Subsidi rakyat langsung

Mencermati efisiensi, hal yang disaat yang akan datang akan menjadi bom waktu di Indonesia. Banyak sekali jabatan dan lembaga pemerintah yang seharusnya bisa disinergikan atau dimerjerkan karena kesamaan kerja dan bidang yang sama. Akan dicermati dan akan dirampingkan mengingat kebutuhan dana negara yang semakin lama semakin banyak sementara efisiensi kerja dan sinergi masih belum diperhatikan.

Hutang yang semakin melambung, sementara pendapatan negara banyak terpangkas untuk hal-hal yang tidak begitu produktif seperti pilkada, survei-survei, dan banyaknya PNS yang kerjanya juga hanya pelayanan, bukan di sektor produksi penghasil uang. Menjadi momok bagi pemerintah karena seiring dengan krisis finansial global yang kedepannya tidak akan lebih baik namun akan memburuk karena aktor-aktornya yang tidak bisa diprediksi, melibatkan banyak kepentingan dan tidak ada yang mau rugi. Akan berbenturan dengan permasalahan sosial baik di negara kaya ataupun miskin, yang memberi hutang pastilah akan menagihnya demi memberi makan warganya yang sudah sejak dahulu menikmati riba dari bunga investasinya, yang tidak lain hanyalah piutang belaka.

Kertas yang namanya uang itu akan semakin dicari, sementara pekerjaan dan jalan untuk mendapatkannya semakin sulit. Negara yang selalu membela yang kaya atau manufaktur dengan dalih kenegaraan atau kepentingan rakyat banyak, yang selama ini menjadi kedok utnuk melakukan korupsi seharusnyalah praktek seperti ini dihentikan segera, karena akan menuai badai yang lebih dahsyat nantinya pada permasalahan ekonomi dan sosial yang lebih pelik nantinya, belum lagi masalah keamanan dan kriminalitas yang pasti mengikuti bagaikan maut yang mengikuti setiap insan yang lahir ke dunia ini.

Akan lebih baik dan menguntungkan bagi negra jika nantinya ada 'bail out' atau semacam suntikan keuangan kepada bank atau perusahaan besar yang akan rugi dihindari, biarkanlah bank dan perusahaan besar itu ambruk karena kesalahannya sendiri, karena itu adalah seleksi alam, tidak usah diselamatkan, dan alangkah lebih baiknya jika uang itu langsung diberikan ke sektor riil di masyarakat agar bisa bertahan dan mengembangkan perekonomiannya, tidak ada ruginya negara memiliki rakyat yang bisa mandiri, karena toh berapa besar pajak yang diterima negara saat ini, dan berapa orang yang tahu-tahu kaya hanya karena menjadi penarik pajak atau konsultan keuangan yang pada saat ini pecah ndase karena ilmu ekonomi yang dipelajarinya itu dipraktekkan secara tidak benar.

Maka berikanlah subsidi langsung kepada rakyat, bukan ke perusahaan atau komoditi seperti minyak murah, bbm, air, pupuk dan lain sebagainya yang melalui perusahaan besar, kemudian distributor, terus pengecer. Karena merekalah sebenarnya lingkaran setan ketidak jelasan dan korupsi. Seperti yang terjadi saat ini ketika BBM harus turun, sementara Pertamina yang sejak dulu gak jelas itu, katanya rugi tapi iklannya di televisi terus-terusan, padahal minyak itu kan gak usah diiklankan kita pasti beli. Pupuk bersubsidi yang malah hilang dari peredaran sementara petani karena butuh ya harus mengalah meskipun pasti harganya tidak seperti yang dicanangkan pemerintah yang mungkin maksudnya baik dan positif.

Jika pemerintah paham akan hal ini maka niscaya kepercayaan masyarakat yang sudah karatan ini, akan tumbuh kembali dan mendukung terciptanya iklim ekonomi yang lebih cerah, karena jika tidak memiliki rakyat maka negara itu tidak memiliki apa-apa lagi. Camkan.

Komentar

  1. Ya benersekali, rakyat kecil semakin susah sedangkan yang di atas makin gila gak mau peduli. harusnya rakyat kecil yang lansung disubsidi

    BalasHapus
  2. lihat antrian ditipi tentang ramenya antrian daging kurban...walah...walah..

    BalasHapus
  3. Hanya berharap, smoga pemilu 2009 membawa Indonesia ke arah kesejahteraan dan kedamaian. Thanks.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

asyura

Tattoo

tes otak, apakah masih logis atau tidak :-)

Gunung Raung

Selaput dara dan gangguannya

Permintaan Maaf yang tak akan diterima

Kumpulan Artikel Tentang ASI

larut