Teror
Aksi terorisme terjadi.... kabooom.., kemudian kutukan terhadap tindakan itu pasti bermunculan dari siapapun. Namun tidak lama kemudian, aksi serupa berulang kembali. Setali tiga uang, perang terhadap kejahatan kemanusiaan diserukan dengan lantangnya oleh berbagai lembaga dan negara di dunia, namun kehidupan saat ini sudah selalu dibayang-bayangi oleh aksi-aksi teror yang sama sekali tidak ramah lingkungan dan user friendly (wakaka..).
Sebagai sebuah perbuatan biadab, kita tentu memiliki kewajiban moral untuk mengutuk perbuatan onar yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan universal dan substansi ajaran-ajaran keagamaan . Namun kutukan dan pelaknatan saja tentu tidak cukup. Juga aksi-aksi frontal melawan gerakan ini jelas tidak pernah cukup, sebab teror bukanlah sebuah virus atau binatang, - seperti dalam pelajaran biologi saja, banyak tikus maka harus melepas ular di sawah-, bukan seperti itu seharusnya namun harus dikaji lebih dalam lagi secara holistik, adil dan obyektif, sebab ini melibatan manusia dengan manusia, bukan manusia dengan binatang atau virus penyakit.
Entah sengaja atau tidak, ereksi emosi dan kecurigaan kita diarahkan kepada fundamentalisme-fundamentalisme keagamaan, kesejarahan atau kedaerahan, tanpa peduli dengan apa yang pernah kita ucapkan, lakukan dan sangkakan. Hal ini semakin menjadikan penyelesaian masalah teror ini berkepanjangan dan tidak akan pernah selesai sebagaimana harapan dari otak konspirasi terorisme dunia. Serta semakin terjebak dalam apriori penyederhanaan persoalan dan segala macam fundamentalisme sebagai biang keroknya.
Mengutip dari Abd. A'la bahwa sekarang ini, pengembangan agama sebagai ideologi muncul bersamaan dengan dampak-dampak negatif yang dibawa kultur modernitas. Armstrong melalui The Battle for God: Fundamentalism in Judaism, Christianity, and Islam (2000) menjelaskan dengan telak bahwa selain memberikan kemudahan, memperluas cakrawala, dan "memberdayakan" umat manusia, kultur modern juga sering menekan harga diri umat manusia.
Pada saat yang sama, pandangan manusia yang serba rasional yang menjadikan diri mereka sebagai tolok ukur segalanya dan telah membebaskan mereka dari ketergantungan kepada Tuhan mengantarkan mereka ke dalam kerentanan moral, serta kelemahan martabat diri mereka. Dalam kondisi seperti itu, akal (modernitas) terkadang (bahkan sering) menjadi demonik dan melakukan kejahatan sebesar atau bahkan lebih besar dari kejahatan yang dilakukan kaum fundamentalis. Keangkuhan sebagian negara Barat dan sepak terjang mereka yang sering melanggar hak asasi manusia di Dunia Kedua dan Dunia Ketiga tanpa sedikit pun merasa bersalah merupakan salah satu bukti konkret dari kejahatan para pembela kultur modernitas itu.
Gerakan ekstremisme ini senyatanya nyaris terdapat pada semua agama yang saat ini hidup di dunia modern. Sebagai secuil contoh, dalam agama Yahudi terdapat kelompok Ortodoks yang dipimpin Gordon yang menekankan perlawanan terhadap modernitas. Untuk itu, kelompok ini harus "bekerja keras" dalam kehidupan dunia, di mana tempatnya hanyalah Palestina. Daerah itu dalam anggapan mereka hanya milik kaum Yahudi, dan kaum atau komunitas lain tidak boleh menduduki tempat itu. Dalam dunia Kristiani, hal seperti itu dapat dilihat dari khotbah Dwight Moody dari kelompok Konservatif yang menyatakan bahwa Kristus akan datang dengan pakaian berlumuran darah dan akan menumpahkan darah umat manusia. Sejarah Islam juga mengenal adanya kelompok-kelompok radikal semacam itu.
Tidak mengecilkan permasalahan itu bahwa negara sampai saat ini masih menteror kita dengan permasalahan-permasalah yang aneh, seperti pendataan agama dalam kartu tanda penduduk, jenis kelamin (harusnya digambar saja), status perkawinan, gurita perpajakan, dan regulasi-regulasinya yang terkesan tidak saling berpagut-pagutan yang menghasilkan efek kenikmatan bagi rakyatnya. Belum lagi goyangan dalam bidang pendidikan, telekomunikasi, transportasi dan lain sebagainya, bahkan yang saat ini sedang hangat adalah mengapa Negara kepulauan ini tidak pernah belajar berenang dan kapal-kapalnya terus menerus tenggelam.
gambar courtessy of Mexican Movement
Sebagai sebuah perbuatan biadab, kita tentu memiliki kewajiban moral untuk mengutuk perbuatan onar yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan universal dan substansi ajaran-ajaran keagamaan . Namun kutukan dan pelaknatan saja tentu tidak cukup. Juga aksi-aksi frontal melawan gerakan ini jelas tidak pernah cukup, sebab teror bukanlah sebuah virus atau binatang, - seperti dalam pelajaran biologi saja, banyak tikus maka harus melepas ular di sawah-, bukan seperti itu seharusnya namun harus dikaji lebih dalam lagi secara holistik, adil dan obyektif, sebab ini melibatan manusia dengan manusia, bukan manusia dengan binatang atau virus penyakit.
Entah sengaja atau tidak, ereksi emosi dan kecurigaan kita diarahkan kepada fundamentalisme-fundamentalisme keagamaan, kesejarahan atau kedaerahan, tanpa peduli dengan apa yang pernah kita ucapkan, lakukan dan sangkakan. Hal ini semakin menjadikan penyelesaian masalah teror ini berkepanjangan dan tidak akan pernah selesai sebagaimana harapan dari otak konspirasi terorisme dunia. Serta semakin terjebak dalam apriori penyederhanaan persoalan dan segala macam fundamentalisme sebagai biang keroknya.
Mengutip dari Abd. A'la bahwa sekarang ini, pengembangan agama sebagai ideologi muncul bersamaan dengan dampak-dampak negatif yang dibawa kultur modernitas. Armstrong melalui The Battle for God: Fundamentalism in Judaism, Christianity, and Islam (2000) menjelaskan dengan telak bahwa selain memberikan kemudahan, memperluas cakrawala, dan "memberdayakan" umat manusia, kultur modern juga sering menekan harga diri umat manusia.
Pada saat yang sama, pandangan manusia yang serba rasional yang menjadikan diri mereka sebagai tolok ukur segalanya dan telah membebaskan mereka dari ketergantungan kepada Tuhan mengantarkan mereka ke dalam kerentanan moral, serta kelemahan martabat diri mereka. Dalam kondisi seperti itu, akal (modernitas) terkadang (bahkan sering) menjadi demonik dan melakukan kejahatan sebesar atau bahkan lebih besar dari kejahatan yang dilakukan kaum fundamentalis. Keangkuhan sebagian negara Barat dan sepak terjang mereka yang sering melanggar hak asasi manusia di Dunia Kedua dan Dunia Ketiga tanpa sedikit pun merasa bersalah merupakan salah satu bukti konkret dari kejahatan para pembela kultur modernitas itu.
Gerakan ekstremisme ini senyatanya nyaris terdapat pada semua agama yang saat ini hidup di dunia modern. Sebagai secuil contoh, dalam agama Yahudi terdapat kelompok Ortodoks yang dipimpin Gordon yang menekankan perlawanan terhadap modernitas. Untuk itu, kelompok ini harus "bekerja keras" dalam kehidupan dunia, di mana tempatnya hanyalah Palestina. Daerah itu dalam anggapan mereka hanya milik kaum Yahudi, dan kaum atau komunitas lain tidak boleh menduduki tempat itu. Dalam dunia Kristiani, hal seperti itu dapat dilihat dari khotbah Dwight Moody dari kelompok Konservatif yang menyatakan bahwa Kristus akan datang dengan pakaian berlumuran darah dan akan menumpahkan darah umat manusia. Sejarah Islam juga mengenal adanya kelompok-kelompok radikal semacam itu.
Tidak mengecilkan permasalahan itu bahwa negara sampai saat ini masih menteror kita dengan permasalahan-permasalah yang aneh, seperti pendataan agama dalam kartu tanda penduduk, jenis kelamin (harusnya digambar saja), status perkawinan, gurita perpajakan, dan regulasi-regulasinya yang terkesan tidak saling berpagut-pagutan yang menghasilkan efek kenikmatan bagi rakyatnya. Belum lagi goyangan dalam bidang pendidikan, telekomunikasi, transportasi dan lain sebagainya, bahkan yang saat ini sedang hangat adalah mengapa Negara kepulauan ini tidak pernah belajar berenang dan kapal-kapalnya terus menerus tenggelam.
gambar courtessy of Mexican Movement
Kutipan:
BalasHapusmengapa Negara kepulauan ini tidak pernah belajar berenang dan kapal-kapalnya terus menerus tenggelam.
Hahahhaaaaa..... Ya tanyakanlah kepada rumput yang bergoyang, mungkin mas, kita seharusnya menjadi putra dan putri duyung, maka akan lebih mudah urusan transportasi antar pulau, masalahnya bagian tengah akan kosong melompong, tapi mengingat daratan kita luas wilayahnya (mungkin) lebih kecil dari lautan, menjadi putera dan puteri duyung mungkin jauh lebih menguntungkan, wakakakaaaa.... (^^,)
titel box komenya kangen nih,he..he..baca postingan dulu ya?mumpung pertama..
BalasHapusye..ternyata ada mbak G tho?hi..hi..didahuluin nih..
BalasHapus@ Kristina Dian Safitry : mbak -G- lincah sekali ya..
BalasHapus@ -G-: wuahaaha... memang satir beneran deh...
wah saya yang kebagian yang kelima saja he..h.e..
BalasHapusyup, apapun alasannya tindakan teroris yang mengorbankan orang2 yang tak berdosa adalah tindakan yang sangat tak terpuji.
wah kebagian roti yang keenam nih....
BalasHapuskalo untuk masalah teroris ....susah nih kadang aku gag tau nih apa yang mereka cari sih
teroris buat gue sebenarnya banci gimana bukan banci,mereka menghilangkan nyawa orang tapi ga mau bertanggung jawab malah berdalih melawan kemaksiatan lah wong mereka sendiri masih maksiat ko
BalasHapusbaca sampai ujung saya juga mau ngopas yang sama kaya mba g,
BalasHapus"bahkan yang saat ini sedang hangat adalah mengapa Negara kepulauan ini tidak pernah belajar berenang dan kapal-kapalnya terus menerus tenggelam."
(mungkin karena insannya, mas bantu aku jadi insan yang baiiik, yang baik saat berenang, yang baik membuat,menahkodai, dan memperbaiki kapal-kapal ini biar gak tenggelam saling bertubrukan dan gak karuan)
mas balesan komennya minta mas suryaden bagi bagi ilmunya dong tentang yang saya dan mba G kopas, makasih.
Ck...ck..ck...
BalasHapusLuarbiasa ulasan dan pandangan saudara Suryaden
Pada intinya Teror...Teroris adalah proyek dari segentir Tokoh atau oknum pimpinan dari suatu organisasi maupun negara yang berdiri dibelakang layar ...untuk kepentingan pribadi,organisasi maupun negara demi tercapai tujuan yang tamak dan serakah dengan memamfaatkan situasi dan kondisi yang sedang berlangsung ...dengan memamfaatkan segelintir orang yang bisa dimamfaatkan
Demikian juga dengan Agresor/Invsi besar2an Israel terhadap palestina...
karena adanya Amerika dibelakang atau dibalik layar,Israel berani...
karena adanya Amerika dibelakang Israel..negara-negara Arab tidak berani secara terang-terangan membantu palestina walaupu sesama bangsa muslim..sekarang negara2 Arab lebih takut kepada Amerika daripada takut kepada Tuhan
KUTIPAN..
"negara sampai saat ini masih menteror kita dengan permasalahan-permasalah yang aneh"
Kalau masalah AGAMA.. masih bisa dimaklumi
Jenis kelamin ..mungkin kurang kerjaan atau kurang ide seperti kata saudara Suryaden(SAYA SANGAT SETUJU)..sudah jelas sudah ada photo di KTP...buat apa menempat kata jenis kelamin di KTP..?..
Status perkawinan...kalau inimasih bisa dimaklumi...untuk menghindari hal2 yg negatif(tau ach gelap..)
Gurita perpajakan....KAN SUDAH ADA NPWP
Conratulations....
wawasan yang sangat mendalam
kalau ngomongin tentang teroris, negara dan sejenisnya wahhh..memang susah ya...karena teroris disangkut pautkan sama agama..sedangkan agama apapun pada dasarnya mengajarkan kebaikan..hanya manusianyalah yang menyelewengkan...
BalasHapusnegara juga..kita tidak mungkin memberikan tugas merubah negara ini menjadi lebih baik hanya kepada seorang pemimpin negara yg notabene manusia biasa...sementara kalaupun pemimpinnya baik..bawahannya yg kurang ajar..wahhh...memang harus ada kerjasama antara semua pihak..nah itu yg susahhhh..
wahh bang..maaf ..nyambung ngga yahh...kok komentku jadi kemana-mana??
maaf..maaf...*sambil ngumpet* he..he..
Rasionalitas telah mengantarkan manusia pada kemajuan, termasuk di antaranya kemajuan moral. Moralitas telah berkembang sedemikian rupa sehingga manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Jika ada rasionalitas yang tidak mendukung moralitas, maka dia sejatinya tidaklah rasional. Dia adalah rasionalitas yang sempit. Ingat kata Socrates, ilmu pengetahuan akan mengantarkan manusia pada kebijaksanaan. Artinya, jika ada orang yang tidak bijaksana, maka dia tidaklah berpengetahuan. Tidak berpengetahuan berarti tidak rasional. Tidak sedikit moralitas yang mengatasnamakan agama (bukan rasionalitas/ajaran agamanya) atau Tuhan itu justru tidaklah bermoral. Ia terkadang jauh untuk disebut sesuatu yang rasional.
BalasHapusSssrrttt..sssrrttt..sssrrtt...wah kopinya udah habis ni, Bang. Tambah lagi dong.
wah, kayaknya ada yg berubah ya, den Surya.
BalasHapusspeak softly...selembut apa nih? selembut sutra atau tahu cina?
btw, gurita perpajakan tuh kayak apa ya?
klo pager rumah kita yang baru dicat ditempelin foto2 n sticker????????
BalasHapusbagus banget analisanya;
BalasHapusFans berat Karen Amstrong yaaahhh?
Pada saat yang sama, pandangan manusia yang serba rasional yang menjadikan diri mereka sebagai tolok ukur segalanya dan telah membebaskan mereka dari ketergantungan kepada Tuhan mengantarkan mereka ke dalam kerentanan moral, serta kelemahan martabat diri mereka.
BalasHapus--------------------------------------------------
saya memilih kembali ke Tuhan Mas...
agaknya sentimen2 primordialisme itu akan terus ada sepanjang sejarah peradaban umat manusia, mas surya. benteng tertangguh utk menghadai situasi semacam itu adalah pendidikan yang mencerahkan dan mencerdaskan. jangan sampai anak2 masa depan sebuah negeri diracuni sentimen2 semacam itu. makin repot!
BalasHapus@ Seno : ya gimana caranya menghormati nyawa orang lain, tapi tujuannya didapatkan, meskipun esensinya kan sudah cukup ya...
BalasHapus@ Hari seenthings: tujuannya jelas, cuman nggak konsisten aja dia sama tujuanya...
@ awie : itulah, apakah mereka itu yang punya tujuan atau hanya alat saja..
@ dnahdiar: kebijakan dalam kelautan dan transportasi tidak diseriusi dengan baik, bahkan kasus korupsi tentang itu sangat memalukan sekali. Maritim seharusnya menjadi matapelajaran wajib di negeri ini, selain agraria yang terlupakan, dari kedua hal itu saja sudah menjaga kekayaan alam kita, selain tambang dan lain sebagainya yang malah hanya beberapa universitas yang membuka pendidikan ke sana...
@ Baka Kelana : weah.. maturnuwun sekali digamblangkan, gurita perpajakan adalah nilai-nilai barang kena pajak yang semakin naik sementara kita tidak kuasa untuk menjualnya, itu salah satunya mas...
BalasHapus@ atca : iya mba, seperti lingkaran setan ya..., sepertinya memang setingan negeri ini ada mising link-nya, jadi transform dari para pahlawan kita belum selesai, namun sudah terlanjur tancap gas...
@ Ullyanov : di tambah mas kopine..., wakaka..., memang rasional tanpa moralitas, seperti tahu satu tapi tdk tahu dua, sesuatu yang harus jadi satu saling menyeimbangkan, dan sesungguhnya hati dan logika bergabung baru terjadi yang namanya intlegensia sejati, dan rasionalitas bukan semata 1+1=2, lebih luas dan memukau diatas kenyataan yang ada, kata orang namanya kasunyatan.
@ fatamorgana : selingan mba fata, dimana-mana nantinya kita kena pajak, bahkan mungkin nanti kalo mau bersin kena pajak, lha mau sembuh dari sakit aja membayar pajak,... serasa menjadi jeruk yang diperas untuk dijadikan es jeruk...
@ Nyante Aza Lae : wah kalo sudah sampe segitu, nggak ngerti aku mas...
@ munawar am : hanya berusaha sharing aja mas...
@ Cebong Ipiet : itu salah satu maksud terselubung saya bong, ...wekeke, bahwa Gusti Allah mboten sare...
BalasHapus@ sawali tuhusetya : nggih pak, saya setuju dengan pendidikan yang mencerahkan dan memerdekakan, ngefans sekali ....
Dulur..., TEROR-nya itu teror asin, teror pindang opo teror ceplok ??? Hihihihihi...
BalasHapusJika tulisan ini ibarat lautan.. Maka tak perlu lagi garam untuk membuatnya makin asin.
BalasHapusSekedar melengkapi ada satu tulisan saya yang seiring dengan tulisan diatas. Ketka Agama Menjadi Alat Politik Tabik...
Kajian yang mendalam... pada umumnya, pemimpin mencerminkan masyarakat yang dipimpin. dan untuk mengatur negeri yang luas seperti indonesia gak mudah lho, satu kepala satu kemauan, setiap daerah punya pemimpin yang masing - masing punya aturan sendiri. memang ruwet mas.... memang aturan di negara kita masih sering menyengsarakan orang kecil... makanya Mas Suryaden jadi pemimpin yang baik ya....
BalasHapusYup... entah apa yang mreka pikirkan, merugikan banyak orang demi kepuasan pribadi ataupun kelompok.....
BalasHapusAda tiga istilah yang dapat dilahirkan dari judul di atas, yaitu istilah “teror”, “teroris” dan istilah “terorisme” itu sendiri. Secara tata bahasa, “teror” artinya adalah usaha menciptakan ketakutan, kengerian atau kekejaman oleh seseorang atau golongan. “teroris” adalah orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut. Sedangkan istilah “terorisme” itu sendiri mengandung arti penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai suatu tujuan.
BalasHapusInilah yang sesungguhnya sedang terjadi saat ini baik oleh perorangan, suatu kelompok dan bahkan oleh lembaga resmi, baik d luar negeri maupun di negara kita sendiri.
butuh beberapa generasi lagi..
BalasHapusdengan catatan generasi tersebut dididik dengan cara yang cerdas lahir batin..
tugas berat buat kulo panjenengan sami..
dan lapor kang, tugas dah tak garap
berat banget euyyyy :D
BalasHapussaya mau belajar belenang dan telbang dulu neh kang, tau calanya ndak? :D
"Aksi terorisme terjad.... aksi serupa berulang kembali.."
BalasHapussaya melihat disini dari "hukum" sebab dan akibat, akibat dan sebab....
(sambil garuk-garuk kepala)
"Keangkuhan sebagian negara Barat dan sepak terjang mereka yang sering melanggar hak asasi manusia di Dunia Kedua dan Dunia Ketiga tanpa sedikit pun merasa bersalah merupakan salah satu bukti konkret dari kejahatan para pembela kultur modernitas itu."
BalasHapusSeakan-akan apa yang mereka lakukan selalu paling benar..... walo harus tampil sebagai jagal sekalipun
Mata hati manusia sudah buta dan hati kecil lagi tidur :D
BalasHapusAgama dll...hanya alasan saja...hanya sebagai topeng...untuk menutupi kebusukan manusia itu sendiri.
*:mrgreen: lihat ulah manusia*
Selamat malam Mas! :D
Teror adalah perbuatan keji yang lebih kejam dari pada tidak meneror. Itu mah bukan jawaban....
BalasHapusTeror hampir sama dengan intimidasi tetapi tidak sama, ini mah juga bukan penjelasan
teror adalah ?Q?Q?GSG!E!
Teror dan Telor memiliki kemiripan....
BalasHapusTelor Busuk Bau
Teror Busuk Bau
pokoknya tukang telor busuk deh.... eh tukang teror maksud gw...
hahhahhahaa...*gak jls bgt nih gw....
wah wah wah makin mantab aja postingannya mas suryaden, maju terus mas.... basmi teroris...
BalasHapusagama manapun tidak membolehkan yang namanya terorisme, yang membunuh orang-orang tidak berdosa, anak2 kecil dan perempuan.
BalasHapusJadi orang yang melakukan terorisme itu beragama atau ngga ya??? Punya nurani ato ngga ya???
wallahualam bissawab....
keren nih artikelnya mas.. saya baca2 juga nih..
BalasHapusitu dia, kalau menginginkan sesuatu yang sebetulnya adalah milik orang lain. anak kecil aja bisa neror temennya kalau pingin mainan yang dimiliki temennya. hiya tooo. jadi mulai dari kecil ajarilah anak2 untuk menerima apa yang sudah jadi miliknya dan tidak boleh iri dengan apa yang dimiliki orang lain. peace dah
BalasHapusjenis kelamin (harusnya digambar saja)<<<<< SETUJUUUUUUUUU,
BalasHapusTulisan yang bagus Pak... kekacauan memang pasti selalu ada, karena disitu ada potensi 'keuntungan' yang bisa diraih oleh orang2 tak beradab baik.
BalasHapuseh aku perasaan wes komen dweh
BalasHapus*alibi asline cuman pgn nampang*
tak tunggu postingannya mas
hehehe teroris itu selalu ada dimana-mana yap om.emang susah kalo mau dibantai sampai keakar-akarnya.wah tugas besar untuk para penegak keadilan nih.
BalasHapuswedew..baca dari awal sampe akhir jadi bikin laperrr, jadi lupa mo komen apa yah??!
BalasHapuspokonya teror itu jauh,,jauh,,jauh lebih kejam daripada ngblog ma ngplurk huehehe *otak konslet mode on*tapi lebih enakan makan teror dadar isi tomat ma sosis, teror ceplok yummy *tepok jidat*
setiap agama mengajarkan kedamaian dan kebaikan jadi kalau ada yang melakukan sebuah kejahatan tapi mengatas namakan sebuat agama perlu dikaji ulang pasti pemahamannya salah mengartikan sebuah ajaran yang di berikan agama tersebut.
BalasHapuswus..mantap artikelnya
BalasHapusteror itu tidak hanya berasal dari teroris saja
semoga negara kita jauh dari peristiwa teror..
Hentikan terror dan pembajakan... huehehehehehe....
BalasHapusgood artikel...
BalasHapuskeep post boss...
waw, ulasannya mantabs Kang. ijin ngebookmark. mencerahkan banget soalnya
BalasHapuswah tulisannya slelau membikin ereksi dini pada pikiran ini.. mantep suhu..
BalasHapus@Jaloea: ehemmmm, saya sudah Edi Tansil (Ejakulasi Dini Tanpa Hasil) neh suhuuuu...
BalasHapuswkwkwkwk, ngacirrrrrrrrr...xixixi
teroris... adalah orang2 bermental tempe. menutupi kebenaran dan menganggap dirinya yang paling bener..
BalasHapusbaidewe eniwe makan some diatas baswe sama cewe-cewe.. tulisannya yahud banged dweeh!!
aku cuma mau tanya itu gambar apa ya? aku kok bingung liatnya apa krn aku ngantuk ya?
BalasHapusPerang yang tidak ada habisnya disana. Semuanya saling teror-meneror. Ada baiknya kalo damai saja.
BalasHapusGmn kabarnya mas Suryaden?
jenis kelamin digambar? wekekkekeke...seru juga tuh.. sampean yang gambar atau gmn mas?
BalasHapusmakasih atas jawaban komennya mas, 17ribuan pulau 2/3lautan dah jelas banget rejeki negeri kita.
BalasHapusNgeroda nih abang
BalasHapus@ itempoeti : wwah tulisanmu kae, kepedesen tenan aku.. ning apik, jujur masalahnya..
BalasHapus@ slam : wakaka.. pimpinan rumah tangga yang baik adalah cita-citaku mas..., ujian dulu mas... malah jalan-jalan di alam maya...
@ Deta Deswi Diatika : sangat jelas, kalo merka hanya alat kepentingan yang lebih besar..., kasihan...
@ abang : salut, betul sekali bang, di seluruh lini di negeri ini, sudah penuh dengan teror..., meskipun cuma pangan yang jadi golnya, atau karena menggunakan tangan orang lain, sementara otaknya tampil menjadi orang yang bijak...
@ grubik : iyo mas, tugas yang berat sekali... hiks..
@ gdenarayana: wuakaka... belenang bagus untuk kesehatan juga...
@ perlawanan hati : sudah ada korban, jadi meluas dan tambah gak jelas mas...
@ pingin ngeblog : super jahat sekali...
@ kweklina : malam juga ling, harus jaga kebersihan hati sendiri-sendiri...
@ SUPRIH dan ISTI : hidup maksimal mas...
@ Sang Penyamun : agak gosong... hahaha...
@ indra putu achyar : basmi... bukan goreng to... huahaha...
@ Penny : agama dan tuhan menjadi korban...
BalasHapus@ Yusa : makasih mas...
@ ami : betul juga mbak...
@ Else : ini bukan pronografi... tapi data diri... wakaka...
@ Bill : mungkin ini juga strategi marketing ttt juga..
@ Cebong Ipiet : oke..oke... br ruwet kerjaan...
@ ipanks : harus dialog aja, petugas keamanan itu senang kalo ada keramaian, bisa mejeng...
@ namaku wendy : terorejring juga enak...
@ lintang : iya, sesat menyesatkan... sesat semua deh...
@ annosmile : wah, justru disini gudang mas...
@ indra putu achyar : setubuh deh...
@ ' Li ' : makasih, biar tidak mubazir harus di share...
@ gus : feel free mas, blogmu juga udah dulu-dulu ku bookmark hehehe...
@ jaloee : semoga ereksi yang bermanfaat mas.. haha..
BalasHapus@ gdenarayana : wkwkwaakaka.. tak kira meditansil je mas...
@ BrenciA KerenS : sekeren yang maein ke sini...
@ Lyla : gambar bumi dirantai mbak lyla...
@ MU Fans : main bola aja, tapi suporter ya sesuai perannya aja ya dik... kekeke...
@ antown : sesuai kemampuan sendiri aja ... kakaka...
@ dnahdiar : aku nonpartisan loh mas... asli...
@ abang : makasih bang, aku juga sering nyambangi rumahmu, cuman contek sana sini situ.. hihihi... malu jadinya...
teror, apa pun bentuknya, mesti dijadikan sbg "public enemy". selamanya, kemerdekaan sulit terwujud ketika teror dan asesorisnya masih bercokol di mana pun.
BalasHapussaat ini teror yang ada ditempatku ya....banjiirr!!!
BalasHapus