
BalasHapus@ debrian : beberapa memang sudah kena KPK, tapi yang laen kapan...
@ mama hilda : iya... kelasnya masih benar atau salah, belum naik ke SMP hehehe...
jujur saja, saya bingung, kita yang aneh apa mereka yang aneh ya?
BalasHapusbisa jadi, dari sudut pandang mereka, kita justru yang sesat pikir??? hua ha ha...
Lha iya, wong Indonesia itu duitnya banyak cuma salah dalam mengalokasikan saja. Bener banget tuh, malah kadang2 dananya dipake buat membuat konflik yang g perlu =(
BalasHapusPemilu yang katanya perta demokrasi ini hanyalah ajang untuk menghambur2kan uang rakyat (lho???). Wong sudah ada tehnologi kok g di manfaatkan, jauh lebih hemat dan aman.
@ Andy MSE : wkakaka... memang nggak ada jurinya... huauauaahahha..
BalasHapus@ Seno : memang kalo hemat, nanti gak bisa beli mobil baru dong..., emang payah mereka itu... susah...
makanya mas...malu bertanya akibatnya bisa jalan-jalan...he..he
BalasHapuskhitohnya dan membahagiakan bagi pelakunya
BalasHapusbahasa siape tuh bang?... o iye kalo mow ngejadiin Indon nich bagus n hemat, mendingan ngehemat listrik buat anggota dewan nyang rapat siang-siang tuh... suruh di lapangan depan gedung MPR ajah tuh.. biar di liatin ame tukang ojek, penumpang Bus jalur Depok-kalideres, en pengemis nyang jalan-jalan dari semanggi...
Hi there! how are you?
BalasHapusIf you need to find beautiful chopper wallpaper for your desktop, just simply visit our site.
Regards.
halo, apa kabar?
BalasHapuskamu suka makan pizza???
Simbiosis Mutualisme....
BalasHapus*ngintip postingan lama, ternyata indah semua*
salut kang