Differently abled People
Entah mengapa aku teringat perjuangan masa lampau, seperti mahluk purba aja lampau .. huh .. padahal sampe detik ini juga masih..., sebuah kata dahsyat sedahsyat penemunya, kata itu adalah DIFABEL, tidak ada dalam kamus apalagi di translate.google.com nggak mungkin ada, lah memang diciptakan sendiri oleh almarhum Dr. Mansour Fakih, yang dulu adalah pegiat sosial dan ham, pernah juga menjadi komisioner di komnasham, entah tahun kapan sudah lupa....
Kadang hati kita terhanyut dan kasihan melihat seseorang, teman, keluarga atau kenalan baru kita yang buta, tuli, berkursi roda atau pakai alat bantu lainnya. Dari hal sepele ini - rasa kasihan -, ternyata malah membuat perasaan mereka itu tidak enak dan menciptakan sebuah jurang atau anggapan bahwa kita harus menolong atau lebih parah lagi menempatkan mereka sebagai individu yang berbeda dengan kita yang normal dan sehat -menurut kacamata kita- sehingga menciptakan sebuah kondisi untuk pembedaan terhadapnya, dan acapkali memang menganggap mereka itu CACAT, hal itu sangat menyakitkan sekali, terlebih dengan kata-kata yang diperhalus seperti tuna netra, tuna rungu dan lain sebagainya yang memberikan address kepada kondisi tertentu secara sepihak.
Perlu digarisbawahi memang kalo tuhan pada awal penciptaannya tidak menginginkan hal seperti ini terjadi, namun dalam perjalanannya (pembuahan, kesempurnaan kromosom dan kondisi kesehatan, kecelakaan, maupun kondisi lingkungan lainnya setelah lahir) yang menjadikan pendengaran bisa hilang, kebutaan dan lain sebagainya mengenai saudara-saudara kita itu. Namun bagaimanapun juga mereka tetap seorang manusia yang memiliki kemampuan dan hak-hak sebagaimana layaknya manusia yang lain, dan mereka sempurna pada kesempurnaannya sendiri.
Berangkat dari itulah maka seorang Mansour Fakih dalam memberikan istilah maha dahsyat bagi perjuangan mereka dalam merengkuh persamaan kemanusiaan yaitu DIFABEL (bukan disabled) sebagai singkatan dari Differently Abled People (orang dengan kemampuan yang berbeda), meskipun diantara para pejuang itupun ada dialog yang terus menerus terjadi namun para intelektual muda dari kalangan itu lebih setuju dengan kata-kata ini, sebagai orang dengan kemampuan yang berbeda, dan sekali lagi bukan orang sakit atau cacat. Termasuk dalam difabel ini adalah orang-orang tua, ibu hamil hingga anak-anak yang memerlukan perlakuan khusus.
Perjuangan memang sangat panjang dan saat ini sudah menghasilkan banyak difabel yang mandiri bahkan sekolah hingga tinggi sekali, bagi yang buta pun mendapat kehormatan dari nokia dengan kemampuan HP yang aksesibel, komputer dengan JAWS, dan penerimaan dari institusi pendidikan dengan pendidikan inklusif (inclusive education), dimana sekolah-sekolah biasa harus bisa menerima difabel dengan memberikan tambahan pelayanan khusus, tidak seperti SLB yang merupakan penjara bagi mereka yang sebenarnya pintar namun dianggap sebagai pesakitan. Tidak terbayangkan kemarahan mereka terhadap SLB yang selalu kekurangan dalam layanannya dan hanya menghabiskan dana depsos saja.
Meskipun begitu banyak orang masih tidak memahami arti perjuangan mereka, berbagai penolakan untuk masuk sebagai mahasiswa di UGM misalnya harus didemo secara besar-besaran oleh teman-teman, penolakan Gus Dur menjadi calon presiden karena dianggap tidak sehat jasmani dan rohani, walah..., serta berbagai diskriminasi lainnya benar-benar membuat bias hak asasi di negara ini.
Apakah kita sudah melek terhadap hak-hak dan kemampuan mereka, karena mungkin dalam hati para difabel itu jika disakiti juga bisa berdoa untuk masa depan kita dan keturunan kita apakah akan sepertinya.... yang tidak punya tangan, pincang, buta, tuli dan lain sebagainya....
Kadang hati kita terhanyut dan kasihan melihat seseorang, teman, keluarga atau kenalan baru kita yang buta, tuli, berkursi roda atau pakai alat bantu lainnya. Dari hal sepele ini - rasa kasihan -, ternyata malah membuat perasaan mereka itu tidak enak dan menciptakan sebuah jurang atau anggapan bahwa kita harus menolong atau lebih parah lagi menempatkan mereka sebagai individu yang berbeda dengan kita yang normal dan sehat -menurut kacamata kita- sehingga menciptakan sebuah kondisi untuk pembedaan terhadapnya, dan acapkali memang menganggap mereka itu CACAT, hal itu sangat menyakitkan sekali, terlebih dengan kata-kata yang diperhalus seperti tuna netra, tuna rungu dan lain sebagainya yang memberikan address kepada kondisi tertentu secara sepihak.
Perlu digarisbawahi memang kalo tuhan pada awal penciptaannya tidak menginginkan hal seperti ini terjadi, namun dalam perjalanannya (pembuahan, kesempurnaan kromosom dan kondisi kesehatan, kecelakaan, maupun kondisi lingkungan lainnya setelah lahir) yang menjadikan pendengaran bisa hilang, kebutaan dan lain sebagainya mengenai saudara-saudara kita itu. Namun bagaimanapun juga mereka tetap seorang manusia yang memiliki kemampuan dan hak-hak sebagaimana layaknya manusia yang lain, dan mereka sempurna pada kesempurnaannya sendiri.
Berangkat dari itulah maka seorang Mansour Fakih dalam memberikan istilah maha dahsyat bagi perjuangan mereka dalam merengkuh persamaan kemanusiaan yaitu DIFABEL (bukan disabled) sebagai singkatan dari Differently Abled People (orang dengan kemampuan yang berbeda), meskipun diantara para pejuang itupun ada dialog yang terus menerus terjadi namun para intelektual muda dari kalangan itu lebih setuju dengan kata-kata ini, sebagai orang dengan kemampuan yang berbeda, dan sekali lagi bukan orang sakit atau cacat. Termasuk dalam difabel ini adalah orang-orang tua, ibu hamil hingga anak-anak yang memerlukan perlakuan khusus.
Perjuangan memang sangat panjang dan saat ini sudah menghasilkan banyak difabel yang mandiri bahkan sekolah hingga tinggi sekali, bagi yang buta pun mendapat kehormatan dari nokia dengan kemampuan HP yang aksesibel, komputer dengan JAWS, dan penerimaan dari institusi pendidikan dengan pendidikan inklusif (inclusive education), dimana sekolah-sekolah biasa harus bisa menerima difabel dengan memberikan tambahan pelayanan khusus, tidak seperti SLB yang merupakan penjara bagi mereka yang sebenarnya pintar namun dianggap sebagai pesakitan. Tidak terbayangkan kemarahan mereka terhadap SLB yang selalu kekurangan dalam layanannya dan hanya menghabiskan dana depsos saja.
Meskipun begitu banyak orang masih tidak memahami arti perjuangan mereka, berbagai penolakan untuk masuk sebagai mahasiswa di UGM misalnya harus didemo secara besar-besaran oleh teman-teman, penolakan Gus Dur menjadi calon presiden karena dianggap tidak sehat jasmani dan rohani, walah..., serta berbagai diskriminasi lainnya benar-benar membuat bias hak asasi di negara ini.
Apakah kita sudah melek terhadap hak-hak dan kemampuan mereka, karena mungkin dalam hati para difabel itu jika disakiti juga bisa berdoa untuk masa depan kita dan keturunan kita apakah akan sepertinya.... yang tidak punya tangan, pincang, buta, tuli dan lain sebagainya....
MU, majelis ulama toh mksdnya...aq kirain tadi apa...
BalasHapusSemoga para difabel tidak berdoa seperti yang tertulis di paragtaf akhir tulisan di atas...
BalasHapusKu stuju bnged tuh! Memang faktor fisik bukanlah segalanya, melainkan bakat dan juga kemampuan yg mereka punya, dgn itu mereka bisa lebih dihargai orang lain.
BalasHapusyang lebih mengkhawatirkan menurut saya adalah cacat moral yang sedang menjadi endemi di negeri ini. betul gak kang :D
BalasHapuswe setujuk ma mantan kiyai di indonesia ini memeng sekarang lagi terjadi gejala cacat moral lihat aja dimana mana bertebaran para pelakunya seolah ga takut dengan hukum yang telah di buat oleh TUHAN
BalasHapusdifabel moral lebih berbahaya (setuju ma mantan kyai)
BalasHapusmemang sangat diharapkan bagi kita semua untuk saling berbagi dengan difabel
baru tau neh arti difabel. taunya sih tuna ...
MARI BANTU SESAMA!!!
hm......... Tuhan membuat mereka seperti bukan karena Tuhan tak ingin. Semua yang ada di bumi ini rencananya, dan orang dengan 'nothing to lose' lebih bagus mindsetnya mengenai keberhasilan. Pokoknya Tuhan Maha Adil lah.... dan lagi, tak ada yang lepas dari pengawasannya.... semuanya terjadi sesuai kehendaknya. In iadalah cobaan buat manusia.....
BalasHapusTapi untuk keseluruhan, saya setuju dengan tulisannya.... heuheuheu.........
ulasan yang lengkap, salut kang!
BalasHapuspostingan yang sangat menggugah. tiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama, tidak memandang bulu
BalasHapusBaru menjenguk Sur ... cbox banget keluar kota terus ...
BalasHapusOh iya Sur, salah abang yach hue he he ..abis ingat massages mulu sih duh .. makasih Sur, nanti abang edit ...
Salam
@ MU Fans : kekeke...
BalasHapus@ marsudiyanto : pernah pak, pas ndemo UGM...
@ Rois : mereka memang sepantasnya dihargai mas....
@ mantan kyai : iya mas, super bahaya sekali ...
@ awie : kategorinya berlebihan kali ya mas...
@ attayaya : kalo cewek itu... difabel burung ... kekekeke
@ Syamsul Alam : kita jangan hanya melihat ke depan, tai ke samping juga to... kikiki...
@ dede : kapan-kapan nambah lagi neh, makasih mas dede...
@ casual cutie : marilah jadi manusia yang sempurna dalam kemanusiaan masing-masing...
seandainya semua manusia seperti akang hhmmm...^^
BalasHapusDuh saya jadi berfikir semakin banyak saja orang berpandangan sebelah mata tanpa bisa menghargai orang tertentu,,,
BalasHapuslihat juga berbagai fasilitas umum, adakah ruang buat mereka?
BalasHapusBerarti aq salah ya kalau memperlakukan mereka lebis spesial dr pada yang lain..
BalasHapusAkan aq perbaiki sifatku..
Makasih ya om..
lebih baik cacat fisik daripada cacat moral bang... he.2. ^^
BalasHapusdasyat banget ulasannya....
Salut pada mereka yang memiliki Differently Abled People, walaupun mereka memiliki kekurangan tapi mereka punya kelebihan sendiri yang luar biasa kadang tidak ditemukan pada manusia normal
BalasHapustalent is a precious!
BalasHapusSmart post!
Sepertinya lebih terhormat bagi mereka yang mengalami cacat Difabel ini dari pada pejabat yang cacat moral di negeri ini
BalasHapusAllah tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia. dibalik semua itu mesti ada banyak hikmah yang dapat kita petik. spt yg dibilang bbrp teman di atas, saya setuju cacat moral itu jauh lebih mengerikan.
BalasHapuspostingan yang menyentuh!
@ abang : selamat bertugas dan berkarya yah bang...
BalasHapus@ ' Li ' : banyak yang lebih baik kok...
@ Kharianto : kadang telinganya juga sulit mendengar juga.. hahaha..
@ sibaho : iya, padahal kan lebih nyaman kalo bisa aksesibel ya mas... thanks hahaha...
@ rampadan : lebih suka kalo diperlakukan sewajarnya manusia biasanya....
@ perlawanan hati : setojo sayah...
@ Baka Kelana : sebenarnya anugrah kehidupan juga...
@ Shanty Mahanani : keterbatasan fisik harus bukan menjadi penghalang...
@ bunda : Tuhan maha tahu dengan rencanaNya...
wuahaaaa telat nih gw....
BalasHapusbener boss. mereka juga manusia.. dan lebih baik yg cacat fisik dari pada mereka cacat moral....
nice post boss...
postingan good dan membangun, siiip :thumbsup:
BalasHapusistilah baru dari akang suryaden neeh..
BalasHapusdifable. alias tuna.
kang pesen ikan difable di kecapin satu..
wekekekekekek...
peace yoooooww.. cabut ah mo nonton lagee
Cerita kekurangan seseorang takkan pernah ada habisnya anehnya,kekurangan diri malah dicuekin, piye nyikapi orang-orang kaya gitu mas?hehe
BalasHapusCerita kekurangan seseorang takkan pernah ada habisnya anehnya,kekurangan diri malah dicuekin, piye nyikapi orang-orang kaya gitu mas?hehe
BalasHapusCerita kekurangan seseorang takkan pernah ada habisnya anehnya,kekurangan diri malah dicuekin, piye nyikapi orang-orang kaya gitu mas?hehe
BalasHapusCerita kekurangan seseorang takkan pernah ada habisnya anehnya,kekurangan diri malah dicuekin, piye nyikapi orang-orang kaya gitu mas?hehe
BalasHapuswaduh, kok pirang-pirang, hapus ae mas, gak sengaja, lewat HP lola,di ulang-ulang ternyata malah masuk semua,maaf mas aden
BalasHapusbagi saya pribadi.. di hadapan mereka sy sangat kecil..kecil sekali...
BalasHapusdengan karunia yg berlebih, sering saya melupakan hal itu :(
setuju om,udah banyak contok tidak baik di indonesia ini,lha kalo gitu kapan yap contoh baiknya muncul?
BalasHapussemua pasti ada hikmah tersendiri.. Tuhan memberikan semua itu ada maksudnya.. pasti deh... cuma kita manusia saja yg kadang menilai dari satu sisi saja... artikelnya mantap..
BalasHapuswedew, saya ngikut suhu jaloe aja, ndak mau pongah, kadang kita sendiri sering melupakan dan menganggap seperti itu spt yg kang suryaden bilang...
BalasHapusmudah2an aja bisa lebih baek kang utk masing2 personnya, klo kaitannya dgn masalah politik...biasalah kang...sering jegal - menjegal...makanya jadi males milih...wakakakak
mau golgray aja antara item dan putih :D
kaborrrrr...
sp sih org yg bikin garis batas..keterbatasan jd di garis garis..ato mang manusia memang bukan tidak terbatas..(waduh ap to..mumet sdri aku..)
BalasHapusSemakin kritis wae pakdhe... saya yakin dibalik segala kekurangan fisik mereka, Tuhan pasti menganugerahi kelebihan yang tidak ada pada kita yang komplit secara fisik...Tuhan maha adil to...
BalasHapusThanx atas kunjungannya ya...!
BalasHapustiba2 aq ngerasa difabel...
BalasHapusterlalu banyak kekurangan n terlalu banyak keinginan....
tolong aq Tuhan....
alluw sobat,
BalasHapusmaaf br bisa mampir n' muter2..
setuju...kita semua berbeda dan meiliki kekhasan masing2..gali potensi diri amsing2 untuk kemajuan bangsa...(eh out of topic gk nih ya)..hehe
selamat pagi Dunia.....have a nice day sobat..Yup !..moga sehat semua ya
Selamat pagi (^_^)
BalasHapusIndahnya kalau bisa memandang seperti ini. Terus terang saya sendiri masih grogi dan bingung kalau menghadapi mereka yang berbeda, entah beda fisik, entah beda budaya, entah beda jenis. Pada kenyataannya saya sering jadi terlalu hati-hati dalam bersikap dan bertindak, karena takut salah atau menyakiti, akibatnya mungkin hal ini bisa dipandang justru sebagai semacam bentuk 'diskriminasi'? Padahal karena kurang pengertian.
Aku lebih menyoroti kepada istilah 'difabel'. Dulu pernah ada turis wisman yang mencari-cari kata 'depdikbud' dalam kamus. Mengenaskan. Penggunaan akronim khususnya dalam bahasa Indonesia yang tidak terkontrol bisa menyesatkan generasi baru maupun orang yang ingin belajar bahasa kita.
BalasHapusSeperti 'radar', 'rudal', atau 'tilang', hanya salah satu contoh akronim yang tidak semua orang tahu singkatan atau asal muasalnya.
Sorry, om. Agak OOT.
Semua orang ingin diciptakan dengan kesempurnaan....dan mereka juga ingin perlakuan sama dengan yg lainnya...dan memang sudah sepantasnya tidak ada diskriminasi...yang terpenting bukan penampilan fisik saja..tapi moral jauh lebih penting.
BalasHapus*maaf bang beu OL nih..dari kemaren sibuk didarat..he..he..*
disability....masih banyak cara untuk mengelimirnya....yang pasti jangan menjadi menusia2 dengan Handicap!
BalasHapuswah gile bener mas pembahasannya..sy kurang paham dgn istilah2nya sprtnya bnyk kiasannya nih..
BalasHapusbanyak handikep yang bikin kita gak pernah perhatian pada mereka. mungkin cara pendidikan di sekolah dasar kita yang perlu diaransemen ulang...
BalasHapusWeh...kapan tuh difable nggak boleh kuliah di UGM? Turunkan aja sekalian Pak Djarwadi nya :)
BalasHapusDifferently Abled People
BalasHapusistilah yg pas banget. memang kita gak boleh mengasihani mereka terlalu berlebihan.malah bisa menyinggung mereka. lebih baik perlakukan mereka dengan baik tanpa menunjukkan rasa iba yg berlebihan. misalnya dg memberi pekerjaan yg bisa mereka lakukan.
Alangkah indahnya dunia jika bisa melihat segala sesuatu apa adanya dengan makna hati...sayang penglihatan dibatasi oleh banyak hal yang membatasinya.
BalasHapussetuju! Orang dengan kemampuan berbeda memang harus mendapat hak sama dong dengan yg normal. semua manusia mempunyai kesamaan derajat...Hm akhirnya bisa juga comment disini..tapi harus lwt warnet, gak bisa lwat komp kantor. Napa ya?
BalasHapusOrang yang suka meendahkan org lain adalah org sombong
BalasHapuspak deh nek misal , syarat sbg analis kimia tidak boleh buta warna, ituh diskriminasi atau spesifikasi
BalasHapuswaduh... ketinggalan berita nih... maap nih baru mampir lagi IM2nya kyk lagunya BBB putus nyambung putus nyambung
BalasHapusSalut Mas, emang bener deh... Tapi kayaknya sekarang lagi bermunculan difabel-difabel mental tuh di Indonesia... Gimana dunk mas?
BalasHapusPemilihan katanya sendiri seperti penghalusan bahasa. Malah ditelinga Abu terdengar nyinyir.
BalasHapusAbu lebih menyukai ungkapan asli dari Bahasa Melayu. Lebih jujur.
@ Sang Penyamun : oke.. oke... wuahahaha...
BalasHapus@ indra putu achyar : ini memang bahasa advokasi ndra...
@ fuda : wuahahahha...
@ ADVINTRO : nggak usah repot-repot mas...
@ JALOE : ya mas, kadang kita harus bercermin dari mereka ...
@ ipanks : ada tapi bukan dari negara ...
@ IFOEL : saya juga setuju itu mas...
@ gde: hauhaha.. golgray... kekekek...
@ MATA HATI : ya.. seakan manusia ini hanya benda sajalah..
@ tukang Nggunem : kalo tuhan ya bener terus mas... kekeke...
@ Blog Cantik : makasih juga..
@ elly.s : tuhan pasti menolong, tenang aja... hhihiihi...
@ awan_clickerz : harus sehat dong ya...
@ G : harus belajar memang, asal jangan risih aja ya...
@ ~noe~ : kadang kamus itu memang gak pernah update... hayo...
@ Atca : disriminasi struktural yang mencelakakan kita semua...
@ srex aswinto : aneh juga..., hendikap lebih halus memang...
@ Yusa : sebenarnya apa adanya mas Yusa...
@ gush : betul sekali, guru-gurunya aja gak mau repot sih...
@ yenni : sudah lama, dan harus didemo makanya...
@ FATAMORGANA : itu tindakan nyata yang patut di dukung...
@ boyin : betul mas...
@ Jokky Whylantoro : wah dilarang ngeblog kali di kantor... wuehehe..
@ humor lucu : dan kesombongan sudah jadi hal lumrah juga mas...
@ ipiet : kalo spesifikasi sih boleh-aja...
@ Lyla : hore bisa nyambung...
@ ajeng : bingung juga saya...
@ tengkuputeh : bahasa melayunya apa yah, ini kan bahasa advokasi untuk pembelaan, bukan untuk menunjukkan yang sudah ada...
comment paling bontot juga gapapa...:
BalasHapusnyatanya, difable juga mulai bermunculan di blogosphere..., aku agak lupa, tapi pernah dimuat di suara merdeka januari 2008; blogger tunanetra,
ketika pembawa pesan ditentang lalu kepada siapa kita bertanya...sesungguhnya ketika ada orang yang akan menegakkan kebenaran terkadang buat orang lain mereka adalah penghancur kebiasaan yang ada....Hanya Tuhan yang tahu
BalasHapuslink disaya dah ON
Waduh...saya telat nih, kopinya udah habis. Tapi, ga apa2lah sepanjang masih bisa ngebul.
BalasHapusGus Dur itu memang orang yang tidak normal, bahkan sangat tidak normal. Ia punya pikiran yang tidak normal, tidak seperti manusia Indonesia pada umumnya. Ia juga punya sikap dan pendirian yang tidak normal. Keluasan pengetahuannya adalah yang membedakan dengan manusia normal lainnya di negeri ini.
Namun, ia tidak pernah minta dikasihani atas ketidaknormalannya itu. Bahkan, ketidaknormalannya itu adalah kesempurnaan yang tidak dimiliki orang lain. Banyak orang normal lainnya yang justru minta pertolongan dan bantuan darinya. Dan, ia tidak pernah minta balasan.
Artikel yang bagus sekali... iya banyak juga kok Difabel yang ada di blogosphere....
BalasHapusaku tadi nulis thirik2 kok nggak nongol komentare ya??
BalasHapus@ munawar am : ya om, udah mulai banyak temen-teman yang ngebloging juga...
BalasHapus@ omiyan : iya e mas...
@ Ullyanov : ndak terbantahkan deh,... kopi tak susulkan yah...
@ idotkontji : mereka lumayan diuntungkan dengan tehnologi ...
@ Andy MSE : wah mas, kadang gitu koneksi sekarang, ... aku juga heran...
sebuah pencerahan, terimakasih....
BalasHapussaya penasaran dengan kata difable mas..ternyata terjawab setelah membaca postinganya. Memang kebanyakan mereka mempunyai bakat yang tidak dimiliki oleh orang normal, mungkin karena ke-extraordinary-annya itulah yang membuat mereka semakin mencari talent2 yang tersembunyi.
BalasHapusnice post..
saya penasaran dengan kata difable mas..ternyata terjawab setelah membaca postinganya. Memang kebanyakan mereka mempunyai bakat yang tidak dimiliki oleh orang normal, mungkin karena ke-extraordinary-annya itulah yang membuat mereka semakin mencari talent2 yang tersembunyi.
BalasHapusnice post..
@ SariRAPET : semoga berguna mas, tengkyu...
BalasHapus@ mama hilda: semoga yang namanya "individual differences" dapat membuka berkah lebih banyak lagi... ya to mbak...
disini aja ah..
BalasHapussobat, klo bikin yg bawah itu gmn ya..yg kangen update itu.
thanks
-salam persaHabatan-
Yup !
yang aku tau, seseorang yang memiliki kekurangan disatu sisi, pasti punya kelebihan disisi yang lain. Tuhan itu adil
BalasHapuswalahhhh... antrian ke jauh banget...[hiks hiks]
BalasHapussenoaji
tapi kalo untuk jadi president, aku setuju ah..harus yg komplit, pintar dan jujur. profesional image harus juga dipertimbangkan. kalo president lho...
BalasHapusIntinya pada perjuang ya
BalasHapusToh pada akhirnya kita yang sering merasa "kasihan" sama mereka yang difabel justru malah terbalik. Mereka bisa melakukan hal2 yang secara nalar impossible. Sudah sangat banyak contohnya.
BalasHapusDalam setiap pemilu, setiap kadidat akan mengincar "difabel" dari kandidat lain untuk menjatuhkan. =(
Waduh..ninggalin koment kok ngasi pekerjaan..Turki..:(
BalasHapusAllah tak pernah menciptakan dengan sia-sia, semua dengan tujuan maksud tertentu.
BalasHapusBila kita yang telah dikaruniai nikmat sehat dan lengkap jasmani ini memandang remeh terhadap para diff able people ini, celakalah diri kita. Ingat Allah dapat menghinakan diri kita ini melebihi itu semua dengan mudahnya dalam sekejab mata.
Salam kenal!
BalasHapushalah wis kepala tujuh...
BalasHapussetuju, perasaan seperti dikasihani emang sangat tidak mengenakkan kang...
yang paling enak tuh diakui eksistensinya, diakui kebolehannya, dihormati, dicintai, dikagumi, dipuja-puja... (wooo, suwe-suwe malah ngajari narsis...)
Dan emang seharusnya mereka berbaur bebas dengan sesama manusia, lha wong podo menungsane kok...
manusia2 difabel dg kemampuan berbeda akibat cacat fisik sesungguhnya banyak sekali, mas surya. sayang sekali, perlakuan diskriminatif di sebuah negeri yang masih terpukau oleh hal2 yang bersifat lahirian seringkali menutup mata batin kita sehingga tak sanggup melihat kelebihan2 manusia difabel itu.
BalasHapusPasti ada rahasia besar oleh Yang Maha Kuasa ...kenapa setiap ciptaan berbeda-beda.
BalasHapusDifable adalah bukan siapa2.., bukan mahkluk dari planet.. bukan juga barang tontonan..yg mengundang rasa trenyuh... Mereka adalah insan utuh yang mengantongi hak sama dengan yg lain.. mereka adalah KITA-KITA juga...
Waktu saya blogwalking pernah saya lihat gadis kecil tanpa kaki dan tangan sebelah..tapi sangat pandai berenang dan menyelam sunggu membuat saya salut kuar biasa....
BalasHapussaya yang normal aja tidak bisa berenang dan menyelam
kuasa Allah tak terkira batasnya
dibalik kekurangan ada kelebihan,..!!
BalasHapusemang bener kang di tranlate mana aja difabel jarang ada ntuh, ada apa yah...kayaknya lagi rame nih
BalasHapusintinya apapun yang terjadi adalah kehendak Allah SWT....manusia cuman bisa berusaha dan berdoa, bukankah begitu?
BalasHapuswah saya kok ya telat banget komenk disini...
BalasHapuskomentar PERTAMAXXXXX dari 80...wkwkwkkwk
ngibrit ngacirrrrr...
@ awan_clickerz : follow di dasbord, widget bloglist, add url atau add yang di follow...
BalasHapus@ wewarna : insyaallah, jika insan tersebut juga menerima dan menyadarinya...
@ Senoaji : wekeke.. crots...
@ mercuryfalling : asal bukan alasan untuk menjegal saja ... kikiki...
@ Ersis Warmansyah Abbas : iya pak EWA...
@ Seno 002 : iya juga ya...
@ mama hilda : haus pengetahuan saya mbak... (berharap kecipratan)
@ deden : jadi sangat dalam ya mas...
@ Download Web Template : slamat datang sobat...
@ grubik : setuju mas...
@ sawali tuhusetya : kaadang bikin gemes ya pak sawali...
@ pingin ngeblog : sangat inspiratif dan membuka mata saya juga mas...
@ Baka Kelana : sungguh kelengkapan dunia, dan cermin bathin juga mas...
@ Brigadista : kelemahan kadang adalah kekuatan juga ya...
@ harry seenthing : memang sebuah istilah yang belum umum juga mas...
@ Rosa : iya betapa kita juga sangat kecil dan lemah di hadapanNya...
@ bloggeraddicter : sudah tak kejar tadi mas,... wah jauh juga.. kekekeke...
jd inget ma dewa, seorang anak yg berusia 5 tahun, memiliki cacat tubuh, tapi mampu memahami bbrp bahasa asing dan sudah mampu menulis sebuah buku yang berjudul "suara hati dewa"!
BalasHapusGreat Blog..!!!! Keep Blogging.... : )
BalasHapusSangat berkesan namun jika disamakan dengan orang2 sekaran, tidak segampang itu...
BalasHapus