Tuesday, November 4, 2008

Siasat Menangkal Dolar

Banyak cara dilakukan pengusaha untuk menangkal dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Ada yang mengubah utangnya dari dolar ke rupiah, ada juga yang melakukan penghematan di segala lini. Pendek kata, paparan dolar dalam neraca harus dikurangi. Kecuali jika pendapatan perusahaan itu juga dalam dolar.

Franciscus Welirang
Presiden Direktur PT Bogasari Flour Mills Tbk.

Industri tepung terigu tertolong oleh penurunan harga komoditas. Dulu harga gandum impor US$ 100 per ton, sedangkan kini cuma separuhnya. Cuma, harga itu harus ditebus dengan dolar yang makin mahal. Jadi, ongkos produksi yang mestinya bisa turun lumayan signifikan akhirnya hanya turun sedikit.

Beban lain adalah utang. Sekarang saatnya pengusaha memindahkan utang dolar ke rupiah. Tapi saya melihat banyak perusahaan kini lebih bisa mengontrol utangnya dalam dolar, termasuk dengan melakukan lindung nilai (hedging). Yang paling bagus tentu saja kalau pinjaman dolar itu diimbangi dengan pendapatan dolar.

Harijadi Sukamdani
Wakil Komisaris Utama PT Hotel Sahid Jaya International Tbk.

Belajar dari pengalaman krisis 1998, saat ini semua utang Hotel Sahid dalam bentuk rupiah. Sepuluh tahun lalu, ketika kurs Rp 18 ribu per dolar Amerika, utang perusahaan melonjak. Untung, Sahid menggunakan bank asing, sehingga penyelesaiannya cepat.

Pelemahan rupiah memukul perusahaan yang memiliki kredit dolar dan menggunakan bahan baku impor. Bisnis hotel praktis minim bahan baku impor. Saat ini ada pekerjaan renovasi hotel dan apartemen, tapi sudah hampir rampung. Kalau proyek masih setengah jalan, bisa puyeng karena harga bahan bangunan naik luar biasa.

Dampak pelemahan rupiah ini masih manageable. Level psikologisnya Rp 12 ribu per dolar Amerika, naik 30 persen dari biasanya Rp 9.000. Itu sebabnya, kalau nilainya terus-terusan di atas Rp 12 ribu, secara tidak langsung Sahid akan terpengaruh. Jumlah wisatawan asing bisa menurun dan masyarakat domestik mengurangi anggaran menginap di hotel.

Sofjan Wanandi
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia

Dolar harus dijaga di level Rp 10-12 ribu. Di level itulah kira-kira rupiah bisa aman dari spekulasi. Walau pelemahan rupiah ini menguntungkan dari segi ekspor, komponen impor dalam produk Indonesia masih besar, yakni 40-50 persen. Persoalan lain adalah penyelundupan, dan itu harus dibendung.

Perusahaan negara sebaiknya menjual produknya dalam bentuk rupiah. Misalnya penjualan gas oleh PT Perusahaan Gas Negara. Saya juga sudah melobi para pemilik gedung agar menyewakan dalam bentuk rupiah, jangan dolar.

Yenny Rahmawati
Juru bicara PT Sari Husada Tbk.

Dampak pelemahan rupiah lumayan terasa karena realisasi anggaran tidak sesuai dengan asumsi. Sebanyak 70 persen bahan baku kami berupa raw materials, masih harus diimpor. Tapi kami punya kontrak jangka panjang. Ada yang enam bulan, ada yang lebih.

Yang jelas, kami tidak akan menaikkan harga produk karena daya beli masyarakat sudah lemah. Kenaikan harga terakhir dilakukan Juli 2008, sebesar dua persen, pada saat pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak. Kami melakukan efisiensi internal. Bentuknya bermacam-macam, dan semua lini harus berhemat.

Retno Sulistyowati, R.R. Ariyani

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2008/11/03/EB/mbm.20081103.EB128667.id.html

No comments:

Post a Comment

Message from the green side