Friday, January 16, 2009

Perempuan

Di motori gerakan nasionalisme, Indonesia tumbuh dan berkembang sebagai reaksi terhadap ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang diciptakan tatanan kolonial Belanda. Namun dari pelajaran sejarah di sekolah dan buku-buku sejarah konvensional kita tidak pernah mendapat gambaran cukup jelas tentang apa sebenarnya penjajahan itu dan bagaimana Belanda mempertahankan kekuasaannya sedemikian lama. Hanya ditampilkan dalam wacana sejarah pada umumnya adalah orang Belanda jahat, penjajah bengis dan orang pribumi kemudian melawan dalam Perang Padri, Perang Jawa, atau Perang Aceh.

Kemudian urut-urutan klasik menuju Proklamasi Kemerdekaan: pendirian Budi Utomo, Sumpah Pemuda, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan, dan Proklamasi 17 Agustus 1945. Mungkin karena itulah tetralogi Buru karya Sang Begawan Pramoedya Ananta Toer menjadi jauh lebih populer sebagai sumber pengetahuan sejarah. Tetralogi memberikan pemandangan yang kaya dan bermakna tentang kehidupan sosial masyarakat tanah jajahan dan tumbuhnya rasa kebangsaan di kalangan kaum terjajah. Melalui tetralogi ini sejarah tampil sebagai riwayat, bukan sekedar kronik membosankan tentang orang, tanggal, tempat dan kejadian.

Perempuan yang ditampilkan hanyalah Tjoet Nyak Dhien, Marta Christina Tiahahu, dan lebih celaka lagi adalah Ibu Fatmawati yang menjahit bendera pusaka, serta Ibu Kartini yang digambarkan memiliki hobi kirim-kiriman surat dengan Belanda (lagi). Hal ini masih diliputi warna dari kolonialisme itu sendiri yang sangat rasis, berdasarkan kelas dan seksis. Beruntung sedikit saat ini kita pernah memiliki presiden perempuan dan menteri-menteri perempuan yang cerdas, namun itu hanyalah dipermukaan saja dan karena gerakan-gerakan perempuan yang sudah mulai eksis, namun tetep saja masih diinjak dengan "kuota 30 persen".

Segitunya kaum laki-laki menindas perempuan yang telah berlangsung ribuan tahun bahkan sejarawan feminis Gerda Lerner mempelajari wilayah Mesopotamia, peradaban urban pertama di dunia yang berlangsung pada 3000 sebelum masehi, untuk memahami asal usul patriarki. Di wilayah itulah, yang sekarang menjadi Irak, negara-negara mulai berkembang. Negara didefinisikan oleh satu aparat permanen untuk mengumpulkan pajak dan melancarkan perang. Agar negara bertahan masyarakat harus ditata secara hirarkis. Lerner berpendapat bahwa salah satu unsur kunci dalam hirarki ini adalah keluarga patriarkal.

Setiap suami, yang disebut kepala keluarga, diharapkan memimpin keluarganya seperti sebuah negara dalam negara yang lebih besar. Hukum mengakui kewenangan suami atas keluarganya sendiri. Hukum juga membangun institusi untuk memastikan subordinasi seksual perempuan. Misalnya, Hukum Hammurabi (yang pertama kali ditulis pada 1750 SM) menentukan bahwa seksualitas istri adalah hak milik suami. Jadi, kalau istri melakukan perselingkuhan ia akan dihukum mati karena ia sudah melanggar hak eksklusif suami terhadap dirinya. Tetapi para suami bebas untuk melakukan hubungan-hubungan di luar nikah sesuka hatinya dengan perempuan yang belum menikah.

Nah loh, sejarah kita juga mencatat pemberangusan gerakan perempuan yang bergerak maju dengan bingkai "Penumpasan Komunis", yang di buat menjadi sangat ngeri dimana dikabarkan para cewek bahenol itu menyilet-nyilet kemaluan para petinggi militer yang menjadikan kemarahan yang sangat membabi buta dan meninggalkan kepedihan bangsa yang luar biasa.

Akankah kita menyadari betapa perempuan selalu menjadi korban dalam setiap pentas kekerasan, perebutan kekuasaan maupun di dalam rumah tangga. Akankah kemenangan-kemenangan gerakan perempuan saat ini dalam pengesahan UU KDRT, UU Kewarganegaraan dan kuota 30 persen akan berhadapan dengan gerakan fundamental keagamaan yang keblinger dalam bingkai "Kekuasaan laki-laki" yang selalu ereksi melihat perempuan sebagai ajang pertempuran dan pasti dapat dikalahkan.

85 comments:

  1. Kalo saja Tuhan tdk menciptakan wanita, mungkin kita tidak mengenal apa yang dinamakan CINTA ..

    Bener gak Sur? Hayo ngaku ...hue he

    ReplyDelete
  2. Halahh Seno jingkrak-jingkrak tuhh hue he he

    ReplyDelete
  3. @abang: lha sak kantor je mas abang, sak benwit

    ReplyDelete
  4. Perempuan menang kuantitas, tapi di pos2 penting belum banyak. Memang ada, tapi tak sebanding dengan komunitasnya...

    ReplyDelete
  5. mungkin karena wanita ingin dimengerti yah?

    ReplyDelete
  6. Mang perlu di perhatikan tuh, sejak zaman kerajaan dulu.. raja-raja kerajaan seenaknya menjadikan para Perawan sebai selir-selir mereka..

    *Penyamun jadi ga kebagian nih... wuehehehe..

    ReplyDelete
  7. @sang Penyamun : Bukankah sang penyamun dah ngumpulin banyak perawan di sarangnya? hue he he

    ReplyDelete
  8. @ Senoaji : halah ketahuan...
    @ abang : Cinta... oh cintaaaaa..., keagungan Tuhan ya bang...
    @ marsudiyanto: dan sebenarnya kualitasnya juga .. tidak perlu diragukan lagi...
    @ Muhammad Qori : mungkin, tapi bisa jadi kita yang salah mengartikannya...
    @ Sang Penyamun 160109 : wakakkaa..., cuman ngumpulin kata abang,... harus dilakukan dengan kebaikan sebagai landasannya..., mungkin juga karena faktor perbaikan keturunan...

    ReplyDelete
  9. iye2 hak2 perempuan memang harus di perjuangan.. namaun terkadang ada delema perbedaan persefsi bagi pejuang2 wanita itu sendiri.. ada yg berpaham sekulerisme-liberalisme murni, moderat dan konservatif...

    @ Nb :
    boss... bulet-nya masih ada karena ada yang salah dengan kodenya..
    coba lihat di css tag penutup list ini ada dua

    ul {
    margin:0px;
    padding:0px;
    list-style-type:none;
    }
    }

    seharusnya tag kode penutupnya satu seperti ini

    ul {
    margin:0px;
    padding:0px;
    list-style-type:none;
    }

    ReplyDelete
  10. Subordinasi perempuan atas laki-laki terjadi setelah manusia mengenal pembagian kerja. Selanjutnya, perempuan menjadi subordinat dalam ekonomi, ia tidak menguasai alat-alat produksi. Dalam EncyclopediaAmericana dijelaskan, pada masyarakat purba, perempuan justru menjadi "kepala keluarga." Ia memiliki tugas berburu binatang untuk makan. Tak hanya itu, peralatan berburu yang kemudian dikenal semacam kapak batu atau mata tombah batu, justru dibuat oleh perempuan. Itu petunjuk bahwa penguasaan atau pemilikan terhadap alat produksi menjadi sumber subordinasi perempuan. Di zaman sekarang pun dapat kita lihat bahwa seorang perempuan yang mandiri dalam ekonomi, biasanya lebih setara posisinya dengan laki-laki, atau setidaknya tidak menjadi obyek penindasan oleh laki-laki.

    ReplyDelete
  11. nah lu..kenapa pula kaum laki laki selalu ereksi.dan menjadikan kamu perempuan seperti zaman penjajahan tempo doloe. apakah kaum perempuan itu kamu yang indah tapi lemah?ataukah...? *hayo sapa mau urun saran*

    ReplyDelete
  12. Perempuan...ingin dimanja

    jadi perempuan lebih banyak terlena...lebih banyak menerima

    Tapi pada dasarnya perempuan lebih cerdik dari pria

    ReplyDelete
  13. menurutku sekarang terbengkalai dapat co ganteng kaya saya... PD amat... :D

    ReplyDelete
  14. "surga di telapak kaki ibu (perempuan), kenapa bukan di telapak kaki ayah (pria)"...

    ReplyDelete
  15. kadang cowa segarang apapun layu di hadapan perempuan kenapa yaaaaaa.....eh ada jurus jitu "MERUBAH TAKDIR "di sebelah...

    ReplyDelete
  16. wah..wahh
    bakalan rame nih kalo perempuan yang diomongin...
    tapi jangan salah lho...
    wanita dijajah pria sejak dulu..
    dijadikan perhiasan sangkar madu..tapi itu takkan berlangsung lama..
    karna pria bertekuk lutut disudut kerling wanita..
    he..he..itukan lagu ..

    ReplyDelete
  17. wahhh... bener kata mbak Atca. tp kalo ngomongin wanita gak bakalan ada habisnya deh... kalo menurut laki2, wanita adalah pribadi yang rumit, tp kalo laki2 kadang gak mau ngerti perasaan wanita...

    ReplyDelete
  18. ada banya ranah yang mengepung kesetaraan gender di negeri ini, mas surya. masih kuatnya mbudaya patriarki menjadi hambatan utama dalam trend gender mainstraim. mungkin butuh wajtu beberapa generasi utk mewujudkan kesetaraan itu.

    ReplyDelete
  19. sekarang pun masih kita lihat perempuan masih menjadi korban terbanayak di pentas klasik peperangan yang tak kunjung selesai.

    ReplyDelete
  20. perempuan bukan untuk dijajah, perempuan bukan pula untuk dinikmati, perempuan adalah anugrah Tuhan yang patut disyukuri, perempuan .....gak ada habisnya selama masih ada proses reproduksi....ha ha ngelantur....om

    ReplyDelete
  21. saya punya pertanyaan konyol, ada nggak perempuan yang memperkosa lelaki?

    ReplyDelete
  22. @ JALOE : wah ... makasih berat mas udah sukses nih mbenerinnya, langsong praktek deh...
    @ Ullyanov : benar mas, memang perempuan memiliki andil yang lebih sebenarnya..., tapi kenapa muncul perlawanan, malah diinjak-injak dan dilecehkan... aneh ya
    @ Kristina Dian Safitry : iya neih butuh saran juga..., sistem kolonialisme sampe yang neo masih nggak berubah juga....
    @ Baka Kelana : iya... dari konstruksi otak memang perempuan memiliki kelebihan dalam hal itu..., sebenare udah dari sononya...
    @ Dillah : wakakkaa.. bebas ae mas...
    @ perlawanan hati : berarti dilarang durhaka sama ibu to mas...
    @ Atca : sayang tunduknya kalo ada maunya... hihi..
    @ Lyla : laki-laki memang kepalanya keras,.... dua lagi... edan tenan...
    @ sawali tuhusetya : ditambah nggak adanya political will dari para pemangku kepentinganya juga mas...
    @ nirmana : betul mas, dan membuat semakin sedih dibuatnya...

    ReplyDelete
  23. weleh weleh weleh dah rame to ruang ini... nimbrung ahhh... mungkin role model penempatan teori gender mainstream banyak kita dapatkan. dan ternyata di Minangkabau konsep patriarki sedikit bergeser oleh tatanan budaya [Bundo Kanduang] mereka. menempatkan perempuan [Padusi] pada posisi sentral pembuat keputusan. Namun konsepsi agama melihat perempuan dari kacamata kodrati, memang bisa menjadi alat opositas dalam penentuan peran permpuan, apalgi kaitannya dengan sektor politik dan kekuasaan. kalo yang konsepsi itu modar aja kalo didebatkan. puanjaanggg dan lammaaaa. cretttt
    [kuwur2]

    ReplyDelete
  24. wuahahaha, tadi jam 8an dah onlen mo isi komen ini di warnet. emang apes billing abis..

    wueeeeh berat duaagh.. si akang.
    nge bahas masalah peree' (basa gaulnya perempuan). Tapi kurang ok dweh. untuk menghormati. keknya lebih tepatnya W A N I T A.

    wanita sosok idola kaum adam. gmn enga, kita di lahirkan oleh seorang ibu. yang tanpa pamrih mengandung kita slama kurang lebih 9 bulan.

    mengenai kedudukan wanita ini klo mao dibhas emang panjang, btul nyang sodara senoaji bilang.

    yang pasti kedudukan wanita skarang sudah sederajat. dan patut di hormati.

    aniwey off the record

    Nah loh, sejarah kita juga mencatat pemberangusan gerakan perempuan yang bergerak maju dengan bingkai "Penumpasan Komunis", yang di buat menjadi sangat ngeri dimana dikabarkan para cewek bahenol itu menyilet-nyilet kemaluan para petinggi militer yang menjadikan kemarahan yang sangat membabi buta dan meninggalkan kepedihan bangsa yang luar biasa.

    mantap kali sunatan jaman skarang.
    mao dong di sunat cewek bahenol
    sayangnya gw dah sunat...T_T wakakakkakaka

    ReplyDelete
  25. Wuuuiiiiikkk..., wis patlikur.. Aku ke selawe... Ora nyambangi sediluk wis ketinggalan adoh... tsk..., tsk...., tsk....

    Btw, hati-hati dengan sejarah kontemporer... Sejarawan sendiri sering bilang.., "Sejarah itu cerita para pemenang..."

    Soal Pram.., Arok Dedes dan Arus Balik juga memaparkan sejarah secara jenius. Arok Dedes of course tentang Ken Arok dan awal berdirinya Singasari. Arus Balik, bersetting cerita Demak di masa-masa awal...

    Ok banget pokoke...

    nb. Aku iki nang mburine Senoaji..., kok mambu entut yoooo.... Hihihihihi..... :o

    ReplyDelete
  26. enak jalan2 pagi nggak panas dan nggak macet hehee

    ReplyDelete
  27. wekzzz...muantep postnya kaleee ene ;)

    udah segitu aja...huehehehe

    ReplyDelete
  28. @fuda:melendung bulu ketekku mas fuda bawa namaku, nyipnyipnyipnyip... halo halo UGD [UNit Goyang Duyu], tolong pesen silet bahenol buat mas fuda.. iya yang bahenol.. bahenol... bukan paracetamol.. yeeee... siapa yang bilang maen ke mol... b a h e n o l...ooo udah bahesatu yak?? Gubrak. "Mengejar Fuda-fuda".
    @itempoeti:weh kowe to mas sing nemu entut ku nuwun yo... sik mengko tak jupuke dewe... rasah pok terke... huahahahahahah
    @suryaden:nunut tok, nuwun

    ReplyDelete
  29. halah nyang diatas ene kok iseng bangeutttt seh...wkwkwkwk...bikinin galian 2x2 aja...xixixi

    ehemmmm, bener neh kang dan sangat jujur dari hati klo saya ndak ereksi melihat jika perempuan bisa lebih maju dan berkembang...hehehe

    malah saya lebih senang dengan adanya kompetisi, yang penting menuju kearah yang lebih baik untuk bersama :D

    utk mslh RT, meskipun pandangan masih seperti itu jangan memukul rata semuanya karena ada juga kok suami yang tertindas karena istrinya...xixixi...seperti suami taku istri misalnya...wkwkwkwk

    mudah2an saya bisa mendapatkan wanita yang bisa diajak seneng dan susah juga, pokoke sama - sama lah biar uenak...wkwkwkwk,

    *kok jadi malah curhat*..xixixi

    ReplyDelete
  30. halah maksudnya nyang gdenarayana...wkwkwkwk, jadi salah orang...xixixi

    maaf buat kang senoaji...hehehe

    ReplyDelete
  31. @ gdenarayana: nggak apa-apa mas, feel free to comment, saya doakan deh dapet yang cocok, biar awet gitu, kan yang penting bisa bersodara dan sahabat sampai anaknya gede-gede..., dan dalam perjalannya kan juga saling belajar dan memberi satu sama lain... haha...

    ReplyDelete
  32. @senoaji : #Gubrak.... di umpanin silet bahenol hiahahaha

    EMMOOOOOHHH....

    Dok, tolong pasien dengan nick senoaji lepas...
    syalalala...

    ReplyDelete
  33. wanita di jajah pria karena suka ... eh salah ya pak :D maap maap :D

    ReplyDelete
  34. btw senang akhirnya bisa komen disni :D

    ReplyDelete
  35. halaaahhhh
    nggak ada yg salah kok kalo laki2 jadi berbagai "kepala" ituuuu....

    la kalo aq yang jadi kepala negara, kepala keluarga atau kepala blogger2 seIndonesia apa nggak kacau...

    ReplyDelete
  36. saya pribadi melihat perempuan sbg sosok yg 'lemah' sekaligus 'monster'.
    Pengalaman menguatkan sangkaan saya, karena sering saya tertipu oleh sikap feminimnya, tapi ternyata wanita adalah makhluk yg liar dan ganas jika kita beri peluang sedikit saja kebebasan, mmmmh...
    Berapa banyak kita liat pemimpin pria yg ternyata hanya bisa jadi kerbau bagi wanita pasangannya?
    Sorry cuma pendapat pribadi aja, pisss :)

    ReplyDelete
  37. Perempuan ooh Perempuan

    Aku begitu dekat dengan Perempuan ( Ibuku )

    Aku begitu jau dengan Perempuan ( Pendamping hidupku )

    Perempuan ooh perempuan

    ReplyDelete
  38. Perempuan ooh Perempuan

    Aku begitu dekat dengan Perempuan ( Ibuku )

    Aku begitu jauh dengan Perempuan ( Pendamping hidupku )

    Perempuan ooh perempuan


    Aku menganggumi Perempuan
    makhluk paling seksi ciptaan Tuhan

    ReplyDelete
  39. Gambar nya boleh dong di copy Bos

    bagus banget siluet nya...buat koleksi

    ReplyDelete
  40. wanita adalah tiang, dan kebahagiaannya dari tiang, dan aken menyukai tiang heheheh mantap euy....tulidannya

    ReplyDelete
  41. maaf baru bisa mampi, lagi uas nih
    btw keren nih postingannya, aku harus belajar dari blog ini ...

    you comment i follow

    ReplyDelete
  42. perempuan ingin di kasihi,lindungi dan di manja...

    ReplyDelete
  43. Inget wanita ingat ibu.

    Wanita adalah sosok yang sangat kuat. Bagaimana tidak kuat, menggendol kita selama 9 bulan lebih. Melahirkan, kemudian merawat dengan penuh kesabaran (ini juga kekuatan). Betapun beratnya pekerjaan pria, tak seberat pekerjaan wanita.

    Saya sangat setuju dengan penyetaraan gender (walaupun ada yang bilang gender tak bisa disetarakan :D). Yang penting tidak kebablasan. Saya juga sedih kalau melihat ada perempuan yang memamerkan auratnya. Walaupun ini adalah haknya (bener g sih). Ada yang bilang, "lho, itu aurat ya boleh2 saja dibuka, yang penting kan bagaimana laki-laki memandangnya." Yah, mungkin bagi sebagian orang yang memang sudah mempunyai kemampuan memandang dan menilai dengan "objektif", itu bukanlah masalah. Namun, apakah semua orang sudah mempunyai pemikiran seperti itu?

    Pokoknya setuju dengan penyetaraan gender dalam segala aspek deh, yang penting g kebablasan. Memang agak susah kata "bablas" itu batasannya apa. Saya juga bingung he..he...

    Yang jelas, saya sangat menghormati perempuan.

    ReplyDelete
  44. hidup perempuan!

    tks sudah membuat postingan ini.

    ReplyDelete
  45. Bagaimanapun, wanita adalah seorang ibu.. Itu yang paling utama...
    He2.., kurang lebih ada 7 buku Pram yg dah abis saya baca, 4 diantaranya tetralogi Buru..

    ReplyDelete
  46. hmmm...:) bagus mas ...sangad
    semoga konsep hak dan kesetaraan bukan jadi alasan perempuan meninggalkan kewajiban utamanya

    ReplyDelete
  47. ughhh... speechless abis baca tulisan garde lerner trus di trusin baca komen2 tamu... ck ck ck . . .

    ReplyDelete
  48. penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilam.
    huehehehe

    ReplyDelete
  49. Membaca sejarah lewat karya sang maestro Pram memang menyenangkan. Namun sayang, central kultur terlalu fokus pada Jawa. Mungkin karena sang penulis besar dalam kultur budaya jawa.

    Tentang wanita. Saya justru merasa kalu sekarang ini dunia sudah di dominasi wanita. Wanita berkuasa.

    ReplyDelete
  50. perempuan/wanita mang seharusnya ditaruh di tempat yang lebih tinggi sesuai kapasitasnya, kalau permasalahan gender di indonesia saya kira dah gak jadi masalah liat aja sampe pernah ada perempuan yang memimpin negeri ini n kalau contoh buruk perlakuan terhadap wanita ya pasti ada di indonesia yang 200juta lebih penduduknya. kalau menuntut lebih lagi? kalau setara sih gak papa coba kalau dibalik perempuan sekarang nempatin semua posisi laki2 wah bisa geleng kepala saya.

    tapi intinya posting mas suryaden merupakan 'pelajaran positif' bagi setiap laki2 yang rahman untuk lebih menghargai perempuan rahim kita.

    ReplyDelete
  51. @ SUPRIH dan ISTI : wakaka... cocok mas...
    @ antown : ada mas istilahe... nylumbat.. wakakka...
    @ fuda : salut bro.. idemu itu betul-betul... original... wauahhaa...*sampe nggak bisa tidur*
    @ mantan kyai : salam pak mantan, disini MUI dilarang masuk kok pak...
    @ elly.s : wuaduh bundaku ini,... kalo nggak ada perempuan ya para lelaki itu nggak bisa mikir... jangan merendah dong...
    @ belly wijaya : tapi pendapatmu mencerminkan banyak hal loh mas...

    ReplyDelete
  52. @ itempoeti : memang para sejarawan juga ada yang oposisi, tapi yang alternatif juga harus jalan kan mas...
    @ dede : ih pagi-pagi dingin loh..
    @ gdenarayana: dua orang itu sama-sama lucunya loh mas...
    @ Baka Kelana : silahkan mas, kagum ... ah tntusaja ya...
    @ Harry Seenthings : wekeke... salam juga mas..
    @ Ali Munandar : wah ... selesain dulu UASnya..., tapi untuk refreshing ngeblog halal juga...
    @ david :... keajaiban dunia juga...

    ReplyDelete
  53. @ seno: gender setara, yo memang karena isinya kan tugas-tugas sesuai takdir dan ukurannya mas...
    @ FATAMORGANA : hidup keseimbangan...
    @ grubik : weh... bacaanya ... tops...
    @ cebong ipiet : betul bong...
    @ G : kekeke...
    @ indra putu achyar : harus... setuju ..harus mas
    @ wahyu : iya mas, kalo nulis kan harus yang dikuasai, kalo enggak bisa ancur ... kan... hehehe
    @ dnahdiar :... dahsyat mas sampeyan...

    ReplyDelete
  54. mas suryaden, kalau berkenan monggo di pun waos http://wewarna.wordpress.com/2009/01/17/perempuan/. nuwun

    ReplyDelete
  55. mungkin yang membuat perempuan mempunyai kuota lebih kecil itu berdasarkan survei anak anak. saat masuk sekolah... jaman dulu selalu kaum perempuan mempunyai nilai rata rata lebih rendah dari laki laki berdasrkan hitungan global, sehingga persentase yang di buat jadi begitu hingga sekarang. meskipun ada kalanya seorang perempuan memiliki jiwa kepemimpinan yang dominan atau kecerdasan yang unggul , tapi itu satu diantara sekian.

    ReplyDelete
  56. oooo ngomongin perempuan ya??? klo gt ngomongin aq dunkz
    perempuan=aq=baik hati dan tdk sombong, ramah tamah, murah senyum dan gemar menabung.
    xixixi

    ReplyDelete
  57. Nyanyi aja ah...

    "wanita dijajah pria sejak dulu"

    heheee...

    ReplyDelete
  58. di negara maju sekalipun kesetaraan gender sampai sekarang masih terus diperjuangkan. sama saja dg di indonesia, perempuan2 karir seperti misalnya di AS masih juga merasakan diskriminasi soal gaji dan jabatan

    nah kalo di media (yg kebanyakan dikuasai oleh kaum maskulin) lain lagi. perempuan sering dianggap korban eksploitasi media sebab dianggap sex sales. yg agak mengherankan gak sedikit pula perempuan yg mau mengeksploitasi seksualitasnya demi uang dan popularitas...halah

    ReplyDelete
  59. itu hosting mas... tadi sore aku baru dapet sms dari mas enhal, promosiin web itu... kalo penasaran hubungi aja dia, itu kan nomornya udah ada... hiks...

    ReplyDelete
  60. dlm hampir semua undang2 negara - kecuali pd beberapa negara liberal di eropa - hukum memang blm memihak pd perempuan sama sekali.

    Tp ttg kesetaraan gender..wah, saya kira gak ada yg lebih mengerti hal itu daripada org Indonesia, buktinya saat bis atau kereta pramex penuh, tak banyak lagi lelaki yg sedia memberi tempat duduknya pd perempuan - kecuali ia hamil besar dan kepayahan, atau ia secantik Luna Maya :)

    ReplyDelete
  61. Walaupun autisku masih tersisa, saya mo nyambangi mas Suryaden di sini ah :giggle:

    Yg jelas, wanita itu tidak selemah yg seringkali menjadi anggapan umum kaum pria ^_^

    Wanita punya cita-cita, wanita juga pingin maju, wanita juga bisa membalas jika disakiti, dan banyak fakta lainnya hehe..

    Intinya sih, tolonglah pandang kami sebagai makhluk yg setara dengan para pria. Tapi jangan lantas meminta kami utk mengganti genteng bocor ya! Hwakaka.. ^:)^ (worship)

    ps: Kalo komen ini bisa masuk, artinya lapieku bener-bener da sembuh, amien..

    ReplyDelete
  62. benar om suryaden.....perempuan diciptakan Tuhan untuk dinikahi pria,.....

    ReplyDelete
  63. @senoaji:boso jowone keren lan kentel koyo susu cap nona,hue..he...

    @suryaden:ngapain ke tempat kang gus kok mangut mangut thok?

    ReplyDelete
  64. wah...asik bget nih komentnya bnyak nget... he..

    ReplyDelete
  65. Jika Tuhan menciptakan wanita untuk disakiti dan menghadirkan cinta untuk sebatas kenikmatan, maka bang andi akan memilih menjadi orang suci yang kesehariannya hanya memegang kitab dan menasehati orang.

    Tapi jika Tuhan menciptakan wanita untuk dimengerti dan dilindungi, serta menghadirkan cinta untuk diperjuangkan dan dipertahankan keberadaannya, maka bang andi tidak memiliki alasan lagi untuk lari dari keduanya.

    *halah komen apo tuh abang Sur ...?
    *btw kalo router jatuh bunyinya gedebug Sur ..hue he

    ReplyDelete
  66. @ else

    Wah....sempurna banget...kayak kamu tipe gw banget
    jarang menemukan wanita yang sempurna seperti kamu
    kenalan dunk

    @ astrid savitri

    "dlm hampir semua undang2 negara - kecuali pd beberapa negara liberal di eropa - hukum memang blm memihak pd perempuan sama sekali."

    Sebenarnya kalau menurut gw...itu semua tergantung pada perempuan...seperti anda katakan di beberapa negara liberal...sudah terbukti ..ok
    Kenapa di Indonesia tidak....?
    Mengingat Firman Tuhan "Tuhan tidak akan merubah nasib sesuatu kaum kecuali kaum tersebut merubah nasibnya" salah nggak ya nulisnya..?
    Nah kenapa para perempuan tidak mengampil hikmah dari Firman Tuhan ini..?
    Bukankah Megawati bisa jadi Presiden di Indonesi..?
    Bukankah para perempuan sudah banyak memegang jabatan posisi penting di Indonesia..?

    Tapi mengapa masih banyak perempuan ditindas...merasa ditindas ...?

    Jadi kesimpulannya perempuan tidak perlu menunggu hukum memihak padanya...tapi merempuan harus bisa meciptakan salah satu hukum yang membuat perempuan setara dengan pria...Perempuan pasti bisa seperti pria...jadi semua tergantung pada perempuan itu sendiri..

    pria tidak bersalah..karena pria punya kesempatan aja menindas pria...jadi jangan berikan kesempatan pada pria

    Perempuan itu hebat...konon jaman dahulu perempuan bisa menghancurkan sebua negara...

    @Kristina Dian Safitry : ngikut gaya Kristy..he..he..he..

    @ Admin : sorry...udach pake format Admin..he..he..he..

    ReplyDelete
  67. "pria tidak bersalah..karena pria punya kesempatan aja menindas pria...jadi jangan berikan kesempatan pada pria"

    wach gimana cara koreksinya...ya

    Gw koreksi aja disini...he..he..he..

    "pria tidak bersalah..karena pria punya kesempatan aja menindas perempuan...jadi jangan berikan kesempatan pada pria"

    Norak ya...

    ReplyDelete
  68. @ abang dan baka: seneng sekali kita bisa kongkow disini... wakaka.., seneng bener saya...nggak kesepian..

    @ kristina: kang gus itu kan kalo ada orang curhat manggut-manggut, tapi jawabannya bikin geleng-geleng... kok bisa ya... (laa mencengangkan sekali dan menakjubkan..., wakakaa....)

    ReplyDelete
  69. maaf
    katanya emansipasi wanita
    tapi ada ungkapan lady fist
    bingung

    ReplyDelete
  70. wah makasih buangets nih mas...nice posting..jd merasa terbela nih sbg perempuan..

    ReplyDelete
  71. walaah kaaangg,...mo koment aja ngantri begini ya..., tapi bener juga, perempuan kadang emang ditempatkan sebagai obyek semata!!!

    ReplyDelete
  72. mampir lg...alangkah indahnya kalau laki2 dan perempuan saling memahami hak dan kewajibannya masing2 jadi harmonis

    ReplyDelete
  73. Wahahahaaaa... Perempuan mmg fenomenal, lihat saja betapa banyak komentar soal perempuan di sini yang berasal dari kaum bukan perempuan, hihi..

    Konon, kami diciptakan untuk melengkapi laki2, konon pula kami adalah produk yang telah disempurnakan karena produk awal ternyata kurang sempurna dan kurang cantik, wakakakaaa... *guyon euy, soalnya pembahasannya berat*.

    Bias jender bukan merupakan hal yang aneh saya rasa, karena dunia memang patriakal, entah darimana asal muasalnya, semoga ada yang bisa merunutkan sejarahnya di sini karena bakalan jadi diskusi yang sangat menarik.

    Kalau merujuk kitab suci agama saya, maka mmg laki2 diciptakan pertama, dan (setelah disadari bhw dia kurang sempurna dan kurang cantik itu tadi, hwehwehweee) perempuan diciptakan kemudian, walaupun demikian perempuan tidak diciptakan oleh lelaki namun karena dilihat bhw laki2 timpang dan sepi tanpa perempuan, maka inisiatif dari Pencipta untuk memberikan 'teman' sebagai pendamping laki2.

    Mungkin, karena dibuat pertama itu tadi, maka ada perasaan bhw ia lebih superior daripada 'temannya' ini yang dibuat kemudian? Sehingga lahirlah tatanan timpang seperti yang sekarang kita alami. Padahal kedudukan harusnya setara namun fungsi yang berbeda, tapi (ada tapinya lagi) ketika tatanan sosial dan budaya bergeser, laki2 tidak lagi menjadi yg utama dalam mencari nafkah karena perempuan juga bisa mencari nafkah dan menjadi tulang punggung perekonomian, maka sebagai ras yang merasa tersaingi, lagi2 laki2 harus membentengi diri, maka lahirlah UU demi UU yang meminggirkan hak-hak 'temannya' ini.

    Huhuehueee.. Ini sekedar kata-kata si G, teori si G, boleh didebat boleh dipelototin doang. Yg pasti saya tahu bahwa tidak ada ksempurnaan yang hakiki di dunia, dan gerakan feminisme sudah lumayan berhasil, lihat saja wanita2 bekerja malahan lebih dari suami2 gajinya, dan kemudian terjadi pergeseran peran daam rumah tangga, seiring dengan itu gesekan2 akan terus berlanjut, demikian pula ketidak-adilan dan ketimpangan, karena pada dasarnya manusia memiliki unsur2 chauvinistis dalam jiwa mereka, yg melekat pada ego, nah tatanan bisa normal kalau masing2 individu dari kedua 'ras' ini mau menaggalkan ego-nya. Bisakah?

    Kalau bisa, ga akan ada peperangan di dunia ini, ga akan ada perceraian di dunia ini, ga akan ada masalah jender juga.

    Eniwei.. gw ngomong apa siy????????????????

    *mas Suryaden: peace yo!*

    ReplyDelete
  74. Ya ampuuun, ya amplop, huhu.. ai baru liat betapa panjangnya komentarku! Mana ga gitu nyambung pula sebab kemana perginya pembahasan ttg quota 30% caleg perempuan? Kawan saya termasuk salah satu kader perempuan dari sebuah partai kecil dan 'didorong' serta 'dipaksa' untuk mencaleg-kan diri agar memenuhi kuota. Walaupun saya merasa agak sinis di satu sisi tentang hal ini, namun lagi2 saya melihat bahwa ini sebuah perkembangan yang 'lumayan' walaupun tidak sempurna tentu saja. Karena kalau kuota tidak ditetapkan, apakah ada jaminan bahwa kaum perempuan bisa berperan lebih? Setidaknya dengan kuota ada jumlah tertentu yg pasti HARUS ada di sana. Harapannya, pada perkembangan selanjutnya, kuota ini tidak menjadi 'penjara' kuantitas perempuan, tapi menjadi batu loncatan bagi kesetaraan kuantitas yaitu 50-50! Mmg absurd juga, mengapa menentukan 30%, dan mengapa bukan 50%, kembali lagi kayaknya ke chauvinisme tadi..

    *nambah2 panjang dan banyak komentarnya*

    ReplyDelete
  75. perempuan...manusia paling luar biasa..bisa nahan sakit sesakit apapun (yang melahirkan, yang diceraiin suami, yang diputin pacar), perempuan adalah sosok paling tangguh (kayak cut nyak dien, ra kartini, dewi sartika), perempuan adalah sosok yang cantik, manis,pintar (seperti, siti fatimah, khadijah) gak ada kata untuk melukiskan sosok perempuan................

    ReplyDelete
  76. saya jadi bingung nih dengan pembahasan ini..hehe..pada dasarnya ya mnrt saya ya boleh2 saja lah perempuan berkarir tp kl di keluarga tetap yg jadi imam adalah suami...

    ReplyDelete
  77. perempuan = sesosok manusia yang mendapat empu atau yang di-empu-kan
    empu = jempol

    gitu d kira-kira

    ReplyDelete
  78. perempuan adalah keindahan yang harus jauh2 dari penindasan dan kekerasan. Anna juga punya postingannya disini dengan gaya anna sendiri..hehehe..

    ReplyDelete
  79. sepakat sama attayaya...
    beruntung saya hidup di lingkungan dimana pembagian peran laki-laki dan perempuan sedemikian pas... *lingkungan petani*

    ReplyDelete
  80. jalan2 ke suryaden, di jakarta mendung nih.

    ReplyDelete
  81. klo perempuan berkualitas,..why not??
    asal jangan dipaksakan mesti 30 persen..tp kualitas dikesampingkan

    ReplyDelete
  82. @ Nyante aza lae.. hehehe.. kalo laki2 yg ternyata sekarang ini banyak juga yg ga berkualitas, bagaimana ya?

    ReplyDelete
  83. perempuan...
    jika tidak ada perempuan di dunia ini, gak kebayang deh

    ReplyDelete

Message from the green side